Daerah

Soal Penanganan Kemiskinan Ekstrim – Stunting, Jasmono : Harus Libatkan Semua Pihak

47
×

Soal Penanganan Kemiskinan Ekstrim – Stunting, Jasmono : Harus Libatkan Semua Pihak

Sebarkan artikel ini

Pj Sekda Malra Nicodemus Ubro
Pj Sekda Nicodemus Ubro saat membacakan sambutan Pj Bupati Malra Jasmono disela-sela kegiatan pembukaan Persidangan ke-71 Klasis GPM Pulau-Pulau Kei Kecil dan Kota Tual Tahun 2024 di Ohoi (desa) Warbal, Minggu (3/3/2024) 

Langgur, Dharapos.com 
– Tingkat kemiskinan di Maluku Tenggara (Malra) dilaporkan sebesar 21,79
% sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat.

Total penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai
lebih dari 22.000 jiwa. Sedangkan penduduk miskin ekstrim yang diidentifikasi
pengeluaran per harinya kurang dari Rp. 11.700 sebanyak 4.500 lebih kepala
keluarga (KK), yang tersebar di 11 kecamatan.

Hal itu disampaikan Penjabat (Pj) Bupati Maluku Tenggara
(Malra) Jasmono dalam sambutannya yang dibacakan Pj Sekda Nicodemus Ubro
disela-sela kegiatan pembukaan Persidangan ke-71 Klasis GPM Pulau-Pulau Kei
Kecil dan Kota Tual Tahun 2024 di Ohoi (desa) Warbal, Minggu (3/3/2024).

Jasmono mengungkapkan, kondisi stunting di Malra per-tahun
2023 menunjukkan tingkat prevalensi sebesar 16,05 persen. Dengan jumlah balita
stunting yang diidentifikasi sebanyak 1.168 anak, tersebar di 11 Kecamatan.

“Kedua fokus ini tidak dapat ditangani secara parsial. Harus
dilakukan secara bersama-sama, dan melibatkan berbagai unsur,” kata Pj Bupati.

Menurutnya, kemiskinan adalah masalah yang multi dimensi,
sehingga upaya untuk menanganinya juga harus melibatkan berbagai pihak.

Dukungan dan partispasi elemen masyarakat akan sangat
berguna untuk mendorong percepatan penanggulangan kemiskinan, kemiskinan
ekstrim dan stunting.

Pemda, lanjut Jasmono, akan sangat terbantu jika melalui
forum-forum diskusi dan terlebih khusus melalui sidang klasis ini, akan
memberikan rekomendasi konstruktif terhadap permasalahan yang ada.

Menyinggung kondisi lingkungan sosial masyarakat dewasa ini,
Jasmono menjelaskan, perubahan lingkungan strategis serta arus informasi tanpa
batas yang mengubah perspektif masyarakat, maka pelayanan bina mental dan
spiritual umat menjadi aspek pelayanan yang akan lebih dioptimalkan.

Pengaruh media sosial cukup besar dalam merubah pola pikir
dan perilaku generasi muda.

“Hari ini, daerah kita sangat rentan terhadap gangguan
keamanan dan ketertiban. Dipicu hal-hal kecil saja, bisa langsung bentrok,
menggunakan alat tajam. Korban berjatuhan, baik luka-luka maupun korban jiwa.
Warga yang tidak tahu menahu tentang masalah juga menjadi korban, aparat
keamanan menjadi korban. Ini adalah keprihatinan yang harus ditangani,” beber
Jasmono.

Pembinaan umat juga menekankan pentingnya pengawasan
terhadap generasi muda.

“Saya harapkan dari sidang klasis ini dapat memberikan
dukungan pemikiran dan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk
kebijakan daerah khususnya dalam membangun situasi kondusif di daerah ini,” pungkasnya.

(dp-red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *