![]() |
Drs. Arianto Kadir, M.Si |
Jayapura, Dharapos.com
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Jayapura, Drs. Arianto Kadir, M.Si mengatakan kelas khusus malam hari adalah salah satu model pembelajaran yang dibuat untuk mempersiapkan generasi emas Papua ke depan sehingga model pembelajaran ini agak berbeda dengan yang lain.
“Para siswa tersebut pada siang hari belajar sesuai kurikulum sementara pada malam hari mereka belajar sesuai keilmuannya dan yang mengajar pada malam hari adalah para dosen yang telah direkrut dari Universitas Cendrawasih. Sedangkan pada siang hari mereka diajari oleh para guru sesuai kurikulum,” ungkapnya kepada wartawan, Sabtu (28/03)
Arianto menegaskan, untuk kelas khusus malam hari tersebut didominasi 90 persen siswa/siswi asli Papua sementara lima persen sisanya untuk siswa/i non Papua kelas X. Sementara, 12 orang Doktor Uncen telah terdaftar untuk memberikan mata pelajaran pada kelas khusus dimaksud.
Ditambahkan, teknis pembelajaran yang dilakukan, para siswa mengikuti pembelajaran pada siang hari hingga pukul 14.00 Wit. Setelah itu, mereka pulang dan beristirahat, dan pada jam 18.30 Wit nanti para siswa di jemput dengan bus oleh pihak sekolah.
“Waktu belajar mereka pada malam hari juga selama 2 jam dan setelah itu pihak sekolah kembali mengantarkan mereka pulang ke masing-masing rumah,” tambah Arianto.
Dikatakan pula, siswa kelas khusus tersebut setiap hari hanya belajar satu mata pelajaran seperti hari Senin, Fisika, Selasa Biologi, Rabu Kimia dan seterusnya.
“Kelas khusus ini sudah dimulai dari bulan Februari 2015 lalu,” sambungnya.
![]() |
Gedung SMAN 1 Kota Jayapura |
Lebih lanjut, jelas Arianto, untuk kelas khusus yang belajar pada malam hari dibagi dua kelas degan jumlah siswa per satu kelas sebanyak 35 siswa.
Sementara itu, diakuinya, para orang tua siswa merespon baik dan ikhlas untuk anak mereka mengikuti pelajaran di malam hari. Para siswa juga tidak akan di ganggu oleh keluarga ketika hendak dijemput pada pukul 18.30 Wit.
“Kegiatan ini juga tidak dibebankan sepeser pun kepada orang tua, semuanya ditanggung pihak sekolah, dan orang tua hanya membuat pernyataan untuk tidak terlibat dengan kegiatan rumah tangga,” pungkasnya.
(Harlet)