Saumlaki, Dharapos.com – Kementerian Sosial RI (Kemensos) membantu mengatasi krisis air bersih yang dialami warga desa Lermatang, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Bantuan itu berupa pembangunan satu unit Water Reverse Osmosis (WRO) dan diserahkan langsung oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini saat berkunjung di desa itu, Rabu (26/6/2024).
Pihak Kemensos menyebutkan, Menteri Sosial Tri Rismaharini telah menerjunkan tim untuk membangun instalasi pengolahan air bersih layak minum di lokasi yaitu di dekat sumur tua dan gereja tua di Desa Lermatang. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara bakti sosial yang akan diselenggarakan oleh Kemensos di Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada 26-27 Juni 2024.
WRO itu dikerjakan oleh PT. Cakra Buana, salah satu perusahaan pemenang tender.
Salah satu perwakilan PT. Cakra Buana yang ditemui menyatakan, WRO ini dilengkapi dengan fasilitas untuk mengubah air mentah menjadi air siap minum.
“Peralatan ini didukung oleh keunggulan teknik dan keahlian pengolahan air berbasis membran, sistem membran standar biosant mencakup keandalan dan efisiensi dalam desain yang ringkas dan mampu menghasilkan air 1 liter dalam sedetik,” kata sumber yang tak menyebutkan namanya itu.
Sumber menyebutkan, meskipun telah diserahkan oleh Mensos Risma namun pihak perusahaan akan terus melakukan pendampingan dan pemeliharaan selama setahun.
“Kita juga akan melatih warga untuk mengoperasikan peralatan ini,” tambahnya.
Desa Lermatang adalah satu dari sekian banyak desa yang menyimpan kearifan lokal menarik terkait kejadian krisis air yang ada di sana.
Selama ini, desa yang berpenduduk 1.645 jiwa ini, hampir 90 persen penduduknya mengandalkan sumber air dari “sumur tua” yang bernama “Wetutune Wempas Dalam”. Sumur tua ini sudah ada sejak tahun 1800-an. Namun uniknya, konon oleh masyarakat setempat dianggap sebagai sumur magis supranatural, warga di sana percaya bahwa sumur tua tersebut memiliki kekuatan magis yang harus dihormati oleh mereka, sehingga sampai saat ini masih dijaga dan dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.
Sumur tua “Wetutune Wempas Dalam” berukuran sekitar 3 meter x 3 meter dengan kedalaman 15 meter. Memiliki air jernih dengan rasa segar yang berbeda dengan sumber air lainnya.
“Air di sini lebih enak dibandingkan air lainnya, lebih segar,” kata Lince Rumihin (52), salah seorang warga Lermatang.
Namun ketika kemarau tiba di bulan Oktober hingga Desember, sumur tersebut kering dan membuat warga kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.
“Kalau kemarau, kami antre ambil air dan harus menunggu 1 jam kalau air di sumur kering,” sambung Lince.
Dalam acara penyerahan, Mensos Tri Rismaharini didampingi oleh Pj.Bupati Kepulauan Tanimbar Piterson Rangkoratat dan Wakil Ketua DPRD setempat, Jidon Kelmanutu.
Untuk diketahui, Kabupaten Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu wilayah terluar Indonesia dan berbatasan laut dengan Australia. Kabupaten ini berjarak 315 mil laut dari Ambon, ibukota Provinsi Maluku dan memerlukan waktu tempuh 2 hari menggunakan kapal laut, atau 1 jam 40 menit menggunakan pesawat baling-baling. Jarak ini lebih jauh daripada jarak dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar ke Darwin, Ibukota negara bagian Australia Utara, yang hanya berjarak 300 mil laut.
Sebagian besar wilayahnya yaitu 80,94 persen atau 52.995 km persegi merupakan perairan, sedangkan wilayah daratan hanya seluas 19,06% atau 10.102 km persegi.
Ironisnya, dengan luas wilayah perairan yang besar tersebut, terdapat permasalahan krisis air bersih yang terjadi di sana.
(dp-47).