![]() |
Ilustrasi Anggota Dewan |
Sudah tak cerdas, ’’kampungan’’, malah bikin reseh lagi. Begitu ungkapan yang pantas kepada 18 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Maluku Barat Daya saat ini. Banyak kebutuhan rakyat seperti pelantikkan kepala desa yang tersendat-sendat, krisis air bersih, pelayanan publik tak maksimal atas pengoperasian kapal-kapal perintis, meroketnya harga kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak (BBM), dan kebutuhan urgen lainnya yang belum tercukupi akibat lemahnya kinerja legislator MBD.
’’Mereka sombong di kampung, tapi nau-nau (idiot) di kota,’’ tuding Simon Adam Oraplean, komponen pemuda MBD di Ambon, Jumat (22/3). Dia menyangsikan kualitas wakil rakyat asal MBD karena banyak persoalan kemasyarakatan yang sudah hampir lima tahun tak terurus, terbengkalai, dan tak diresponi dengan populis dan humanis. ’’Mereka bikin program studi banding kiri kanan, tapi kerja mereka sebagai wakil rakyat tak becus,’’ kecam pria Kokwari, Babar Timur ini.
Yang dikeluhkan Oraplean, di saat rakyat mendambakkan pelayanan maksimal di berbagai aspek kehidupan, di saat bersamaan para wakil rakyat menggelar reses di Ambon. ’’Kok reses di sini (Ambon), bukannya harus di desa-desa di MBD. Ini bentuk ketidakjelasan sebagai anggota dewan yang mesti mewakili kepentingan rakyat,’’ ungkapnya. Dia mengimbau masyarakat agar tak lagi memercayai anggota dewan MBD saat ini karena komitmen mereka yang tak jelas, abu-abu, dan hanya berpikir diri dan kekuasaan pribadi. Ini catatan untuk rakyat MBD untuk pemilu legislative April 2014 mendatang. (ros)