![]() |
Ketua TP PKK KKT Ny. Joice Martina Fatlolon, SP saat menyajikan materi |
Saumlaki, Dharapos.com – Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) sekaligus Bunda PAUD dan Ketua Dekranasda setempat, Ny. Joice Martina Fatlolon, SP menjadi pemateri dalam Kegiatan Bakudapa Laki-Laki dan Perempuan Gereja Protestan Maluku (GPM) Klasis Tanimbar Utara (Tanut), di Gedung Gereja Pniel, Jemaat GPM Lumasebu, Sabtu (21/9/2019).
Siaran pers yang diterima media ini dari Humas Setda KKT menyebutkan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan dengan topik “ Perempuan Masa Kini di Kepulauan Tanimbar”.
Ny. Fatlolon memberi materi kepada perwakilan peserta dari 31 jemaat GPM di Klasis Tanut dan membahas seputar transformasi sosial perempuan Tanimbar serta kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Dia menyatakan, perubahan peran perempuan Tanimbar tak hanya mengurus keluarga namun mulai mendapat ruang untuk bekerja di ranah publik yang juga memberi kesempatan peran perempuan dalam pembangunan daerah.
“Kita perempuan patut berbangga, bahwa jika dilihat dari data jumlah PNS di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, PNS perempuan lebih banyak dari PNS laki-laki, ”kata Ny. Fatlolon.
Apresiasi juga diberikan kepada GPM Klasis Tanut yang turut membuka ruang pemberdayaan perempuan.
“Jika dilihat dari data organisasi perempuan, GPM Klasis Tanut memiliki 31 wadah pelayanan perempuan jumlahnya terbesar kedua setelah TP. PKK desa dan kelurahan sebanyak 81 di Kepulauan Tanimbar” rincinya.
Namun perkembangan sosial masyarakat Tanimbar saat ini diikuti pula dengan terkikisnya penghargaan terhadap perempuan dan anak.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kepulauan Tanimbar menurutnya menjadi hal yang lumrah.
“Untuk ketahuan kita bersama bahwa saat ini di Kepulauan Tanimbar kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi hampir setiap saat, namun, hanya sedikit yang melaporkan kasus kekerasan yang dialaminya ke pihak yang berwajib. Padahal kenyataannya kasus tersebut, lebih banyak terjadi di masyarakat dan jemaat kita. Banyak kasus diselesaikam secara kekeluargaan dan adat kemudian tidak dilaporkan ke pihak berwajib” katanya menerangkan.
Data yang dia beberkan, dalam sebulan terakhir ini sudah ada beberapa kasus kekerasan seksual dan
pelakunya adalah orang terdekat dari korban. Sudah begitu, hanya diselesaikan secara adat.
“Adat dibuat oleh leluhur kita itu sesuatu sangat baik, namun sekarang ini sudah banyak disalahartikan. Bagaimana dengan korban kekerasan, yang mengalami trauma berkepanjangan sekitar kita. Penyelesaian secara Adat silahkan dilakukan tetapi proses hukum harus terus berjalan agar ada efek jera,” katanya menegaskan.
Tentang kondisi ini, Ny. Fatlolon mengajak semua peserta untuk peduli dan menjadi perhatian bersama.
Dia juga berharap agar kepedulian ini diwujudnyatakan dalam program pengurus wadah pelayanan pria, pelayanan wanita, gereja bahkan pemerintah desa.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan dan anak serta guna menyukseskan suksesnya KKT sebagai Kabupaten layak anak.
“Kami PKK bermitra dengan dinas badan terkait. Kami melakukan sosialisasi ke desa-desa untuk menghentikan kekerasan terhadap ibu dan anak. Tapi kami tidak berdiri sendiri butuh dukungan dari semua orang termasuk dari Jemaat GPM terkhusus Klasis Tanut”katanya.
Dia berjanji dalam waktu dekat akan melakukan pelatihan dan pendampingan kepada konselor korban-korban kasus kekerasan perempuan dan anak.
Para pendamping adalah relawan dan akan di bentuk di 80 desa 1 kelurahan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Untuk itu butuh dukungan semua pihak yakni dari gereja, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh perempuan, serta semua seluruh lapisan masyarakat.
“Setinggi apapun jabatan seseorang wanita atau istri diluar, dirumah tetaplah istri. Harus tunduk dan hormat kepada suami” pesannya kepada peserta.
(dp-47)