as

Utama

MTB Rawan Gigitan Buaya Ganas

76
×

MTB Rawan Gigitan Buaya Ganas

Sebarkan artikel ini

Saumlaki, Dharapos.com
Sebagian warga masyarakat pada sejumlah kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat akhir-akhir ini mulai memilih untuk  berhati-hati melaut.

Buaya
Ilustrasi Buaya

Bahkan ada yang memutuskan untuk tidak lagi melaut akibat trauma dengan serangan buaya ganas yang telah beraksi di sejumlah wilayah seperti di kecamatan Tanimbar Selatan, Kecamatan Selaru dan Kecamatan Wermaktian.

Semenjak pertengahan tahun 2014 kemarin hingga kini, tercatat telah ada 9 korban gigitan buaya, dimana para korban tersebut adalah para nelayan yang digit buaya saat melaut.

Yang lebih memprihatinkan lagi, di tahun ini, serangan buaya selalu dialami setiap bulan atau dengan kata lain setiap bulan tetap ada saja korban gigitan buaya. Hal ini mendorong sejumlah pihak untuk berupaya melakukan berbagai terobosan serta sebagai antisipasi untuk menekan semakin bertambahnya korban gigitan buaya tersebut.

Kepala Kepolisian Sektor Tanimbar Selatan Selatan – IPTU D. Jambormias mengatakan pekan kemarin, pihaknya telah mengumpulkan sejumlah kepala desa yang berada di wilayah hukum Polsek Tansel guna mendengar ketarangan dan mencari solusi terhadap upaya pemberantasan serangan buaya.

“Untuk kondisi riil itu sudah ada 9 korban diantaranya 4 gigitan terjadi  di desa Latdalam, dimana 2 warga berasal dari desa Latdalam, sementara dua korban lainya berasal dari desa Fursui kecamatan Selaru dan warga Seira kecamatan Wermaktian,” ungkap dia.

Selain itu, lanjut Kapolsek, korban gigitan buaya di dalam Teluk Kota Saumlaki ini ada 5 yakni salah satu warga kota Saumlaki dari desa Werain, warga desa Bomaki, Warga Desa Alusi Kelan, dan salah satu warga kota Saumlaki asal Buton.

“Dari 9 Korban gigitan tersebut 3 sudah meninggal dunia yakni satu korban yang bersal dari Alusi Kelaan, 1 korban dari desa Latdalam dan yang satunya lagi berasal dari Seira. Yang korban gigitan dari Buton itu belum tahu apakah dia hidup atau tidak karena saat ini dilaporkan masih kritis di rumah sakit,” beber Kapolsek.

Hasil pertemuan pihaknya dengan seluruh kepala desa di wilayah hukum Polsek Tansel menyebutkan jika ada 4 desa yang memiliki kesamaan tradisi adat dimana perlu dilakukan ritual kusus untuk para buaya yang dipercaya adalah jelmaan para leluhur, akibat kesalahan atau pelanggaran terhadap larangan adat atau sweri yang telah dilakukan di sejumlah tempat namun tidak dihiraukan oleh pihak terkait.

Sejumlah desa itu antara lain desa Sifnana, Lauran, Bomaki dan desa Latdalam.

Pertemuan itu ternyata ditanggapi serius oleh Pemda MTB, dimana Pemkab MTB setelah beberapa hari kemudian, mengundang sejumlah kepala desa dan para tua adat serta unsur Muspika dan dihadiri pula oleh Wakil Kepala Kepolisian Resort MTB guna menindak lanjuti laporan warga.

Wakil Bupati MTB – Petrus Paulus Werembinan,SH kepada wartawan di ruang kerjanya usai menggelar pertemuan tersebut mengatakan dalam pertemuan tersebut merekomendasikan beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti secepatnya.

Karena kuat dugaan jika keganasan buaya itu terjadi akibat adanya kesalahan ritual adat yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu, pembunuhan terhadap buaya di waktu-waktu yang lalu serta adanya sasi adat atau pemalangan sejumlah lokasi secara adat/Sweri yang dilakukan oleh masyarakat adat namun hingga saat ini belum juga dibuka sementara telah terjadi pelanggaran yang dilakukan.

Selain secara adat, ditemukan pula penyebabnya secara ilmiah yakni: akibat perubahan musim maupun faktor pengrusakan lingkungan tempat tinggal buaya seperti di sungai mengakibatkan buaya pun memilih mencari tempat yang nyaman di laut.

“Karena marga-marga ini punya kedekatan adat dengan buaya-buaya maka kami telah meminta kepada para tua-tua adat dari sejumlah desa tersebut untuk menggelar ritual adat sehubungan dengan adanya kepercayaan jika para buaya itu merupakan jelmaan para leluhur, sehingga ya … paling kurang menggeserkan mereka, mendamaikan hati mereka dan kemudian adanya pesan-pesan khusus sehingga jangan lagi mengganggu masyarakat yang melaut,” tuturnya.

Jika memang setelah ritual adat tersebut dilakukan dan ternyata para buaya masih terus beraksi maka langkah yang ditempuh oleh Pemkab MTB adalah melakukan penangkapan hingga bila mungkin melakukan pemusnahan alias eksekusi mati.

Saat ini, Pemkab MTB sementara membentuk tim khusus (Timsus) penanggulangan kekejaman buaya untuk nantinya akan bekerja mencari formula yang tepat dalam rangka proses penangkapan buaya jika ternyata pasca dilaksanakannya ritual adat namun ternyata para buaya tersebut masih beraksi.

Tim tersebut terdiri dari unsur Pemda, TNI maupun Polri serta unsur lain yang memiliki kemampuan teknis dalam proses penangkapan buaya.

Seiring dengan beradarnya isu di masyarakat jika sejumlah buaya tersebut berasal dari Australia yakni pada beberapa waktu lalu, adanya isu jebolnya penangkaran buaya di Australia  dan diduga kuat jika para buaya tersebut berdatangan ke sejumlah wilayah di Maluku Tenggara Barat, Wabup MTB juga mengakui jika sempat mendengar informasi tersebut.

Bahkan menurut dia, yang menguat dalam pertemuan tersebut adalah adanya penemuan salah satu buaya oleh warga masyarakat di desa Eliasa, Kecamatan Selaru jika buaya yang sempat dibunuh oleh masyarakat tersebut memiliki semacam tanda khusus.

Olehnya itu, pihaknya akan menerjunkan timsus buaya tersebut ke desa itu guna melakukan penelitian.

“Tetapi ada dugaan bahwa mungkin saja ada jenis buaya yang dari luar yang masuk ke Tanimbar, seperti ditemukan di desa Eliasa sana, ada buaya yang ditemukan seperti ada tanda, apakah itu adalah buaya dari luar yang paling dekat adalah Australia misalnya. Ini dugaan kita saja, karena burung pelikan yang ada di daerah kita ini juga datangnya dari Australia,” ungkapnya.

Selain itu, Pemkab MTB juga mencurigai jika jumlah buaya ganas yang selama ini beraksi di wilayah kecamatan Selaru, Kecamatan Tanimbar Selatan dan wilayah Kecamatan Wermaktian tergolong cukup banyak.

Hal ini diperkuat dengan laporan masyarakat jika saat ditemukan korban gigitan, ada lebih dari dua buaya yang sementara mengelilingi jasad korban.

Selain itu, penemuan buaya dan korban gigitan berada pada sejumlah lokasi sehingga bukan tidak mungkin, jumlah buaya tersebut sangat banyak.


(dp-18)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *