Berita Pilihan Redaksi

Dinas Perikanan MTB gencarkan program GMI

18
×

Dinas Perikanan MTB gencarkan program GMI

Sebarkan artikel ini
Dinas Perikanan MTB GMI%2527
Bupati Petrus Fatlolon saat mermberikan arahan pada kegiatan program unggulan Dinas Perikanan
MTB yaitu Gerakan Menangkap Ikan (GMI) yang kembali di gelar pekan kemarin
Saumlaki, Dharapos.com
Salah satu program
unggulan Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) adalah Gerakan
Menangkap Ikan (GMI) yang telah dilakukan semenjak akhir 2017 lalu.
Kegiatan itu
kembali digelar pekan kemarin dan dipusatkan di desa Tutukembong, Kecamatan
Nirunmas yang dihadiri oleh para nelayan dari lima desa di kecamatan itu yakni Desa
Tutukembong, Manglusi, Arma, Watmuri, Waturu, serta Desa Lorwembun di Kecamatan
Kormomolin.
“Para nelayan ini digerakkan ke satu titik
yakni di Pelabuhan Tutukembong, kemudian mereka diberikan arahan dan
pembinaan  dari Bupati.  Bupati memberikan supporting dan reword lalu
saat itu mereka di lepas untuk melaut. Kami menyiapkan sedikit bahan bakar dan
bantuan beras dari Bupati untuk setiap nelayan yakni 15 kg beras untuk
masing-masing nelayan disertai 5 liter bahan bakar,”urai Venantius Batlayeri,
Kepala Dinas Perikanan MTB di Saumlaki, Jumat (23/2/2018).
Menurutnya, program
ini digalakan sebagai langkah untuk memberikan perhatian serius kepada para nelayan
yang saat ini kurang memanfaatkan pekerjaannya untuk kesejahteraan keluarga.
Pasalnya mereka
hanya menjadikan pekerjaan menangkap ikan sebagai kegiatan tambahan padahal 
Pemerintah
daerah setempat melalui Dinas Perikanan MTB selama ini sudah banyak memberikan
bantuan seperti alat pancing, motor laut, jaring dan sebagainya.
Selain itu,
sebagian nelayan yang memperoleh bantuan Pemkab tersebut tidak memanfaatkan
untuk menghidupi keluarga melainkan di jual kepada pihak lain.
“Untuk itu melalui program ini, mereka
digiring agar mengetahui manfaatnya. Untuk bisa menggerakkan mereka maka kami
langsung turun bersama kepala desa dan camat, bahkan dalam acara kemarin itu
juga dihadiri Bupati,” tambahnya menjelaskan.
Venantius
menyatakan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan PT. Inti Mas Jaya guna
memperlancar kegiatan GMI.
Perusahaan tersebut
menyediakan tiga buah kapal penampung dan bertugas membeli hasil tangkapan ikan
dari para nelayan di laut dengan modal sendiri 
lalu kemudian dipasarkan di Saumlaki maupun keluar daerah.
“Kurang lebih dalam
satu bulan ini, perusahan sudah membeli hasil tangkapan nelayan dengan nilai
kurang lebih Rp3 Miliar. Kurang lebih dua atau tiga jam para nelayan melaut dan
saat mereka kembali, ada yang memperoleh keuntungan hingga Rp2 juta di hari itu
juga,” sambungnya.
Di tahun ini,
program GMI akan dilaksanakan juga di lima lokus yang sama yakni di kecamatan
Wuarlabobar, kecamatan Tanimbar Utara, kecamatan Tanimbar Selatan dan kecamatan
Wermaktian.
Dengan rencana
kerja yakni setiap bulan satu lokus akan didatangi pihaknya untuk memantau  secara 
langsung kegiatan itu, sementara para
petugas dari Dinas Perikanan bakal melakukan pengawasan dan pendampingan setiap
saat.
“Bupati mengarahkan
agar kegiatan ini dilaksanakan secara rutin. Seremonialnya pasti beliau ikuti
tetapi bahwa pembinaan secara teknis operasional itu dilakukan oleh petugas
perikanan yang mendampingi dan menggerakkan para nelayan , membangunkan mereka
untuk bisa menjadi nelayan yang professional,” tandasnya.
Sebelumnya,
Venantius mengatakan, Kabupaten MTB adalah daerah kepulauan dengan luas wilayah
laut melebih wilayah darat dan memiliki kekayaan laut yang berlimpah termasuk
perikanan.
Meskipun kaya akan
sumber daya alam lautnya, namun ketersediaan stok ikan di pasar Saumlaki kian
berkurang.
Kondisi itu
diperparah dengan adanya lonjakan penduduk dan kesiapan sumber daya manusia
(SDM) 
para nelayan lokal yang tidak berimbang sehingga mengakibatkan permintaan
lebih tinggi daripada persediaan.
Stok atau hasil
tangkapan ikan itu  biasanya akan sangat
menurun pada puncak musim barat atau musim timur.
Selain kendala
dimaksud, ada juga kondisi lain seperti kejenuhan para nelayan untuk memasarkan
hasil tangkapannya.
Para nelayan lokal
lebih cenderung menangkap ikan seadanya dan dipasarkan dalam jumlah yang terbatas,
karena jika memperoleh hasil tangkapan dalam jumlah yang banyak maka
diperhadapkan dengan kesulitan memasarkannya.
Kesulitan tersebut
yang mengakibatkan terjadi kejenuhan nelayan untuk melakukan penangkapan ikan
secara rutin.

(dp-18)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *