![]() |
Pelabuhan Tutukembong, Kecamatan Nirunmas, Maluku Tenggara Barat |
Saumlaki, Dharapos.com
Masyarakat Kecamatan Nirunmas, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) hingga kini terus mendesak pelabuhan laut Tutukembong di kawasan tersebut itu segera difungsikan untuk melayani kapal penumpang.
Elias Fenanlambir, salah satu tokoh muda setempat mengatakan pelabuhan laut di Tutukembong yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 6 April 2016 lalu hingga kini baru terhitung beberapa kali disinggahi kapal, baik perintis maupun kapal barang.
Namun hingga saat ini tak ada satu pun kapal penumpang yang menyinggahi pelabuhan tersebut.
Hal ini mengakibatkan masyarakat di wilayah itu harus mendatangi Saumlaki (ibu kota MTB – red) atau kota Larat, kecamatan Tanimbar Utara setiap kali hendak bepergian ke luar daerah.
“Tujuan pembangunan pelabuhan Tutukembong oleh Pemerintah pusat itu jelas yakni memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa transportasi laut, termasuk menekan angka kemahalan harga barang, padahal jarang disinggahi kapal. Nah, jika tidak difungsikan secara maksimal maka anggaran miliaran rupiah untuk pembangunan itukan jadi mubazir,” bebernya.
Untuk itu Elias meminta perhatian serius Kementrian Perhubungan RI agar segera mengevaluasi jalur pelayaran kapal perintis yang semula digunakan, sehingga ke depan bisa tepat sasaran sebagaimana kebutuhan masyarakat.
“Baiknya pelabuhan ini menjadi pelabuhan transit menuju ke Ambon, karena kebutuhan masyarakat yang mau bepergian ke Ambon terbilang ramai. Wilayah ini berada di tengah pulau Yamdena jadi akses masyarakat dari kecamatan Wertamrian, Kormomolin dan Nirunmas lebih dekat jangkauannya,” sambungnya.
![]() |
Kepala UPP Saumlaki, Ny. Ferra J. Alfaris |
Terpisah, Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Saumlaki, Ny. Ferra J. Alfaris yang ditemui media ini membenarkan jika hingga saat ini tiga kapal perintis yang melayari jalur pelabuhan itu seperti Km. Maloly dengan pangkalan Ambon, sedang rusak.
Sedangkan KM. Sabuk Nusantara 41 dan KM. Wetar yang berpangkalan di Saumlaki, saat ini sedang docking.
“Jadi kalau dibilang bahwa tidak ada kapal yang singgah di pelabuhan Tutukembong itu tidak benar karena ada kapal namun ada yang rusak dan ada yang sedang docking. Selain itu, baru beberapa waktu kemarin itu ada kapal barang yang singgah membawa beras maupun ada juga yang membawa material untuk pekerjaan konstruksi,” terangnya.
Ny. Ferra membenarkan bahwa awalnya pelabuhan tersebut dibangun sebagai pelabuhan singgah dalam jaringan trayek.
Sebagaimana data, pelabuhan ini dibangun semenjak 2012 – 2015 dengan biaya APBN dan memiliki sejumlah fasilitas pelabuhan yaitu dermaga seluas 70 x 8 meter persegi, trestle seluas 550×6 meter persegi, causeway seluas 310×6 meter persegi dan kapasitas dermaga dapat disandari kapal 1.000 DWT.
Fasilitas daratnya meliputi terminal, kantor, pos jaga,rumah pompa dan 1 unit genset. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan yakni sebagai prasarana bongkar muat barang dan penumpang dan melayani angkutan laut perintis.
Pembangunan ini awalnya dilakukan sebagai wujud komitmen pemerintah untuk pembangunan infrastruktur transportasi di mana untuk meningkatkan konektivitas di wilayah perbatasan, terluar dan rawan bencana.
“Untuk menjawab kebutuhan masyarakat di wilayah itu, maka kita sudah usulkan agar ditahun depan nanti trayeknya diubah, yakni dari pelabuhan Tutukembong langsung menuju pelabuhan Ambon,” tukasnya.
(dp-18)