Tim mediasi mulai menunjukkan keseriusannya guna mencegah dan menghentikan konflik Porto dan Haria. Sembilan poin kesepakatan damai sesuai hasil kesepakatan pada pertemuan terakhir di Hotel Grand Soya, Ambon, pada Rabu (17/7) mulai ditindaklanjuti..
![]() |
Ilustrasi Aparat TNI Berpatroli |
Hal tersebut dinyatakan dalam pertemuan antara pihak aparat keamanan yang diwakili Danramil Saparua dan Komandan Batalyon 731/Kabaresi Masohi, dengan kaum muda Haria, yang juga dihadiri Raja Haria, Jacob Michel Manuhutu maupun tokoh masyarakat Haria dan unsur pemerintahan negeri Haria, pada Selasa (30/7) sekitar pukul 10.00 Wit.
Aparat keamanan, dalam pertemuan itu, menindaklanjuti butir ke enam menyangkut pos keamanan maupun butir ketujuh menyangkut penghentian penggunaan bahan peledak dan senjata api sesuai kesepakatan Grand Soya lalu. Pos-pos keamanan di sejumlah titik yang selama ini dinilai sebagai titik yang rawan konflik akan segera didirikan secara permanen.
Terkait hal ini, Danramil Saparua, Kapten Acep Priatno, meminta kepada warga masyarakat Haria untuk bekerja sama dengan pihak aparat sehingga dapat tercipta keamanan.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Danton 731/Kabaresi, Luky Pattimura, menyatakan dengan tegas langkah yang akan diambil sesuai instruksi dari atasan.
Diungkapkannya, untuk langkah awal pelaksanaan pengamanan adalah dengan mendirikan pos di satu titik. Dari pos inilah, akan dilakukan operasi setiap malam di tiap lorong bahkan rumah-rumah warga yang ada di negeri Haria maupun Porto.
“Jika ada gerakan-gerakan yang mencurigakan, itu berarti orang tersebut yang akan dicurigai sebagai target. Upaya awal ini akan dilakukan sampai keamanan tercipta lalu dilanjutkan turunnya tim mediasi yang akan melakukan mediasi terhadap kedua belah pihak yang direncanakan tanggal 6-8 Agustus nanti,” jelasnya.
Bahkan, dikatakannya, sesuai salah satu poin dalam isi surat perintah dari pimpinannya bahwa apabila ada pergerakan yang mencurigakan, maka pihaknya tidak segan-segan akan mengambil tindakan tegas dengan melumpuhkan pergerakan tersebut.
Lebih lanjut, dijelaskan Danton, setelah tim mediasi selesai melakukan tugasnya, barulah didirikan pos-pos tetap di beberapa titik yang selama ini dianggap sebagai daerah rawan pemicu konflik yang sudah menjadi kesepakatan bersama.
Sementara itu, warga masyarakat Haria mengusulkan kepada pihak keamanan agar pengamanan jangan hanya dilakukan pada titik-titik tertentu saja.
“Permintaan masyarakat usulkan agar pengamanan harus dilakukan pada setiap lini mulai dari Rumah Gantung, RSU, Inpres sampai ke Air Raja. Titik-titik itu harus menjadi perhatian selama tim mediasi belum turun,” ungkap Pdt. Oni Latupeirissa, yang mewakili warga masyarakat Haria.
Alasannya, warga dapat menggunakan fasilitas jalan utama yang selama konflik tidak bisa dilalui. Demi keamanan selama konflik, warga terpaksa menggunakan jalan belakang yang lebih jauh. Belum lagi, pada musim hujan seperti ini jalan penuh lumpur dan becek sehingga kendaraan mengalami kesulitan saat melalui jalur tersebut.
Usai pertemuan yang dilakukan selama sejam tersebut, Danramil dan Danton 731/Kabaresi melanjutkan pertemuan dengan pihak Pemerintah Negeri Porto untuk maksud yang sama.(ajr)