Tindakan yang ditunjukkan Juliana Samloy, guru SMA Negeri 4 Ambon dan Carolina Samloy guru SMP Hang Tua Ambon benar-benar berbanding terbalik dengan status yang disandang keduanya.
![]() |
Ilustrasi Penganiayaan |
Pasalnya, kedua oknum guru tersebut dengan sikap premanisme melakukan tindak kekerasan terhadap pegawai RSUD Dr. M. Haulussy Ambon, Suciaty Suryaman.
Kepada media ini, Rabu (3/7), Suciyati menuturkan kronologis pemukulan yang dialaminya terjadi pada Kamis (26/6), sekitar pukul 15.45 Wit,di Kantor Gubernur Maluku. Kejadian tersebut terjadi secara spontan tanpa diduga korban.
Pelaku beralasan karena korban di tuduh melakukan hubungan gelap dengan suaminya. Namun, setelah di konfirmasi korban mengatakan dirinya tidak pernah melakukan hubungan gelap dengan suami orang.
Korban saat itu sementara melakukan pengurusan di ruang Inspektorat Provinsi maluku, sekitar pukul 15.00 Wit untuk menanyakan kejelasan gaji miliknya yang tidak di bayar oleh RSUD Dr. M.Haulussy Ambon sejak tahun 2013 saat sedang dalam penyelesaian studi S3 di Jakarta.
Setelah selesai urusan di ruang Inspektorat, korban langsung berjalan menuju ke ruang BKD. Namun, sementara dalam perjalanan yang berjarak lebih kurang sekitar 25 meter, ternyata kedua pelaku yang adalah kakak-beradik sudah menunggu korban.
“Saya tidak mengenal kedua guru tersebut,” ungkap Suciaty.
Ternyata, tanpa diduga, korban yang sementara berjalan, langsung didatangi kedua oknum guru preman tadi, tepat di depan ruang Karya Dharma , dan langsung menyerang korban dan melakukan penganiayaan sehingga menyebabkan luka memar di wajah korban. Akibat, penganiayaan tersebut korban harus menjalani perawatan secara intensif.
“Saya nggak tahu apa penyebabnya sampai dipukul. Tiba-tiba saja saya di serang secara bergantian oleh kedua guru tersebut,” herannya.
Tindakan kedua oknum guru preman tersebut sempat mengundang tontonan massa.
Suciaty meminta perhatian Pemerintah Kota Ambon dalam hal ini Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, untuk bertindak tegas kepada kedua pengajar tersebut dengan memberlakukan sanksi berat
kepada keduanya.
“Seharusnya sebagai seorang guru harusnya bertindak selayaknya seorang pendidik dan bukan berlagak seperti seorang preman,” kecamnya.
Suciaty menilai perbuatan kedua oknum pendidik tersebut telah mempermalukan institusi pendidikan di Kota Ambon, bahkan hal ini menjadi gambaran mulai hilangnya moralitas kedua oknum guru tersebut sebagai pendidik.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, B. Kainama ketika di konfirmasi media ini enggan berkomentar banyak. Namun, dirinya berjanji untuk memanggil kedua guru tersebut untuk ditegur dan diberikan pembinaan.(HRZ)