Ambon, Dharapos.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dalam
hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan pengembangan
(Bappeda Litbang) menggelar kegiatan Rembuk Stunting Tahun 2023.
Berlangsung di Marina Hotel, Ambon (20/07/2023), kegiatan
ini terlaksana sekaligus dilakukan penandatanganan komitmen penurunan stunting,
Penjabat Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena yang hadir pada
saat itu dalam sambutannya mengatakan, Stunting adalah masalah gizi kronis
akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan pada anak.
“Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan
anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya,”
ungkapnya.
Menurut Wattimena, kekurangan gizi bisa terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada awal masa kehidupan setelah lahir yang mana baru akan
nampak setelah anak berusia 2 tahun.
“Kekurangan gizi juga bisa menyebabkan masalah
kesehatan terhadap ibu maupun bayi. Balita stunting akan memiliki kecerdasan
tidak maksimal, dan rentan terhadap penyakit serta beresiko terhadap tingkat
produktivitas di masa depan,” ujarnya.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun
2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6 persen. Jumlah ini menurun
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen.
Selain itu, 228 kabupaten/kota mempunyai prevalensi stunting
di atas 40 persen (tergolong sangat tinggi), dan sangat mengkhawatirkan. Oleh
karena itu, pemerintah terus bergerak dari tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten/kota untuk menyusun strategi nasional percepatan pencegahan stunting,
dengan target nasional angka stunting di tahun 2024 berada di angka 14 persen
atau dibawah 14 persen.
“Apabila Pemerintah Pusat menargetkan atau menurunkan
stunting 14 persen dengan capaian 38 persen pertahun, maka secara konsisten
Pemkot Ambon harus melakukan hal yang
sama, dimana kita harus dibawah target nasional,” cetusnya.
Sementara itu, sesuai hasil survei Indonesia tahun 2022
angka stunting Ambon 21,21 persen, namun presentasi penurunan Kota Ambon paling
rendah dari pada Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku.
“Kita paling rendah di Provinsi Maluku, tapi penurunan
stunting kita yang paling kecil. Karena dari sisi apapun kita lebih dari
kabupaten/Kota yang lain, mulai dari faskes, nakes dan lainnya kita lebih baik
tapi kalau kita turunnya kecil dari mereka artinya ada yang salah. Maka dari
itu, target kita di tahun 2022 yakni 18,6 meleset sebab kita hanya bisa capai
21,8 persen,” bebernya.
Dengan demikian, Ia berharap adanya kerjasama yang baik
dalam upaya menurunkan angka stunting di Kota Ambon.
“Stunting ini tidak bisa hanya dilakukan oleh satu
pihak. Kita butuh kolaborasi, dan kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan
supaya stunting ini kita bisa turunkan,” tandasnya.
(dp-53)