Kepala Disperindag Provinsi Maluku, Elvis Pattiselano |
Ambon,
Dharapos.com – Menjelang hari raya Natal 25 Desember 2021 dan tahun baru 1 Januari
2022 dilaporkan beberapa harga bahan pokok naik.
Diantaranya,
minyak goreng dan cabe.
Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku, Elvis Pattiselano menjelaskan
kenaikan minyak Goreng dari Rp17.000/liter menjadi Rp20.000-21.000/liter bukan
hanya terjadi di Maluku, tetapi seluruh wilayah di Indonesia.
“Kondisi ini
dipicu kenaikan harga bahan baku atau crude palm oil (CPO) di pasaran
internasional,” terangnya saat ditanya mengenai hal ini di kantor Gubernur
setempat, Senin (13/12/2021).
Mengantisipasi
hal tersebut, pihaknya telah bekerjasama dengan beberapa distributor
diantaranya PT Tri Samudera, PT Inti Cakrawala Citra, Hypermart, CV Makmur
Abadi dan Bulog Wilayah Maluku dan Maluku Utara untuk menyelenggarakan pasar
murah minyak goreng di 43 titik di kota Ambon dan pulau Ambon, Kabupaten Maluku
Tengah dengan harga normal Rp17.000/liter.
“Mudah-mudahan
dengan upaya ini sedikit membantu masyarakat kita karena minyak goreng menjadi
kebutuhan utama,” ucapnya.
Sementara
kenaikan harga cabe, kata Elvis disebabkan kondisi cuaca Maluku yang tidak
menentu, sehingga terjadi gagal panen di sentral produksi lokal Buru, Kairat, Kabupaten
Seram Bagian Barat (SBB) dan Kobisonta, Kabupaten Maluku Tengah.
“Untuk
cabe menjadi tantangan kami dan dinas pertanian. Sejak agustus mereka sudah
menanaman, dan diperkirakan akhir november panen supaya menjaga stok di Desember,
ternyata tidak sesuai harapan. hujan masih jalan sampai hari ini, sehingga
banyak yang gagal panen,” tuturnya.
Untuk
mengantisipasi kekosongan stok dimaksud, pihaknya telah mendatangkan cbe dari
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Hanya saja, pengiriman cabe menggunakan transportasi
udara, sehingga turut mempengaruhi kenaikan harga cili yang saat ini telah
menembus Rp120.000-125.000/kg dari harga normal Rp60.000-65.000/kg.
“Kalau
menggunakan transportasi laut membutuhkan waktu berhari-hari. dua hari saja
cili sudah menyusut bahkan ada yang busuk. Sehingga alternatif didatangkan menggunakan
transportasi udara, yang penting barangnya harus ada,” pungkasnya.
Dilain sisi,
ungkap Elvis kenaikan harga cabe juga disebabkan hasil produksi dari kobisonta,
tidak dikirim ke Ambon, melainkan ke Papua Barat.
Menyiakpi
hal tersebut, dirinya sudah koordinasikan dengan Dinas Pertanian agar mendorong
teman-teman penyuluh memberikan edukasi kepada petani setempat, agar kedepan tidak
lagi terjadi hal serupa.
“Kan
ada bantuan bibit yang diberikan kepada mereka. Bahkan dalam rapat TPID saya
sudah menyampaikan, kalau pemprov membantu mereka menjual bibit, masa mereka
harus menjual ke Papua, penuhi dulu pasar lokal kita, kalau ada kelebihan baru
dijual kesana,” tuturnya.
Lebih lanjut
dikatakan, faktor yang juga turut mempengaruhi kenaikan kebutuhan pokok jelang
natal dan Tahun Baru, disebabkan pemberlakuan kenaikan tarif Terminal Handling
Charges (THC) oleh PT Perlindo sejak 1 November Rp600.000.
Hal ini
sudah dipertanyakan dalam rapat bersama PT Pelindo, operator pelayaran, KSOP,
KP3, asosiasi expedisi, distributor, kemudian dijawab PT Pelindo kebijakan ini merupakan
keputusan direksi dan sudah disetujui Menteri Perhubungan.
“Oleh
sebab itu dalam rakornas di Bandung saya menyampaikan itu kepada Menteri dan Dirjen
Perdagangan Dalam Negeri. Kami minta dikomunikasikan dengan Kementerian Perhubungan,
kalau bisa ditunda sampai Nataru, namun sampai saat ini belum ada info
lanjutan,” cetusnya.
Berikutnya
berkaitan penyesuaian tarif kontener, dimana selama Covid-19 harga kontener
diturunkan 50 persen, namun disaat kondisi ekonomi sudah mulai berjalan menuju ke
normal, perusahaan pelayaran harus tetap beroperasi ditambah naiknya harga BBM
100 persen, sehingga dilakukan penyesuaian kontener ke harga sebelum Covid-19
ke harga normal atau kenaikan Rp500 ribu.
“Kami
sudah bertemu distributor sudah sampaikan, kami akan hitung seberapa besar
kenaikan yang mereka tetapkan kecuali minyak goreng karena berlaku
nasional,” tutupnya.
(dp-20)