![]() |
Ketua Umum Hippermawa, Hasbullah Assel |
Ambon, Dharapos.com : Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Wakasihu (HIPPERMAWA) Ambon mendorong peran pemuda dalam menyelesaikan konflik, dimana dihadapkan pada tantangan baru Pasca konflik SARA 1999 yang kian rumit yakni pertikaian antar Kampung.
Ketua Umum HIPPERMAWA, Hasbullah Assel mengatakan konflik antar kampung, terutama yang melibatkan negeri bertetangga terus terjadi, Phorto-Haria, Iha Luhu, Mamala – Morela, Negeri Lima – Seith, Larike – Wakasihu dan lainnnya cenderung melibatkan pemuda di dalamnya.
“Pemuda adalah aktor utama konflik-konflik tersebut. Sayangnya pendekatan penyelesaian konflik tidak melibatkan pemuda di dalamnya,” katanya disela-sela makan patitta bersama dihadapan ratusan Pemuda di Negeri Wakasihu, pekan kemarin.
![]() |
Anggota DPRD Malteng, Ahmad Tuhelelu |
Menurut Assel, upaya mendorong peran serta pemuda dalam menyelesaikan konflik sosial, terutama negeri -negeri bertetangga , penting untuk dilakukan, sebab setiap konflik selalu melibatkan pemuda selaku aktor utama didalamnya.
“Dalam upaya menyelesaikan konflik antar negeri-negeri tetangga secara menyeluruh, maka peran pemuda untuk terlibat dan melibatkan diri dalam setiap penyelesaian konflik mutlak diperlukan,” jelasnya.
Menurutnya, selama ini penyelesaian-penyelesaian konflik oleh pemerintah masih belum menyentuh akar persoalan, disisi lain pemuda selaku aktor-aktor utama konflik cenderung tidak dilibatkan dalam upaya penyelesaian konflik. Padahal hampir diseluruh tempat di Maluku, konflik-konflik antar negeri tetangga cenderung melibatkan pemuda sebagai aktor utama konflik itu.
Sementara itu, Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tengah Ahmad Tuhelelu, SE, MM dalam arahannya mewakili Ketua DPRD Maluku Ibrahim Ruhunussa ketika membuka acara tersebut menyatakan, ada kebutuhan untuk mengikutsertakan pemuda dalam setiap penyelesaian konflik, hal ini disadari bahwa pemuda adalah aktor utama setiap konflik di dalam masyarakat.
Menurut Tuhelelu, konflik-konflik sosial antar negeri-negeri bertetangga telah menyentuh hal-hal yang sangat mendasar dalam kehidupan masyarakat, karenanya, ia mengajak semua pihak untuk terutama para pemuda untuk kembali pada tatanan jati diri orang Maluku yakni adat istiadat. Adat menurutnya menjadikan manusia lebih beradab.
“Penyelesaian konflik belum menyentuh akar persoalan, hanya sebabnya saja yang diselesaikan, adat ini yang perlu menjadi bagian dari jati diri kita sebagai anak adat,” ungkap Anggota Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Maluku tengah tersebut.
Sementara itu, AKP F. Jamal yang mewakili Kapolres P. Ambon dan P.P. Lease AKBP Harold. Huwae, dalam kesempatan itu menyatakan, hidup damai antar negeri tetangga Larike dan Wakasihu sangat penting karena kedamaian itu kebutuhan mendasar setiap manusia.
“Syarat mutlak demi kelangsungan pembangunan adalah terciptanya suasana aman, damai dan harmonis di dalam masyarakat” ungka AKP F. Jamal yang juga adalah Kasat Bina Mitra Polres Ambon tersebut.
Terkait proses hukum konflik Larike -Wakasihu AKP F. Jamal menyatakan Polisi akan terus melakukan proses hukum terhadap pelaku.