![]() |
Uskup Diosis Amboina Mgr. P. C. Mandagi, MSC |
Ambon, Dharapos.com
Rasa kecewa atas ketidakhadiran Presiden RI Joko Widodo saat pembukaan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) I Umat Katolik se Indonesia pada Sabtu (27/10/2018) ternyata masih membekas di hati sejumlah warga masyakarat Kota Ambon.
Bahkan, bukan hanya dialami umat Katolik saja namun juga umat beragama lainnya turut merasakan hal yang sama.
“Rasa kecewa itu tidak hanya dialami oleh umat Katolik, tetapi turut pula dirasakan umat Kristen dan Muslim di kota ini. Fakta ini bagi saya merupakan bukti bahwa umat beragama lainnya begitu mencintai umat Katolik,” demikian ungkap Uskup Diosis Amboina Mgr. P. C. Mandagi, MSC yang ditemui di Keuskupan Amboina, Selasa (30/10/2018).
Meski demikian, ia mengajak seluruh umat Katolik maupun umat beragama lainnya untuk tak lagi mempermasalahkan ketidakhadiran Presiden Joko Widodo.
Malah ia mengajak semuanya untuk melihat bahwa event perdana ini sudah menjadi pesta rakyat, perjumpaan dan menciptakan suasana sukacita.
“Itu yang saya lihat. Jangan-jangan dengan kehadiran Presiden Joko Widodo malah tujuan dari
Pesparani yakni kegembiraan dan sukacita terhalangi karena pengamanan yang begitu ketat,” cetus Mandagi.
Ia mencontohkan setiap kali Presiden mengunjungi suatu daerah termasuk ke Maluku, pengamanan yang diberlakukan begitu ketat hingga jalan-jalan ditutup.
“Padahal dengan begitu ada 15 ribu orang di sini yang akan dibuat sengsara karena terhalang aturan itu,” sambungnya.
Olehnya itu, Mandagi mengajak seluruh umat Katolik dan masyarakat untuk bagaimana melihat event perdana ini sebagai momen kegembiraan dan sukacita persaudaraan.
“Bhinneka Tunggal Ika itu luar biasa, dan satu yang begitu terasa dalam Pesparani ini yang menurut saya sebagai sebuah kritik terhadap keadaan nyata sekarang,” bebernya.
Mulai dari politisasi agama, suku dan kebohongan bahkan menyanyi pun sudah dipolitisasi hingga timbulah rasa saling curiga yang menghancurkan Bhinneka Tunggal Ika.
Padahal Bhinneka Tunggal Ika adalah falsafah Bangsa Indonesia yang seharusnya menjadi panglima bukan politik.
“Politik hanya untuk pemimpin yang baik dalam memimpin persaudaraan, bukan sebaliknya dikorbankan untuk politik,” tegas Mandagi.
Ia juga secara khusus menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada insan media yang telah mewartakan Pesparani ini.
“Karena event ini telah menjadi kabar gembira di seluruh Indonesia bahwa di Kota Ambon ada suara kegembiraan,” tukasnya.
(dp-19)