![]() |
Direktur Utama DanaLaut, Niko Ariansyah saat menyampaikan pernyataan pers |
Langgur, Dharapos.com
Beberapa tahun lalu, produksi rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara begitu luar biasa dan berlimpah ruah.
Di periode itulah, rumput laut di wilayah yang dikenal dengan sebutan Kepulauan Kei ini mencapai masa-masa kejayaan.
Hanya saja seiring berjalan waktu, produktivitasnya kemudian mengalami penurunan menyusul sejumlah faktor jadi penyebab seperti masalah harga juga serangan hama penyakit.
Namun kini, DanaLaut siap membangkitkan kembali potensi itu sebagaimana pernyataan Direktur Utamanya, Niko Ariansyah.
“Kami melihat bahwa ini adalah potensi yang perlu kita kembangkan lagi, dan kami berkomitmen mengajak teman-teman banyak termasuk salah satunya ibu edi dari Kredit Pro untuk mengembangkan dan membangkitkan lagi gairah rumput laut di sini,” cetusnya seusai Rapat Anggota Tahunan (RAT) IX Koperasi Tani Nelayan (KOPTANEL) “ELOMEL” Tahun Buku 2017 di lokasi Pasar Tradisional Jab Faan, Ohoi Faan, Kecamatan Kei Kecil, Senin (9/4/2018)
Niko mengaku telah melihat potensi serta lahannya yang terpantau masih banyak kosong, sementara petaninya juga masih siap untuk berkontribusi secara maksimal dan hasilnya juga masih dibutuhkan oleh industri rumput laut.
Bahkan, guna memaksimalkan itu, pihaknya juga memberikan kemudahan-kemudahan yang didapat oleh para petani sendiri.
Seperti, bantuan pembiayaan dalam bentuk peralatan produksi, termasuk di dalamnya kebutuhan akan tali, sampan dan lain-lain.
“Termasuk dua bulan di awal, kita berikan upah untuk biaya hidup, karena rumput laut inikan butuh waktu 45 hari. Jadi selama dua bulan pertama kita biayai dulu baru nanti dari hasil rumput lautnya bisa berputar terus,” rincinya.
Selain pembiayaan, pihaknya juga bakal melakukan pendampingan.
DanaLaut juga, lanjut Niko bakal menjadikan rumput laut asal Malra memiliki standar dengan kualitas internasional.
“Kami akan buat rumput laut di sini standarnya internasional bukan hanya sebatas standar lokal saja, artinya yang bisa ekspor ke negara manapun dan diterima disana,” tandasnya optimis.
Meski demikian untuk kesuksesan rencana tersebut, Niko membutuhkan totalitas dari petani di daerah ini.
“Totalitas dalam arti bahwa penyakit itu bisa jadi dari alam tapi bisa jadi juga karena petani mungkin yang kurang merawat atau kurang disayanglah kalau kita sebutnya begitu,” akuinya.
Jadi, Niko sangat mengharapkan komitmen penuh dari para petani setempat.
“Begitu ada pembiayaan termasuk peralatan seperti tali dan lainnya, maka harus benar-benar dikerjakan dan dirawat seperti menjaga anak sendiri. Karena hasilnya nanti buat di sini juga dan benar-benar dari sini balik lagi ke sini dan ke sekitarnya,” tandasnya.
Niko menambahkan, pihaknya juga bekerja sama dengan Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia juga dengan KCN.
“Dari KCN ini juga ada ekspor-ekspor produk rumput laut yang standarnya sudah diterima di Cina Jepang hingga Eropa dan kita sudah masuk ke sana. Makanya kita ingin mengaplikasikan standar mutu ke pulau Kei ini,” tambahnya.
Pihaknya juga menargetkan dalam satu tahun ini, DanaLaut siap menyalurkan biaya modal hingga Rp10 Miliar.
“Kita akan sebar seoptimal mungkin dan yang pasti kita tidak tergesa-gesa karena kita ingin dalam penyaluran dana dalam setahun Rp10 miliar itu harus tetap guna, karena kita juga mengundang banyak investor ke sini,” tegasnya.
Niko memastikan proyek yang dimulai dari Malra ini akan menjadi Proyek Percontohan Nasional.
(dp-40)