Utama

Ratusan Warga Waimital Siap Demo Rindam XVI Pattimura

44
×

Ratusan Warga Waimital Siap Demo Rindam XVI Pattimura

Sebarkan artikel ini
Ormas demo
Ilustrasi aksi unjuk rasa

Waimital, Dharapos.com

Pasca meninggalnya Widodo Adin Saputra (19 thn) yang diduga
dianiaya oleh Oknum Anggota Dodiklatpur Rindam XVI Pattimura Serka Y.M serta Komandan
Dodiklatpur, Letkol Inf. I.B, ratusan warga Waimital (Kabupaten Seram Bagian
Barat) dan sekitarnya siap melakukan aksi unjuk rasa menuntut keadilan.
“Kita besok (hari ini, red) mendesak pertanggungjawaban
Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo dan 
Pangdam XVI Pattimura, Doni Monardo
untuk memberikan sanksi tegas sekaligus pemecatan kepada oknum-oknum TNI yang
menganiaya Widodo Adin Saputra dengan bersama temannya sehingga mengakibatkan
Widodo meninggal di tempat kejadian” kata keluarga korban Nur Rohim.
Dikatakan, alibi Kapuspen Kodam XVI Pattimura, Kol. Muhammad
Hasyil Lalhakim kepada beberapa media sangat menyesatkan dan menyakitkan hati
warga Waimital.
“Mereka mengatakan seolah-olah Widodo tewas karena
terjatuh sendiri dari sepeda motornya. Saksi mata banyak melihat bahwa terjadi
penganiayaan terhadap Widodo dan terjadi kejar-kejaran sore itu layaknya
menonton balap motor dengan mobil,” tambahnya.
Nurohim bahkan menegaskan Rabu (6/1) akan memimpin langsung
aksi unjuk rasa mendesak Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo dan Pangdam XVI
Pattimura, Doni Munardo menindak tegas pelaku penganiayaan Widodo.
“Ini sebuah pelanggaran berat, karena saat melakukan
penganiayaan Dandodiklatpur bersama sopir, ajudannya dan anggotanya masih
menggunakan seragam lengkap”, jelasnya.
Menurutnya, keluarga ingin melihat secara tindakan tegas
Panglima untuk mencopot yang bersangkutan sebagai TNI dan memenjarakannya
sebagai efek jera, karena sifat arogansi aparat bukan sekali dua kali dilakukan
kepada masyarakat Waimital.
“Besok kami akan kerahkan kekuatan sekitar 500 orang
keliling Desa Gemba/Waimital dan kita akan berorasi di Rindam XVI Pattimura.
Kami telah mendapat persetujuan dari Kapolres SBB untuk melakukan 
aksi unjuk
rasa di Rindam dan meminta Panglima dan Pangdam XVI Pattimura lebih tegas
menyikapi penganiayaan hingga menewaskan adik kami. Kami telah bersurat kepada
DPRD SBB untuk menyikapi hal ini, karena ini penganiayaan berat, sehingga tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut. Kami minta Komnas HAM juga melakukan
investigasi terkait kasus ini,” jelasnya.
Nurohim menjelaskan kronologis malam naas itu, peristiwa
yang terjadi pada tanggal 1 Januari 2016, sekitar Pukul 20.00 WIT diawali
dengan senggolan sepeda motor dengan mobil yang dikendarai oleh oknum TNI
Rindam XVI Pattimura bernama Serka Y.M. Korban (Widodo Adin Saputra) lari dan
terjadi kejar-kejaran sampai akhirnya tertangkap lalu kemudian terjadilah
pemukulan atau penganiayaan.
“Kami dari keluarga atau masyarakat berharap seharusnya
insiden main hakim sendiri tidak dibenarkan apalagi dilakukan oleh oknum aparat
terhadap masyarakat, harapan kami akibat tindakan penganiayaan dan pemukulan
tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang yakni adik saya Widodo Adin
Saputro. Kami minta para pelaku diberikan sanksi sesuai dengan hukum yang
berlaku dan kalau perlu harus dipecat dari keanggotaan TNI sesuai dengan apa
yang diperbuat,” terangnya.
Keluarga korban lainnya yang juga mantan anggota DPRD SBB ,
Drs. Muhammad Amin sangat menyesalkan sikap Kepala Penerangan Kodam XVI
Pattimura yang membuat keterangan seolah-olah lari dari tangungjawab.
Tewasnya Widodo dialibikan seperti kecelakaan lalu lintas.
Padahal baginya banyak saksi ditempat kejadian perkara, memberikan keterangan
pada keluarga korban bahwa telah terjadi kejar-kejaran antara mobil dan motor
yang dikendarai Widodo.
“Widodo dan teman. keponakan saya tidak pernah mengkonsumsi
Minuman Keras, jadi berita itu merupakan pernyataan sepihak tanpa menelusuri
fakta di lapangan. Penerangan Koda menganalogikan kasus tersebut kecelakaan
murni,” kesalnya.
Pihaknya menuntut Panglima TNI, Gatot Nurmantyo dan Pangdam
XVI Pattimura, Doni Munardo untuk mengambil sikap tegas.

“Kami sangat menyesalkan sikap Dandodiklatpur yang malam itu
bersama-sama dengan Y.M mengantarkan korban ke Puskesmas Kairatu, tidak
menengok korban di Puskesmas, tetapi hanya mengantar jenazah saja. Pemukulan
korban di depan komandan sudah salah, apalagi komandan ikut memukul korban itu
diluar perikemanusiaan sebagai perwira menengah,” sesalnya. 

(rr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *