![]() |
Salah satu penampilan anak-anak Vihara Swarna Giri Tirta saat perayaan Imlek 2568 / 2017 |
Ambon, Dharapos.com
Gubernur Ir. Said Assagaff menekankan bahwa untuk membangun Maluku dibutuhkan adanya rasa kebersamaan.
Demikian harapan yang disampaikannya saat menghadir dalam perayaan Tahun Baru Imlek 2568 Tahun 2017 yang berlangsung di Baileo Oikumene, Kota Ambon, Jumat (27/1).
Dikatakannya, momen ini memiliki multi makna baik dari aspek agama, sosial, budaya maupun astronomis yang sangat kuat, khususnya bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.
“Momentum Tahun Baru Imlek 2568 tahun 2017 ini dapat didayagunakan seoptimal mungkin untuk membangun kehangatan, kebersamaan dan persaudaraan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, serta bermasyarakat yang harmonis dan damai,” tandasnya.
Dijelaskan, prediksi filosofis tahun Ayam Api 2017 yang mengandung elemen api (Yin), yang menjadi unsur dominan yang akan memberikan kehangatan serta ketenangan batin di dalam menjalin hubungan kebersamaan antar pribadi masyarakat.
Karena itu, kunci untuk membangun bangsa dan negara, terutama membangun Maluku dibutuhkan kebersamaan.
Diakui Gubernur, kebersamaan dan persaudaraan akhir-akhir ini sedang diuji oleh sikap masyarakat intoleran yang sangat membahayakan kebinekaan dan pluralitas di negeri ini.
Oleh sebab itu, dirinya meminta agar seluruh masyarakat mewaspadai penyebarluasan setiap pemikiran dan tindakan yang dapat memecah belah kebinekaan.
Bahkan sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga dan merawat kebhinekaan ini dan menjadikannya sebagai energi positif yang akan menggerakkan langkah bersama untuk mewujudkan masyarakat yang semakin maju dan sejahtera.
“Karena kesadaran tentang kebinekaan berarti kita harus menghargai dan menghormati agama, keyakinan,
budaya dan adat kebiasaan orang lain yang berbeda,” imbuhnya.
Gubernur kemudian menganalogikan ke-Bhinekaan itu seperti sebuah grup musik atau band yang terdiri dari komposisi alat-alat musik yang berbeda bentuk dan memiliki bunyi yang berbeda-beda pula.
“Jika dimainkan secara bersamaan dalam tempo tertentu akan melahirkan nada-nada yang indah dan harmonis. Begitulah kita mesti merawat dan menyatukan perbedaan di antara kita sehingga bisa memberi energi positif yang dapat mendorong perdamaian dan pembangunan masyarakat,” imbuhnya.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak ada yang boleh merasa lebih tinggi, kuat dan lebih penting.
“Sebagai manusia apapun perbedaan kita, tidaklah boleh menyebarkan kebencian, apalagi dengan kekerasan kepada yang berbeda dengan kita,” lanjutnya seraya menggambarkannya dalam filosofi persaudaraan orang Maluku “Ale Rasa Beta Rasa, Potong di Kuku Rasa di Daging, Sagu Salempeng di Patah Dua”.
Karena itu, Gubernur kembali mengajak semua pihak untuk membangun kebersamaan dan kekeluargaan.
“Dengan terjalinnya persaudaraan dalam berbagai perbedaan dan timbulnya rasa solidaritas serta saling menghormati, tentunya akan menjauhkan kita dari pertentangan, permusuhan dan konflik,” cetusnya.
Selain itu juga Gubernur menyoroti soal peranan tokoh dan pimpinan agama yang dinilainya sangatlah penting guna membimbing, membina dan menuntun umat-Nya dalam rangka menciptakan kerukunan hidup.
Dengan demikian terciptanya kerukunan hidup internal umat beragama, antar umat maupun dengan Pemerintah dapat menjadi fondasi yang kokoh bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.
Tema perayaan Tahun Baru Imlek 2568 Tahun ini adalah “Melalui Imlek ke – 2568 Tahun 2017, Kita Wujudkan Arti Kebhinekaan.
Turut hadir pada acara tersebut Sekretaris Kota Ambon, AG. Latuheru, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Maluku, Fesal Musaad, Ketua Walubi sekaligus tokoh masyarakat Tionghoa W. Jauwerissa, para undangan serta masyarakat kota Ambon.
(dp-19)