Politik dan Pemerintahan

Dituding Lamban, Wendy Pelupessy: Pemkot Ambon Cepat Tangani Kasus HIV

4
×

Dituding Lamban, Wendy Pelupessy: Pemkot Ambon Cepat Tangani Kasus HIV

Sebarkan artikel ini

Wendy Pelupessy2


Ambon, Dharapos.com
– Pemerintah
Kota (Pemkot) Ambon telah melakukan penanganan kasus HIV secara maksimal dan
cepat.

Hal itu disampaikan oleh Kepala
Dinkes Kota Ambon, Wendy Pelupessy, menanggapi tudingan yang menyatakan pihaknya
bergerak lamban dalam mengatasi kasus tersebut.

“Kami tidak lamban dalam
menangani kasus ini, justru Kota Ambon itu cepat, karena kita langsung
melakukan screening dengan cara menjemput bola di tempat-tempat yang beresiko
terjadinya penularan HIV,” ungkap Kadis saat melakukan konferensi pers
bersama Direktur Yayasan Pelangi Maluku (YPM) Rosa Pentury, dan Kepala Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Ambon, Rems Talle, di
Ruang Vlisingen Balai Kota, Rabu (13/09/2023).

Dikatakan, saat ini Dinkes Ambon
telah menyiapkan beberapa puskesmas yang siap untuk melakukan pemeriksaan
terhadap warga kota yang ingin diperiksa.

“Kita deteksi dini sejak
beberapa tahun lalu. Oleh karena itu kita 
menemukan kasus HIV/AIDS yang lebih tinggi.  Dengan deteksi dini tersebut,  kita temukan lebih banyak  dalam kondisi HIV, sehingga ketika yang
bersangkutan minum obat ARV secara teratur, dia tidak jatuh dalam kondisi
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), yang bisa menyebabkan
kematian,” tuturnya.

Pelupessy memastikan, jika
seseorang dengan HIV kemudian minum obat secara teratur, maka orang tersebut
bisa beraktivitas seperti biasa dan bisa memperpanjang hidupnya.

Sebaliknya, jika tidak meminum
obat secara teratur, bahkan tidak melakukan pemeriksaan maka otomatis akan
berdampak buruk hingga berisiko menular bagi orang lain.

“Oleh karena itu, Dinkes
bergerak cepat untuk mendeteksi. Bayangkan fenomena gunung es. Ketika kita
tidak mendeteksi dan menganggap aman-aman saja, ternyata di bawah ini terjadi
penularan yang luar biasa, sehingga kita berada dalam kondisi yang sulit untuk
mengendalikan penyakit ini,” bebernya.

Penularan HIV/AIDS, lanjutnya,
paling banyak melalui seks bebas, melalui jarum suntik narkoba dan dari ibu ke
anak. Untuk penularan melalui jarum suntik narkoba sudah jarang ditemui,
kemudian dari ibu ke anak, itu sudah tidak lagi di temukan, karena skrining
betul-betul ditetapkan di rumah sakit dan Puskesmas.

“Kita antisipasi dengan
mewajibkan semua Puskesmas melakukan deteksi dini HIV kepada ibu hamil,
penderita TBC dan semua pasien diabetes melitus. Sementara penularan melalui
seks bebas ini menyangkut dengan perilaku, oleh karena itu diingatkan untuk
tidak  melakukan seks bebas, dan jika
melakukan harap untuk menggunakan kondom,” pungkasnya.

Senada, Direktur YPM, Rosa
Pentury mengaku, sejauh ini pihaknya bersama Dinkes Kota Ambon telah berusaha
menangani kasus HIV secara baik.

“Kami juga telah berusaha
untuk mempercepat screening dan deteksi dini,” kata Pentury.

Menurutnya, kenaikan angka HIV
itu menandakan  keberhasilan mereka dalam
melakukan penanganan. Pasalnya, jika semua pengidap HIV terdata, maka tidak
akan menyulitkan YPM maupun Dinkes untuk melakukan penanganan, bahkan resiko
penularan pun akan berkurang.

“Ambon di tahun 2019 pernah
menjadi rekomendasi klinik komunitas HIV, yang kedua saya kemarin baru rapat
dengan Sinode dan Kementerian Kesehatan soal penanganan. Jadi, kalau dikatakan
lamban menurut banyak orang saya tidak tahu alat ukurnya apa. Angka HIV sudah
rendah, dan yang terakhir beberapa orang sudah open status itu sudah langkah
maju,” tandasnya.

(dp-53) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *