Langgur, Dharapos.com – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Maluku
Tenggara (Malra) melaksanakan diskusi atau pertemuan yang melibatkan tokoh agama
dan perwakilan Pemuda Bombay, Hoar Ngutru serta perwakilan tokoh pemuda Elat
dan tokoh masyarakt Wadan.
Pertemuan yang berlangsung di ruang rapat Kantor Kemenag
Malra, Selasa (15/11/2022), dalam rangka mewujudkan perdamaian di Bumi
Larvul-Ngabal pasca konflik horizontal antara masyarakat Hoar Ngutru dan Elat
pada 12 November 2022 lalu.
Turut hadir, Ketua Komisi I DPRD Maluku, Amir Rumra dan
Anggota DPRD Malra asal Bombay Ibu Blandina Fautngilyanan serta pihak Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Malra mewakili Pemerintah daerah.
Juga tak ketinggalan, perwakilan pemuda Bombay – Hoar Ngutru
Beny Jeujanan dan tokoh pemuda Elat Zein Baranyanan.
Di momen pertemuan yang penuh dengan persaudaraan itu, semua
pihak menyampaikan pendapat, usul dan saran yang mengarah pada perdamaian kedua
kelompok masyarakat tersebut.
Rapat dipimpin Kepala Kantor Kemenag Malra Ahmad Raharusun.
“Kita semua berkeinginan untuk ada kedamaian, maka mari
bersama-sama menyelesaikan konflik sosial ini dengan diskusi dalam rangka
penyelesaiannya,” ajak Raharusun mengawali diskusi.
Pastor Frits Frawowan mewakili Wakil Uskup Kei Kecil,
mengatakan bahwa semua pihak berkeinginan ada kedamaian di bumi Kei.
“Ketika benar-benar makna hidup dalam tatanan adat serta
beragama itu dihayati dan dilaksanakan dengan baik,” ungkapnya.
Pastor Frits tak menampik akibat tatanan adat tidak diperkuat
untuk generasi muda bahkan pengaruh media sosial sudah merembet atau
mempengaruhi kehidupannya.
Maka tak heran di beberapa waktu terakhir, negeri ini sering
terjadi permasalahan-permasalahan sampai menelan korban jiwa dan harta.
“Oleh sebab itu, saya mengajak kita semua untuk mari kita jaga
tatanan adat dalam persaudaraan mulai dari lingkungan keluarga hingga
masyarakat umum. Dan saya menghimbau agar mari kita rajut kembali perdamaian
khususnya keluarga Bombay – Hoar Ngutru dan Elat,” ajak Pastor Frits.
Sementara, Ketua Klasis Kei Kecil – Kota Tual, Pdt Ny. I. K.
Kolyaan/W dengan tangisan menyesalkan terjadi konflik di Kei Besar.
”Kenapa harus terjadi perkelahian padahal kita kuat dengan adat
dan dikenal masyarakat luar dengan kehidupan persaudaraan orang Kei? Ini semua akibat
dari kurangnya ketaatan kepada ajaran Agama, kurang beribadah, mendengar firman
Tuhan serta turunya nilai-nilai spiritualitas,” sesalnya.
Pdt Kolyaan kemudian mencontohkan kehidupan dalam keluarganya.
“Saya terlahir dari darah Islam dan Katholik sehingga nilai
kerukunan umat beragama sudah ada sehingga tidak sedikitpun ada niat apalagi perang
dengan membawa unsur agama,” bebernya.
Pdt Kolyaan juga menekankan nilai adat juga harus diperkuat
pada generasi baru/pemuda penerus bangsa dan daerah ini sehingga tidak ada lagi
pertikaian antar masyarakat.
“Terlebih khusus antara Bombay – Hoar Ngutru dan Elat
sehingga kebanggaan sebagai Orang Kei tetap terjaga,” tandasnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Malra Zein Matdoan pada
kesempatan itu menekankan bahwa Tuhan menciptakan perbedaan agar menjadi sebuah
keindahan.
“Dan keindahan ini ada di daerah kita dengan toleransi,”
tekannya.
Terkait khusus permasalahan yang terjadi antara Bombay dan
Elat, Matdoan mengutuk keras pihak-pihak yang sengaja memprovokasi dengan
isu-isu agama.
“Mereka itu adalah orang yang berkeinginan negeri ini
terpecah. Maka saya mengajak kita semua untuk menjaga perdamaian abadi ini
dengan menyelesaikannya,” ajaknya.
Pada rapat tersebut berbagai usul saran dan masukan untuk
segera dilakukan penyelesaian melalui proses yang lebih baik dan tertanggung
jawab.
Juga mengeluarkan imbauan bersama untuk menjaga persatuan dan
perdamaian serta penyelesain pembangunan rumah masyarakat yang terbakar di
Ngutru maupun korban-korban jiwa dan luka akibat peristiwa tersebut.
(dp-52)