![]() |
Para siswa sedang bermain di halaman sekolah |
Manokwari, Dharapos.com
Nuni, adalah nama sebuah kampung yang terletak di Distrik Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Untuk bisa mencapai kampung ini, harus menempuh perjalanan sejauh lebih kurang 20 Km dari ibukota Kabupaten Manokwari.
Kru Dharapos.com yang berkesempatan mengunjungi kampung tersebut,beberapa waktu lalu harus menghabiskan waktu tempuh hampir 10 jam dari kota Jayapura, ibukota Provinsi Papua hingga tiba di kampung Nuni.
“Berangkat dari rumah sejak pukul 05.00 Wit. Dari kota Jayapura ke Bandara Sentani di Kabupaten Jayapura, butuh waktu 30 menit perjalanan untuk sampai bandara. Setelah lapor 06.30 Wit, saya masih harus menunggu penerbangan dengan menggunakan pesawat Sriwijaya Air pada pukul 09.45 Wit,” demikian tutur Harlet dalam emailnya, yang dikirim ke Redaksi Dhara Pos, berkantor pusat di kawasan Gunung Nona, Kelurahan Nusaniwe, kota Ambon, Provinsi Maluku.
Keindahan Danau Sentani turut menemani perjalanan karena jalan yang dilalui kru Dharapos.com memang posisinya menyusuri pinggiran danau yang dikenal dengan panoramanya yang begitu eksotik dan sangat mengagumkan.
Setelah menunggu lebih kurang 2 jam, akhirnya perjalanan menggunakan pesawat Sriwijaya Air menuju Bandara Rendani, Manokwari, ibukota Provinsi Papua Barat dilalui dengan memakan waktu tempuh selama 1 jam 7 menit.
“Setelah tiba di Rendani sekitar pukul 11.30, saya ambil waktu istirahat sejenak sambil menikmati Abon Gulung salah satu makanan khas Manokwari ditemani segelas kopi,” sambungnya.
Usai 20 menit beristirahat, perjalanan menuju kampung Nuni dilanjutkan kembali dengan menggunakan mobil bak terbuka.
“Tapi karena saya sempat singgahi sejumlah tempat sepanjang perjalanan makanya lebih kurang pukul 15.00 Wit baru tib adi kampung Nuni dan menempati rumah salah satu warga setempat,” sambungnya.
Perjalanan dari pusat kota harus melewati hutan rimbun di selingi empat kampung sebelum kampung Nuni, yakni kampung Angori, Fami, Mandopi dan Bremi.
Kampung yang di huni sekitar 30 kepala keluarga ini memiliki latar belakang asal daerah yang berbeda seperti Serui dan Biak (Provinsi Papua), Ambon (Provinsi Maluku) dan suku Mandacan yang merupakan penduduk asli yang mayoritas bermukim di kawasan pegunungan Arfak, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Namun, kehidupan mereka sangat rukun dan saling tolong menolong.
Di kampung Nuni, ada satu bangunan sekolah dasar, dan tiga buah gereja. Salah satunya adalah gereja yang dalam setiap liturgi ibadahnya menggunakan bahasa suku Mandacan.
“Ada satu sekolah negeri yang siswanya kurang lebih 90 siswa, dengan 4 guru dan kepala sekolah, namanya SD Negeri Nuni. Memiliki tujuh ruang belajar dan satu kantor,” terangnya.
Namun, diakuinya, kegiatan belajar-mengajar sangat tidak normal karena sering kali murid-murid lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain di halaman sekolah. Kondisi ini terjadi karena sekolah tersebut memiliki tenaga guru yang sangat terbatas.
Dari sisi kehidupan ekonomi warga setempat terlihat cukup baik dengan adanya berbagai fasilitas yang dimiliki warga seperti motor, parabola maupun fasilitas lainnya.
![]() |
Kru Dharapos.com & para siswa SD Negeri Nuni |
Namun ada satu hal mendasar yang terungkap dari isi hati anak-anak di Kampung Nuni yang selama ini dirasakan belum terpenuhi secara baik bahkan bisa dikatakan masih sangat jauh dari harapan.
Hal itu terkesan jelas dalam obrolan singkat yang terjadi antara kru Dharapos.com, dengan beberapa siswa yang saat itu lagi bermain di halaman sekolah dengan dialek khas daerah.
Kru Dharapos.com : Selamat pagi ade…!
Siswa : Selamat pagi juga Bapak!
Kru Dharapos.com: Ade, ko tidak belajarkah ?
Siswa : Ah…tidak Bapak, kitorang tara (tidak) ada guru !
Kru Dharapos.com : Trus …. Ade ko punya guru ada berapakah ?
Siswa : Ah…. Bapak, kitorang punya guru sedikit saja hanya 4 orang. Satu Bapak kepala sekolah dan tiga guru.
Kru Dharapos.com : Trus …. ko belajar bagaimanakah ?
Siswa : kitorang belajar ganti-ganti, Bapak !
Dharapos.com : Trus … jam berapa ko masuk kelas kah ?
Siswa : Ah…. tidak Bapak, kitorang tara masuk kelas lagi karena pak guru ada ajar kelas enam Bapak !
Kru Dharapos.com : Trus …. dorang (kalian) bermain sampai sekolah pulang kah ?
Siswa : Iya … Bapak, kitorang bermain sampai sekolah pulang
Kru Dharapos.com : Trus, dorang belajar kapan, kalau hanya main terus…….?
Siswa : Bapak, kitorang butuh guru, kalau tidak ada guru kitorang main saja Bapak !
Kru Dharapos.com : Oke…., baik ade selamat pagi !
Siswa : Selamat pagi juga Bapak……!!!!
Inilah sebagian kecil ungkapan isi hati anak-anak kampung Nuni di dalam ketuluspolosan dan kesederhanaan mereka tentang apa yang menjadi keinginan dan harapan mereka yang selama ini terpendam tanpa pernah terungkap.
Para siswa yang santun dan sopan serta bersahaja ini akan terus setia menunggu uluran tangan Pemerintah demi masa depan mereka dan seluruh warga kampung Nuni.
Usai melakukan obrolan singkat dengan para siswa SD Negeri Nuni, kru Dharapos.com langsung bergegas kembali ke kota kabupaten. Karena keesokkan harinya, harus kembali ke kota Jayapura untuk meneruskan aktivitas seperti biasanya.
(Harlet)