![]() |
Pemimpin Umat Katolik Keuskupan Amboina, Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC saat berada d Malra pekan lalu |
Langgur, Dharapos.com
Menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi Maluku dan Kabupaten Maluku Tenggara serta Kota Tual pada 2018 mendatang membuat eskalasi politik meningkat tajam.
Sejumlah bakal calon baik Gubernur maupun Bupati dan Wali Kota mulai bermanuver bersama tim suksesnya demi meraih simpati masyarakat hingga elit-elit partai politik setempat bahkan ke tingkat pusat.
Tak dipungkiri pula, bahwa dalam momen seperti ini manuver-manuver yang tak elok pun turut mengambil kesempatan hingga kemudian memicu terjadinya gesekan-gesekan yang bermuara pada aksi saling hujat hingga tak menutup kemungkinan berujung pada tindakan anarkis.
Menyikapi itu, Pemimpin Umat Katolik Keuskupan Amboina, Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, mengingatkan semua pihak yang akan berkompetisi pada pesta demokrasi 2018 mendatang untuk bersikap profesional dan menghargai nilai-nilai demokrasi.
“Saya ingatkan kepada semua bakal calon atau kandidat kepala daerah agar berjiwa profesional dalam berkompetisi dengan tetap mengedepankan nilai-nilai demokrasi dalam berpolitik. Karena negara kita adalah negara demokrasi dimana keputusan tertinggi ada di tangan rakyat yang memilih,” imbuhnya, saat dikonfirmasi baru-baru ini.
Dengan demikian, harus disadari bahwa kemenangan bukan di tangan para kompetitor tetapi mutlak ada di tangan rakyat.
Diakui Uskup Mandagi, adalah hal yang biasa jika setiap momen dalam rangka Pilkada, maka pastinya eskalasi politik akan naik atau meningkat tajam.
“Dan itu bagus juga harus naik karena kalau turun berarti tidak ada pilkada baik Pilkada di Kota Tual maupun Kabupaten Maluku Tenggara,” akuinya.
Meski demikian, Uskup Mandagi mengharapkan kepada semua pihak untuk menyadari sungguh bahwa Pilkada itu sebenarnya menunjukkan sebuah tanda bahwa negara ini menjunjung tinggi demokrasi. Yang mana semua keputusan ada di tangan rakyat menjadi salah satu tanda ada Pilkada.
“Makanya, saya ingin kembali mengingatkan kita semua bahwa janganlah akhirnya karena Pilkada lalu negara kita yang demokratis ini menjadi hancur, seperti apa yang hampir saja terjadi di Pilkada Jakarta kemarin,“ imbuhnya.
Uskup Mandagi secara tegas memperingatkan bahwa janganlah suasana Pilkada Jakarta sampai masuk ke daerah ini.
“Seperti isu sara, tidak boleh ada itu. Misalnya, para calon mulai mengedepankan etnis, suku, agama dan sebagainya, itu tidak boleh ada dan terjadi di daerah ini. Yang mereka harus ke depankan adalah visi dan misi mereka untuk membangun Kota Tual dan Maluku Tenggara,” tegasnya.
Uskup Mandagi juga menyoroti soal komitmen para insan pers yang dinilainya memegang peranan penting dalam menentukan arah Pilkada.
“Pers harus jaga supaya jangan isu sara dipakai dalam momen Pilkada ini. Pers juga hati-hati, jangan menjadi pers yang mengusung berita ‘hoax’ tetapi harus bisa menjadi pembawa pengharapan,” pintanya.
Terhadap itu, Uskup Mandagi kemudian mengutip pernyataan Paus Fransiscus, pemimpin gereja Katolik sedunia bahwa media sosial harus menjadi sarana pembawa harapan, pembawa kegembiraan, dan bukan membawa perpecahan.
“Ini sekarang di Maluku Tenggara mereka sudah mulai mengatakan, ya… kami mengharapkan dari bapak Uskup, yang tentukan saja siapa yang mau jadi calon! Tidak boleh begitu, saya biasa-biasa saja siapa yang mau mencalonkan diri silakan maju,” elaknya.
Karena, menurutnya, semua orang punya hak untuk jadi calon asal sesuai aturan dan menggunakan prinsip karena itu artinya yang bersangkutan masih amatir.
“Kalau kita dari pihak Katolik, kita punya sarana seperti biasa melalui langkah survei dan survei itu independen survei itu akan dilaksanakan oleh Keuskupan Amboina. Tetapi intinya survei ini bermanfaat bagi para calon supaya mereka tahu apa kurang dan lebihnya sehingga mereka mulai kerja keras, makanya mereka harus berterima kasih kepada kita, “ tukasnya.
(dp-20)