![]() |
| Sentra Bawang Merah di Desa Yawafun, Kabupaten Maluku Tenggara |
Langgur, Dharapos.com – Bupati H. M. Thaher Hanubun mengakui pemanfaatan potensi sumber daya alam (SDA) di Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) belum memberikan dampak pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Padahal, potensi SDA yang dimiliki baik di darat maupun di laut serta pesisir sangat berlimpah dan telah di manfaatkan oleh petani dan nelayan sejak lama bahkan telah menjadi sumber pendapatan masyarakat secara turun-temurun.
Diantaranya, keunggulan pangan lokal antara lain embal, keladi, beras merah dan lain sebagainya.
“Pemanfaatan potensi-potensi ini dirasakan masih belum memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan ekonomi petani,” akuinya saat membuka kegiatan Diseminasi Penelitian yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Tahun 2018, bertempat di Hotel Kimzon, Langgur, Sabtu (17/11/2018).
Pernyataan tersebut disampaikan Asisten Pemerintahan dan Kesra, Setda. Malra Drs. A. H. Ingratubun, M.Si, saat membacakan sambutan pembukaan Bupati.
Belum lagi di bidang perkebunan, Malra punya potensi kelapa, kopi, pala dan lain sebagainya yang menjadi primadona bagi masyarakat petani.
Hanya saja, pemanfaatan tanaman kelapa yang sudah di lakukan selama ini oleh petani relatif belum dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa sendiri.
Hal ini dapat terjadi karena fokus pengolahan kelapa oleh petani selama ini hanya berpusat pada kopra sementara harga kopra di pasaran sekitar Rp3000 – 5000 /kg.
“Padahal di sisi lain, komponen kelapa mulai dari batang, daun, serabut, sampai tempurung dan lain-lainnya masih dapat dioleh sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” terangnya.
Bupati juga menyoroti potensi tanaman holtikultura seperti bawang merah, kacang-kacangan dan lain sebagainya telah menjadi komoditi prioritas yang telah di hasilkan oleh petani.
Hasil potensi pertanian di atas telah mengalami peningkatan produksi dalam tahun berjalan.
Sebagai contoh hasil produksi bawang merah pada tahun 2018 sesuai data Dinas Pertanian Kabupaten Malra, produksinya mencapai kurang lebih 240 ton dari total area panen seluas 40-50 Ha.
Produksi yang cukup besar dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan petani.
Namun di sisi lain, peningkatan jumlah produksi ini menjadi tantangan tersendiri terkait pemasaran dan pasca panennya.
“Pengetahuan tentang pengolahan bawang merah menjadi produk olahan lainnya masih terbatas sehingga sekali pun produksi bawang naik, namun belum sepenuhnya memberikan dampak positif dari sisi ekonomi kepada masyarakat petani,” sambungnya.
Harga bawang merah sebelumnya berkisar antara Rp30.000,-/Kg, sementara harga jual pada saat panen sebesar Rp20.000,-/Kg.
Bupati lebih lanjut menegaskan, untuk sektor perikanan, luas wilayah perairan yang lebih besar, yakni kurang lebih 3.180.73 km persegi atau 75 persen dari luas wilayah Kabupaten Malra menyimpan potensi sumber daya alam serta keragaman melimpah yang dapat di manfaatkan demi peningkatan ekonomi masyarakat.
Kekayaan ekosistem laut, dan pesisir yang meliputi padang lamun, hutang mangrove dan terumbu karang.
Bahkan, saat ini, Kabupaten Malra telah memiliki wilayah konservasi perairan serta biota laut di dalamnya seluas lebih kurang 150 Ha yang harus terus di pelihara dan dilestarikan secara tradisional.
“Upaya konservasi melalui sistem sasi telah di laksanakan sejak lama, hal ini juga mendukung program Pemerintah dalam upaya melestarikan ekosistem pesisir tersebut,” tandasnya.
Bupati memastikan, dengan melihat potensi permasalahan dari tiap sektor yang telah diuraikan di atas maka Pemda berkomitmen agar SDA yang dimiliki ini harus di manfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
Oleh karena itu, pelibatan dengan berbagai pihak terutama perguruan tinggi, para pakar dan pemangku kepentingan lainnya yang memiliki keahlian di bidang masing-masing perlu digalakan.
Sehingga melalui kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian yang di fokuskan pada pasca panen kelapa, pasca panen bawang merah, konservasi ekosistem laut dan pesisir serta pemetaan ekosistem terumbu karang, diharapkan dapat menjadi masukan dan rujukan bagi pemangku kepentingan terkait untuk pengembangan daerah ini.
(dp-40)













