Ambon,
Dharapos.com – Papalele merupakan suatu kegiatan berjualan yang sudah ada dan
dilakukan masyarakat Kota Ambon sejak dulu.
Papalele
biasanya dilakukan oleh ibu-ibu dengan pakaian yang khas (kain kebaya).
Kegiatan
mereka dapat dilihat sehari-hari di seputaran Kota Ambon, lebih tepatnya banyak
ditemui di pasar mardika.
Kendati
demikian, bukannya menjadi prioritas karena menjadi pelaku budaya Kota Ambon
sendiri, para Papalele ini mala seringkali mendapatkan banyak perlakuan yang
dirasa tidak pantas.
Salah
satunya, terkait tidak adanya lokasi tetap bagi para pedagang tradisional Kota
Ambon atau yang biasa disebut Papalele, masih menjadi persoalan yang tak
terpecahkan.
Tidak adanya
lokasi khusus bagi para pedagang Papalele ini juga disampaikan Anggota DPRD
Kota Ambon, Tan Indra Tanaya saat menjawab pertanyaan warga Sektor Zaitun,
Jemaat GPM Soya, lebih tepatnya warga Lorong SMP Negeri 10 Ambon, pada reses
masa sidang III tahun 2022/2023.
“Ini
adalah fakta, bahwa ibu-ibu papalele tidak punya tempat khusus di pasar
Mardika,” ungkap Indra di lokasi Reses, Minggu (13/08/2023).
Tak hanya
mendapatkan tempat khusus, namun seringkali para pedagang papalele mendapatkan
perlakuan yang tidak pantas dari oknum petugas di pasar Mardika.
“Kadang
kala mereka dibentak, bahkan diusir dari tempat berjualan. Ini kan kasihan
sekali,” ujarnya.
Menindak
lanjuti hal tersebut, Politisi Partai Nasdem ini juga mengaku, sebagai wakil
rayat Kota Ambon, dirinya bersama rekan-rekan anggota dewan lainnya sudah
berulang kali menyuarakan hal ini.
Akan tetapi,
sampai sekarang ini penetapan lokasi khusus pedagang papalele masih menjadi
tanda tanya.
“Ini
jujur yah, pasar itu sarangnya mafia. Pernah rekan kami Pak Ari Sahertian yang
mencoba menyuarakan hal tersebut, tapi diancam balik oleh oknum-oknum yang bisa
di bilang mafia,” bebernya.
Meski
demikian, pria yang biasa disebut Ahok Ambon ini mengaku, tak akan gentar untuk
menyuarakan kegelisahan para pedagang papalele, khususnya warga Kota Ambon.
“Saya
paham bahwa ibu-ibu papalele resah dan merasa tidak mendapatkan tempat di
daerah asal sendiri. Akan tetapi, saya dan teman-teman dewan lainnya tidak akan
tinggal diam, dan akan terus menjadi penyambung lidah rakyat Kita Ambon,”
tandasnya.
(dp-53)