Utama

Batu Pertama Rumah Adat Kei Karya Anak Negeri Resmi Diletakkan

34
×

Batu Pertama Rumah Adat Kei Karya Anak Negeri Resmi Diletakkan

Sebarkan artikel ini
Rumah Adat Kei
Penyerahan uang senilai Rp 2 Miliar secara
simbolis dalam rangka pembagunan
Rumah Adat Kei di Tual

Tual, Dharapos.com
Batu pertama Rumah Adat Kei yang merupakan manifestasi dari karya anak Negeri Kei telah diletakkan oleh para Raja asal Kepulauan Kei, Minggu (8/11) siang.

Pembangunan Rumah Adat Kei tersebut merupakan persembahan dari Ketua DPP Front Pemuda Muslim Maluku (FPMM) Hi. Umar Ohoitenan dan keluarga besar Larvul Ngabal yang berdomisili di Jakarta.

Pada kesempatan tersebut sekaligus dilakukan penyerahan anggaran sebesar Rp 2 Miliar oleh ketua DPP FPMM yang disaksikan langsung oleh Kontraktor Enos Setitit  bersama Walikota Tual Drs. Hi. MM. Tamher, MM, M.Si dan Bupati Maluku Tenggara (Malra) Ir. Andreas Rentanubun.

Usai menyerahkan dana tersebut, Hi. Umar atau yang akrab disapa Umar Key menyampaikan permohonan maaf kepada Walikota Tual dan Bupati Malra karena dirinya bersama keluarga besar Evav di Jakarta sudah mendahului rencana pembangunan rumah adat ini.

Direncanakan, Rumah Adat Kei tersebut akan dibangun  oleh  kontraktor Enos Setitit yang merupakan salah satu anak Raja asal desa Rumat dengan menggunakan dana sebesar Rp 2 Miliar. Bangunan tersebut dibangun di atas tanah seluas 400 meter persegi dengan luas bangunan 400 meter persegi.

Peletakan batu pertama tersebut diawali dengan peletakan Emas Adat Kei oleh raja Fer Drs. Abdul Hamid Rahayaan, kemudian dilanjutkan oleh perwakilan dari Raja Danar. Kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban sebanyak 1 ekor sapi dan 2 ekor kambing.

Sementara itu Bupati Malra Ir. Andreas Rentanubun dalam sambutannya mengatakan, sebagai orang Kei, Hi. Umar telah meletakkan sesuatu yang luar biasa karena yang bersangkutan telah membantu Pemerintahan untuk pembangunan rumah adat ini.

“Dari sisi Pemerintahan, kita memiliki dua Pemerintahan tetapi adat istiadat kita hanya satu,” tandasnya.

Meskipun demikian, Bupati juga mengaku Pemkab Malra telah mengalokasikan sejumlah dana bagi pembangunan rumah adat tersebut namun gambar dari bangunan itu tidak selesai dilaksanakan  sehingga sampai saat ini rencana pembangunan itu tidak terlaksana.

“Oleh karena itu kami mengharapkan jika pembangunan rumah adat ini selesai dibangun kiranya akan menjadi simbol dan kekuatan kita untuk membangun tanah Kei ini,” tukasnya.  

Walikota Tual Drs. Hi. MM. Tamher, MM, M.Si dalam inti sambutanya menegaskan bahwa tercatat dalam sejarah, ada anak nusantara asal  Kei yang merupakan anak adat yang peduli dengan sarana adat.

“Terbukti salah satu putra bangsa asal Kei, Umar Ohoitenan telah datang untuk membangun rumah adat tersebut di atas tanah ini,” tegasnya.

Diakuinya, banyak anak Kei yang menjual Kei bagi kepentingan tertentu tetapi Umar telah datang dan membangun Kei karena dia datang dengan membawa uang dari Jakarta untuk bangun rumah Raja bagi kepentingan para Raja dan masyarakat di Tanah Evav ini.

“Dihadapan para Raja, kami juga meminta izin kalau sewaktu-waktu kami datang dan melihat rumah raja ini dan mengharapkan juga bisa diberikan bagi masyarakat adat kita,” akuinya.

Selain itu, ditegaskan Walikota, meskipun ada dua pemerintahan di tanah Kei ini, tetapi kekuatan adat merupakan kekuatan untuk menyatukan dua pemerintahan di tanah Evav ini.

Turut pula dalam memberikan sambutan, Raja Fer Drs. Hi. Abdul Hamid Rahayaan.

“Sejak zaman dahulu sampai saat ini baru rencana pembangunan rumah adat ini terealisasi atau terwujud,” ungkapnya.

Karena itu, pihaknya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Umar Ohoitenan karena sudah mempersembahkan yang terbaik kepada “Bumi Pertiwi”.

“Karena itu, mari Manggurebe Maju, Belum Terlambat,” ajak Rahayaan.

Pihaknya juga minta agar pembangunan rumah adat ini dapat di jaga dan di rawat oleh dua Pemerintahan ini bersama masyarakat.

Hadir mewakili keluarga dalam menyampaikan ucapan terima kasih bagi Pemerintah dan Masyarakat di dua daerah ini, Drs. Hi. Harun Letlet yang turut hadir menyaksikan peletakan batu pertama pembangunan Rumah adat yang berlokasi di Kota Tual tersebut. Begitu pula unsur Muspida, para Raja, tokoh adat, dan tokoh masyarakat.

Pada acara itu juga, melibatkan tiga golongan agama untuk mendoakan proses pembangunan rumah adat dimaksud.

Pantauan media ini, peletakan batu pertama pembangunan rumah adat bagi para raja Lor Siuw Lorlim oleh Umar Kei di kota Tual diawali dengan prosesi adat Kei.

Sebelum peletakan batu pertama, 21 raja yang tergabung dalam Ur Siu (Pata Siwa) dan Lor Lim (Pata Lima) yang berada dalam 2 daerah administratif diantaranya kabupaten Malra dan kota Tual diarak dengan tarian Belang lambang kebesaran dalam adat Kei.

Setelah Umar Kei menyerahkan secara simbolis tanah 400 meter persegi dan uang senilai 2 miliar rupiah untuk pembangunan rumah adat (Amalir Loor) kemudian dilanjutkan dengan prosesi adat peletakan batu pertama yang dipimpin Rat Famur Danar (Raja Danar) Hi. Moh Hanubun.

Sebelum peletakan batu pertama, Rat Lor Lim ( Raja Fer ) Drs. Hi Abdul Hamid Rahayaan  menanamkan emas adat ke dalam liang pondasi. Setelah penanaman Emas Adat, dua ekor kambing dan satu ekor sapi disembelih dan darahnya di masukan ke dalam liang tempat peletakan batu pertama.

Usai pemotongan kurban, Rat Lor Lim Abdul H. Rahayaan terlebih dahulu melakukan peletakan batu pertama dan diikuti Walikota Tual, Bupati Malra,  Muspida dan terakhir oleh Umar Kei.

Rahayaan dalam sambutannya  menggunakan bahasa adat Kei mengucapkan banyak terima kasih kepada Umar Kei karena dengan dibangunya rumah adat maka nilai-nilai adat Kei dan kearifan lokal tidak akan punah.

Ia juga mendoakan agar Umar Kei beserta keluarga diberikan umur panjang.

Acara peletakan batu pertama rumah adat kemudian ditutup dengan tari sawat dan tari kipas.


(Iwk)

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *