![]() |
Tim Pendahuluan PT. Pupuk Indonesia bersama SKK Migas – GOKPL dan BP saat kunjungan survei pendahuluan di Kabupaten Teluk Bintuni, Selasa (23/3/2021) |
Saumlaki, Dharapos.com – Selama 3 hari, Tim Pendahuluan PT.
Pupuk Indonesia bersama SKK Migas – GOKPL dan BP melakukan kunjungan survei
pendahuluan untuk persiapan investasi pembangunan pabrik Pupuk Indonesia di
Kabupaten Teluk Bintuni, Selasa (23/3/2021).
Tidak hanya melakukan pemeriksaan awal kondisi calon lahan
yang akan berpotensi untuk didirikan pabrik pupuk, di sekitar lokasi area LNG
Tangguh, tim juga menyempatkan melakukan kunjungan ke Pemkab Teluk Bintuni dan P2TIM
(Pusat Pelatihan Teknik Industri & Migas).
Nara Nilandaroe, selaku
General Manager Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Genting Oil Kasuari, sebagaimana dalam rilis yang diterima Dharapos.com, mendukung rencana dibangunnya pabrik pupuk di Teluk Bintuni, guna memanfaatkan
hasil alam gas bumi dari tanah Papua.
Dan yang tentu produk pupuknya juga bisa langsung dinikmati
oleh masyarakat Papua.
“Suku Sumuri penduduk asli distrik Sumuri dimana lapangan
Asap, Merah dan Kido berada, mempercayai jika ada tamu disambut hujan. Tamu itu
akan membawa rejeki untuk mereka. (Kondisi pada saat kunjungan lapangan memang
turun hujan). Semoga harapan mereka dari PT Pupuk Indonsia dapat terwujud,”
tambah Nara dalam apresiasinya.
Sementara itu, Direktur Teknik dan Pengembangan PT Pupuk
Indonesia, Arif Fauzan mengungkapkan ketertarikan membangun pabrik pupuk karena
di Kabupaten Teluk Bintuni cadangan sumber gas bumi yang cukup banyak.
“Harapan Pupuk Indonesia Group bisa segera tercapai dengan membangun
pabrik di Teluk Bintuni, setelah didapatkan lokasi tanah/lahan yang bisa
digunakan,” harapnya.
Di kesempatan terpisah, pada acara temu jurnalis di Kota
Ambon (24/3/2021), Pjs Kepala Perwakilan SKK Migas Pamalu, Galih Agusetiawan
menyampaikan bahwa dalam upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam
dalam bentuk gas bumi yang ada di Propinsi Papua Barat, industri turunan yang
bahan baku produksinya yaitu gas bumi, pasti tertarik untuk melakukan bisnisnya
di daerah yang dekat sumber alamnya.
“Kehadiran dan akan maraknya industri-industri turunan
karena telah ditemukannya cadangan migas yang siap diproduksikan oleh industri
hulu, adalah merupakan salah satu dari 12 dampak positif yang dihasilkan dari
kegiatan hulu migas di daerah,” jelasnya
Kehadiran industri turunan hulu migas, tidak hanya akan
memberikan dampak positif bagi pendapatan negara, tetapi tentunya membuka
peluang baru, baik manfaat langsung produk pupuk yang dihasilkan, maupun
terbukanya peluang penyerapan tenaga kerja di wilayah Papua Barat.
Dijelaskan Galih bahwa kegiatan industri hulu migas memiliki
12 dampak positif bagi pemerintahan dan masyarakat di sekitar daerah operasi.
Terdiri dari 5 dampak positif yang bisa dirasakan langsung
nantinya, yaitu manfaat dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) dan juga CSR.
Dampak dari Dana Bagi Hasil (migas) yang dibagikan ke
propinsi dan Kabupaten menjadi dampak positif paling terasa nantinya setelah
lapangan dapat berproduksi berdasarkan keekonomiannya.
Dampak positif lainnya adalah peluang keikutsertaan
pengelolaan PI 10 persen, serta dampak positif terciptanya lapangan pekerjaan
oleh masyarakat daerah operasi, juga akan diterimanya Pajak & Restribusi
daerah dan diterimanya PBB Migas.
Selain dampak positif langsung, juga terdapat 5 dampak
positif tidak langsung, yaitu: Bisnis penyedia barang dan jasa lokal maupun
BUMD/BU lokal bisa merasakan peningkatan hasil usahanya.
Juga beberapa infrastrukur yang digunakan untuk fasilitas
penunjang operasi bisa digunakan bersama masyarakat daerah operasi.
Terjaganya pasokan minyak bumi untuk BBM dan pasokan gas
untuk bahan bakar kelistrikan menjadi bagian dari dampak positif.
“Terbukanya peluang berbisnis bagi industri turunan, karena
adanya sumber energi yang ditemukan, seperti yang akan dilakukan PT Pupuk
Indonsia di Bintuni, adalah melengkapi siklus 12 manfaat positif adanya
kegiatan hulu migas di daerah,” pungkas Galih.
(dp-18)