![]() |
Ilustrasi Buronan |
Namrole, Dharapos.com
Memasuki dua bulan pasca terbunuhnya Abdulrahman Latuwael, Tehmorit Latbual (TL) yang diduga sebagai pelaku pembunuhan hingga saat ini belum juga tertangkap.
Atas fakta ini, Kapolres Buru AKBP. Popy Yugonarko bersama jajarannya khususnya pada Satuan Reskrim Polres Buru maupun Polsek Waisama dan Namrole dinilai tak serius mencari tahu keberadaan pelaku.
Kepada Dhara Pos, salah satu keluarga Uke Nurlatu, korban penyiksaan 6 oknum polisi di Buru Selatan yang meminta namanya tidak dimuat menuding Kapolres Buru sudah kemasukan angin segar dari pihak keluarga pelaku pembunuhan.
“Buktinya sampai saat ini, Kapolres dan anak buahnya belum juga menangkap pelaku. Ada apa di balik ini semua? Ini kan sangat lucu! Masa Satuan Polres Buru yang di lengkapi dengan ribuan personil kok untuk menangkap seorang Tehmorit Latbual yang terbukti membunuh Abdulrahman Latuwael, mereka tidak mampu melakukannya,” herannya.
Menurutnya, terkesan tidak ada upaya dari pihak Polres Buru untuk melakukan penangkapan terhadap TL.
Malah pihak keluarga korban, beber sumber, mengaku kesal dengan cara-cara keji pihak aparat Polsek Namrole dan Waisama atas penanganan kasus pembunuhan yang dilakukan TL terhadap Abdulrahman Latuwael.
“Bukannya mencari pelaku pembunuhan tapi ini malah Polsek Namrole dan Waisama dengan sengaja mengadu domba antara marga Latuwael dan Nurlatu dengan cara melakukan penangkapan secara membabi buta terhadap Bapak Uke Nurlatu beberapa waktu lalu bahkan disiksa seperti binatang,” kecamnya.
Keluarga juga mengaku sangat kecewa dengan tindakan oknum aparat kepolisian yang tidak melakukan penangkapan terhadap TL namun sengaja memicu terjadinya konflik baru diantara dua marga ini.
“Ternyata semua ini hanya permainan licik dan akal bulus dari aparat Polsek Namrole dam Waisama untuk membuka ruang terjadinya pertumpahan darah diantara marga Nurlatu dan Latuwael,” tegas sumber.
Tidak hanya itu saja, karena pihaknya juga mencurigai Kapolres Buru dan jajarannya tahu keberadaan atau tempat persembunyian pelaku namun sengaja tidak melakukan hal itu.
“Malah sebaliknya mereka bertindak secara membabi buta dengan menangkap dan menyiksa Bapa Uke Nurlatu padahal sudah ada barang bukti berupa tombak dan pengakuan saksi bahkan istri pelaku bahwa tombak yang di gunakan untuk membunuh korban itu benar-benar milik suaminya (TL, red) sesuai yang digunakan pada saat keluar dari rumah sampai terjadi aksi pembunuhan tersebut, suaminya tidak pernah kembali di rumah sampai saat ini,” kecam sumber.
Di kesempatan yang sama, pihak keluarga Uke Nurlatu mendesak Kapolda Maluku turun tangan menyikapi fakta ini.
“Kami dari pihak keluarga korban meminta kepada Bapak Kapolda Maluku untuk bersikap tegas atas anak buahnya yang tidak mampu bekerja profesional,” desaknya.
Kedua Kapolsek baik di Sektor Waisama maupun Namrole sudah sepantasnya diganti, karena dari cara kerja keduanya bukan menyelesaikan persoalan namun sebaliknya malah sengaja memicu masalah baru yang bisa berujung pada pertumpahan darah.
Pihak keluarga juga mendesak secepatnya dilakukan proses hukum terhadap 6 oknum polisi penganiaya asal Polsek Namrole dan Waisama yang telah melakukan aksi penganiayaan terhadap Uke Nurlatu.
“Karena keluarga korban sudah melapor ke Provos Polres Buru dan Wakapolres Buru namun kenyataannya hingga hari ini, Provos Polres Buru belum juga melakukan penangkapan terhadap mereka,” kecamnya.
Olehnya itu, direncanakan dalam beberapa waktu ke depan apabila tidak ada tindak lanjut dari Kapolres Buru terhadap kasus ini, maka pihak keluarga Uke Nurlatu akan melaporkan kasus ini ke Polda Maluku.
Sebelumnya, Uke Nurlatu, warga Waisama, babak belur dihajar 6 oknum anggota polisi yang bertugas di Kepolisian Sektor Waisama dan Namrole, Kabupaten Buru Selatan.
(dp-37)