Daerah

Letakan Batu Pertama Gereja Katholik Ohoiwirin, Ini Pesan Bupati Hanubun

11
×

Letakan Batu Pertama Gereja Katholik Ohoiwirin, Ini Pesan Bupati Hanubun

Sebarkan artikel ini

Bupati Hanubun Gerja Kathlk Ohoiwirin
Bupati M. Thaher Hanubun saat prosesi peletakan batu pertama pembangunan Gereja Santo Antonius Padua Stasi Ohoi Ohoiwirin Paroki Hollat – Reyamru, Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara, Sabtu (3/9/2022)

Elat, Dharapos.com – Bupati M. Thaher Hanubun melakukan prosesi peletakan batu pertama pembangunan Gereja Santo Antonius Padua Stasi Ohoi Ohoiwirin Paroki Hollat – Reyamru di Ohoi Ohoiwirin, Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara, Sabtu (3/9/2022).

Turut mendampingi, Kapolres AKBP Frans Duma, anggota DPRD Malra, Wakil Uskup Wilayah Kei Besar, pimpinan OPD serta Camat.

Pantauan lapangan, Bupati dan rombongan setibanya di Ohoi Ohoiwirin, Kecamatan Kei Besar Utara Timur langsung disambut dengan ritual adat “rinin” oleh tetua adat setempat serta pengalungan syal.

Turut hadir menyambut Bupati dan rombongan, Camat Kei Besar, anggota DPRD dapil Kei Besar Vika Ohoiulun, Pastor Paroki Hollat, Kapolsek Kei Besar Utara Timur serta ratusan warga Ohoi Ohoilim.

Kemudian diantar oleh tarian panah, Bupati dan rombongan menuju Woma El Kot Kav (pusat kampung) yang diterima oleh Wakil Uskup dan tetua adat setempat.

Selanjutnya rombongan bergerak menuju depan gereja yang telah berdiri selama 118 tahun, tempat peletakkan batu pertama  gedung gereja baru dengan menempuh perjalanan kurang lebih 500 meter dari jalan utama.

Sepanjang jalan tampak dihiasi janur kuning yang terpancang di pagar-pagar bambu.

Upacara peletakkan batu pertama di awali dengan pemberkatan batu-batu oleh Wakil Uskup Kei Besar, Pst. Frans Lesomar MSC.

Peletakkan batu pertama dilakukan serentak oleh Wakil Uskup dan Pastor Paroki Hollat, Bupati dan Kapolres, perwakilan Tokoh Adat setempat serta Perwakilan Tokoh pemuda Ohoi Ohoiwirin.

Turut hadir menyaksikan perwakilan keluarga dari Ohoi Tuburngil dan Ohoi Holaai bersama seluruh warga masyarakat Ohoi Ohoiwirin.

Ketua Panitia Pembangunan Etus Teturan melaporkan kesiapan panitia dalam hal anggaran yang sudah terkumpul hingga saat pelaksanaan peletakkan batu pertama yakni sebesar Rp232 juta dari dana awal yang hanya terkumpul Rp32 juta.

Adapun dana ini didapat dari kontribusi warga masyarakat Ohoi Ohoiwirin sendiri baik yang berada di dalam Ohoi maupun yang berada di luar ( tanah rantau ) serta sumbangan dari perwakilan DPRD Malra, pengusaha putra daerah, serta para pekerja profesi seperti ASN dan karyawan/ti.

Wakil uskup juga menyampaikan dalam pengalamannya selama kurang lebih 10 tahun mengabdi di Kei Besar, gereja Ohoiwirin merupakan gedung gereja ke lima yang dibangun setelah Tutrean, Waur Ngefuit, Wetuar dan Ohoiel.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bersama yakni persatuan dimana agar apabila dalam perjalanan pekerjaan bila ada selisih paham, maka diharapkan ada penyelesaian secara baik, duduk bersama berbicara sebagai adik kakak, anak dengan orang tua sehingga tercapai kesepakatan bersama.

“Bila tidak ada persatuan maka pekerjaan tidak akan selesai-selesai,” bebernya.

Dalam konteks pekerjaan pembangunan gereja, maka komando pekerjaan berada di tangan Pastor Paroki.

“Ini prinsip kerja gereja Katholik. Semua boleh berdiskusi, semua boleh menyampaikan pendapat fangnanan tetapi keputusan tetap ada di tangan Pastor Paroki. Tidak boleh ada kepala-kepala lain yang akan berdiri sendiri-sendiri tetapi harus disatukan mengerucut ke bawah komando Pastor Paroki,” urainya.

Menurut Wakil Uskup Kei Besar, hal ini sudah berhasil dilakukan pada Ohoi-ohoi sebelumnya.

“Yang kedua, semua anak keturunan Ohoiwirin harus memegang prinsip Yelim dan Maren. Dimana yelim itu bukan semata tentang sumbangan uang saja melainkan boleh berupa bahan material lain misalnya batu dan bahan lainnya dan itu wajib bagi semua dan dilakukan dengan hati ikhlas,” imbuhnya.

Sementara untuk Maren, yakni kebersamaan dalam bekerja. Gotong royong secara bersama. Bahu membahu.

“Bahaya sekali bila waktunya untuk bekerja, ada yang balik kanan, acuh tak acuh dengan waktu pelaksanaan pekerjaan. Olehnya bila prinsip ini (Maren, red) dipegang dengan baik maka pekerjaan akan selesai. Apalagi bila nantinya dibantu Pemerintah daerah,” tekannya.

Maka itu, Wakil Uskup berpesan kepada pastor Paroki Hollat Pastor Jemris Pr agar bisa berkoordinasi dengan semua sumber daya yang ada di Ohoi Ohoiwirin.

“Sehingga pembangunan ini dapat diselesaikan dalam waktu dua tahun ke depan dan segera diresmikan,” harapnya.

Sementara itu, Bupati Hanubun dalam sambutannya mengingatkan pula tentang persatuan.

“Haruslah semua bersatu dalam satu komando, satu arahan yakni oleh Pastor Paroki.  Suka atau tidak suka harus dilaksanakan. Karena lewat Pastor bisa dipertanggungjawabkan,” tegasnya mengingatkan.

Untuk itu, Bupati meminta kesediaan warga masyarkat Ohoi Ohoiwirin untuk memaksimalkan kesempatan dalam rangka pembangunan gedung gereja ini.

Lanjutnya, Pemda akan membantu dengan ketentuan mekanisme melalui permohonan Pastor Paroki kepada Wakil Uskup dan dengan rekomendasi yang dikeluarkan Wakil Uskup maka permohonan itu diajukan.

“Bukan melalui Panitia yang langsung mengajukan. Karena suatu saat Pemerintah daerah akan meminta pertanggungjawaban dana yang telah disalurkan,” tekannya.

Bupati menegaskan agar kesempatan ini tidak disia-siakan agar pembangunan gedung gereja ini selesai tepat pada waktunya dengan memegang teguh prinsip-prinsip yang telah ditegaskan terlebih dahulu oleh Wakil Uskup tadi serta berpegang pada falsafah : duduk sama rendah, berdiri sama tinggi,” tegasnya.

Bupati juga tak lupa memohon kerjasama masyarakat untuk mendukung Pemda dalam hal pembangunan infrastruktur yang sementara berjalan khususnya ruas-ruas jalan di wilayah tersebut.

“Agar jangan dihambat dan jangan dipersulit sehingga proses berjalan sebagaimana mestinya,” pungkasnya.

(dp-52)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *