![]() |
Rumah kontrakan yang ditempati Bendahara Dullah Laut dan keluarga di kompleks Tanah Putih Lodar El, Kota Tual |
Tual, Dharapos.com
Kepolisian Resort Maluku Tenggara telah berinisiatif menengahi persoalan yang terjadi antara Pejabat Desa Dullah Laut Zein Nuhuyanan dengan bendaharanya, Husnawati Nuhuyanan terkait kepentingan yang berhubungan dengan desa setempat.
Keduanya telah dipertemukan di Polres Malra pada Selasa (26/2/2018) malam dan menyepakati hal-hal yang berkaitan dengan laporan keuangan Desa Dullah Laut.
Namun bagi pihak keluarga, tindakan sejumlah oknum anggota Polres Malra saat berada di rumah kontrakan sang Bendahara Desa Dullah Laut yang berlokasi di kompleks Tanah Putih, Jalan Lodar El Kota Tual, pada Selasa (26/2/2018) sekitar pukul 23.30 WIT sangat disesalkan.
Kedatangan polisi tersebut atas permintaan Pejabat Kepala Desa yang baru M. Zein Nuhuyanan, yang bersikeras meminta dokumen pertanggungjawaban Dana Desa Dullah Laut saat masih dijabat mantan kepala desa.
Menurut penuturan Abdul Jalil Nuhuyanan kepada Dhara Pos, malam itu, sejumlah oknum aparat Kepolisian setempat mendatangi rumah kontrakan Husnawati.
Ia, yang saat itu sedang beristirahat di ruang tengah, mengaku awalnya terkejut dengan kedatangan 3 oknum polisi tersebut yang mencari Bendahara Desa Dullah Laut yang juga sepupunya sendiri.
“Saya pas sedang tidur di ruang tengah ditemani istri saya lalu adik saya Isti Nuhuyanan tidur menemani anak Husnawati di kamar lainnya. Lalu istri saya bangunkan saya dan saya kaget sekali karena 3 oknum polisi ini sudah ada di dalam rumah kami. Mereka langsung menanyakan saudari saya Husnawati sambil berusaha mencari dia,” sesalnya saat menghubungi Dhara Pos melalui telepon selulernya, Kamis (1/3) malam.
Husnawati saat itu, lanjut Abdul, sedang tidak berada di tempat.
Herannya lagi, menurut pengakuannya, sejak awal para oknum polisi ini sudah tidak menunjukkan sikap sopan atau terkesan tak tahu etika meski dirinya telah berulang-ulang kali mengatakan bahwa Husnawati tak berada di rumah.
“Kami sempat adu argumen sampai saya tanyakan surat perintah dari pimpinan mereka ternyata mereka tak menggubrisnya. Sudah begitu mereka terus memeriksa sana sini, sampai adik saya yang lagi tidur di kamar bersama anak dari Bendahara pun kaget dan ikut terbangun,” kesal Abdul.
Ia mengaku sudah berkali-kali menegaskan kalau Husnawati tak berada di rumah tetapi para oknum polisi ini tak juga percaya.
Menurut Abdul, polisi saat itu sudah bertindak di luar aturan bahkan dia mengaku saudaranya itu terkesan diibaratkan salah satu gembong narkoba yang buron.
“Yang saya sesalkan, para polisi ini bertindak di dalam rumah kami seperti ibaratnya sedang mencari gembong narkoba yang buron sampai-sampai sudah tidak tahu aturan dan tidak ada tata krama sama sekali,” kecamnya.
Abdul juga mengaku menyesal tak sempat memvideokan tindakan para oknum polisi tersebut karena kaget dan ketakutan.
“Siapa yang tidak kaget dan ketakutan, pas dibangunkan ada 3 polisi sudah berdiri di ruang tengah rumah. Jadi sudah tidak terpikir lagi untuk membuat videonya,” akuinya.
Abdul kemudian membeberkan kalau ketiga oknum polisi yang diingatnya pada malam kejadian itu, salah satunya memakai pakaian Provost, kemudian dua lainnya ada yang memakai baju dinas lengkap Polisi dan pakaian preman.
Hanya saja identitas jelas 3 oknum Polisi tersebut tidak diketahuinya karena semua serba tiba-tiba.
“Cuma yang saya tahu para polisi ini datang bersama Anwar Nuhuyanan, dia ini adik dari Pejabat Desa Dullah Laut, M. Zein Nuhuyanan,” bebernya.
Ditambahkan pula, di luar rumah juga terlihat ada beberapa oknum polisi lainnya tapi Abdul mengaku tidak mengetahui jelas berapa jumlahnya.
“Kami siap bertanggung jawab terhadap apa yang kami sampaikan kepada wartawan dan saya siap bertemu dengan siapa-siapa saja polisi yang datang malam itu ke rumah kami,” tegasnya.
Meski demikian, Abdul kembali menegaskan tak mempersoalkan upaya polisi untuk mempertemukan saudaranya dengan Pejabat Kepala Desa Dullah Laut dalam rangka mediasi.
“Karena buktinya setelah saudara kami tiba dari Langgur langsung dia memenuhi permintaan polisi untuk ke kantor Polisi malam itu juga. Hanya saja yang menjadi keberatan kami adalah cara-cara mereka itu yang menurut kami tidak ada etikanya,” tegasnya.
![]() |
Kasatreskrim Polres Malra, AKP. Arief Budi Harso |
Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Malra, AKP. Arief Budi Harso yang dikonfirmasi Dhara Pos, Senin (5/3/2018) membenarkan soal kedatangan polisi ke rumah Bendahara Desa Dullah Laut, Husnawati Nuhuyanan pada Selasa (26/2/2018) malam sekitar pukul 23.30 WIT.
“Saat itu, ada pengaduan dari masyarakat dalam hal ini Bapak Kepala Desa Dullah Laut sedang mencari salah satu bendaharanya untuk mengecek informasi awal dari yang bersangkutan soal surat-surat atau data-data keuangan Desa,” urainya.
Atas dasar pengaduan dari masyarakat, maka pihak Polres yaitu dari Kepolisian mengambil langkah dengan menugaskan tim dari SPK Polres Malra untuk mencari yang bersangkutan dengan tujuan ingin memediasi kedua belah pihak.
“Kami ingin mempertemukan kedua belah pihak dengan tujuan agar permasalahan bisa selesai, tidak terlalu jauh karena dikuatirkan akan menimbulkan dampak yang lebih luas,” akuinya.
Saat itu, lanjut Kasatreskrim, dari pihak Polres sudah mencari ke rumah kontrakan yang kini di tempati Bendahara Dullah Laut bersama keluarganya tapi awalnya belum ketemu.
“Kemudian yang kedua, kita dapat informasi bahwa yang bersangkutan kembali pulang kemudian kita juga cari ke sana, tapi tidak sempat ketemu. Waktu datang ke kontrakan dia, ketemu sama yang ada di kontrakan menanyakan posisinya dimana dan yang di kontrakan bilang tidak tahu,” lanjutnya.
Kemudian, saat anggota keluar rumah lantas berpapasan dengan yang bersangkutan di depan rumah.
“Akhirnya kepada yang bersangkutan kita kasih informasi bahwa ada pengaduan dari Bapak Kepala desa yang mencari untuk bertemu. Tujuannya untuk meminta data-data terkait keuangan desa karena di butuhkan oleh pihak Pemerintahan desa pada saat itu,” kata Kasatreskrim.
Setelah bertemu, yang bersangkutan pun bersedia datang ke Polres Malra malam itu juga menggunakan kendaraannya sendiri.
“Inti dari pertemuan itu, yang bersangkutan tetap akan menyerahkan entah beberapa hari setelah pertemuan itu tetapi kurang jelas juga hasilnya seperti apa. Yang jelas kurang dari beberapa hari setelah pertemuan itu akan diserahkan kepada kepala desa yang baru. Dan setelah mediasi di Polres, yang bersangkutan pulang juga naik kendaraan sendiri,” sambungnya.
Di singgung soal tidak adanya komunikasi dari Penjabat Kepala Desa kepada Bendahara sebelumnya, Kasatreskrim membenarkan itu.
“Intinya memang harus ada komunikasi antara pejabat yang baru dengan perangkatnya yaitu Bendahara. Dan kita sudah bereskan pada malam itu juga,” akuinya.
Kasatreskrim juga mengakui keluarga Bendahara sempat datang ke Polres Malra.
“Bahwa katanya ada penangkapan, kita tidak benarkan itu, Pak! Kita jelaskan dan klarifikasi bahwa tidak ada penangkapan, kita hanya mencari dan ingin mempertemukan kedua belah pihak. Kalau tidak di pertemukan atau didiamkan saja, nanti miss komunikasi terus. Tujuan polisi itu baik untuk mempertemukan dan mencari permasalahannya apa? Kalau permasalahan hanya untuk dana atau administrasi harus diserahkan, ya memang kewajiban dia untuk mempertanggung jawabkan terhadap pimpinannya,” tandasnya.
Terkait keluhan keluarga yang tak terima tindakan polisi yang dinilai tak etis serta terkesan menjadikan Bendahara Dullah Laut ibarat seorang gembong narkoba yang buron, ditampik Kasatreskrim.
“Itu namanya ketakutan sepihak saja karena kalau tidak bersalah, ngapain kita takut. Karena tujuan kita ke sana mencari yang bersangkutan, dimana posisinya terus kita datang pun dengan sopan ada yang menerima juga di situ. Kan ada ibu-ibu juga tetangga dia, bahwa yang bersangkutan tidak ada di kamarnya pak dan kamarnya di kunci juga,” bantahnya.
Karena itu, jika ada informasi lain seperti penangkapan atau penggeledahan tidak seperti itu.
“Ya wajarlah kalau kita bertamu maka harus ngomong yang baik-baik. Dan terlepas dari itu semua, polisi juga selaku pengemban keamanan dan ketertibaan dan tujuan kita untuk menciptakan ketertiban saja. Kita datang baik-baik, silaturahmi, mohon izin menanyakan yang bersangkutan ada, lalu dijawab tidak ada ya sudah, kami pergi,” jelasnya.
Makanya, Kasatrekrim juga mengingatkan bahwa harus bisa di bedakan dengan penggeledahan.
Ia juga menegaskan, bahwa terkait status Bendahara Dullah Laut bukan tersangka karena memang tidak ada laporan yang masuk ke pihaknya terkait yang bersangkutan.
“Sifatnya, niat baik kita mau memediasi kedua belah pihak biar tidak ada kejadian yang lebih dan itu pun sudah beres sampai sekarang, sudah tidak ada masalah. Kan kalau pun ada riak-riak di bawah, saya kira bisa saja ada orang-orang atau pihak-pihak yang sengaja menghembuskannya,” klaimnya.
Olehnya itu, Kasatreskrim kembali menegaskan, jika ada dua pihak yang bersengketa maka pihaknya akan berupaya membantu untuk dicarikan solusi yang terbaik.
“Kalau mereka tidak ketemu mungkin sulit mencari solusinya, sehingga minimal mereka ketemu dulu baru nanti kita tahu ada hasilnya seperti apa. Dan kita datang pun atas laporan dari masyarakat kemudian menindaklanjutinya untuk mempertemukan kedua belah pihak. Kalau sudah berkomunikasi otomatis ada jalan keluar,” tukasnya.
(dp-40)