Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Mathilda Batlayeri Saumlaki, Akhmad Romi. |
Saumlaki, Dharapos.com – Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Mathilda Batlayeri Saumlaki, Akhmad Romi menyatakan dalam waktu dekat, dua maskapai penerbangan akan mengajukan permohonan untuk mendarat di bandar udara Mathilda Batlayeri Saumlaki, kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Dua maskapai tersebut masing-masing Sriwijaya Air, anak perusahaan NAM Air dan Lion Air, salah satu maskapai penerbangan terkemuka di Indonesia di bawah naungan PT Lion Mentari Airlines.
“Dua maskapai ini telah menyatakan berminat untuk mendarat di bandar udara Mathilda Batlayeri Saumlaki. Dua maskapai penerbangan tersebut akan menggunakan pesawat berbadan lebar atau tipe Boeing,” kata Akhmad Romi di Saumlaki, Kamis (4/8/2022).
Dikatakan, keinginan pihak maskapai ini telah disampaikan secara lisan dan sudah pasti secara administratif mereka akan penuhi, seperti melalui surat resmi. Jika suratnya sudah diterima maka akan diteruskan ke kementerian perhubungan untuk diproses sesuai mekanisme.
“Kalau Sriwijaya Air itu berminat dengan berencana untuk menggunakan pesawat Boeing klasik seri 500, kalau Lion Air itu berencana menggunakan Boeing seri 800,” katanya menambahkan.
Jika pesawat berbadan lebar sudah bisa mendarat di bandar udara Mathilda Batlayeri Saumlaki maka harga tiket pesawat sudah bisa kembali normal.
Akhmad Romi menyatakan, bandara Mathilda Batlayeri saat ini memiliki panjang landasan adalah 2.300 meter, lebar 45 meter, appron berukuran 200 x 75 meter. Selain itu, saat ini sedang dalam pekerjaan peningkatan daya dukung landasan ( Over lay). Dari segi kesiapannya, bandara Mathilda Batlayeri Saumlaki sudah layak di darati pesawat berbadan lebar.
Operasional bandara hingga kini belum menggunakan alat bantu pendaratan instrumen (instrument landing system/ILS) seperti layaknya digunakan oleh bandar udara Pattimura Ambon. ILS adalah alat bantu pendaratan instrumen (nonvisual) yang digunakan untuk membantu pilot dalam melakukan prosedur pendekatan dan pendaratan pesawat di suatu bandara, atau dengan kata lain IFR (Instrument Flight Rules) adalah cara menerbangkan pesawat tanpa melihat keluar, jadi hanya mengikuti panduan instrumen di cockpit pesawat sebagai rujukannya.
“kita masih gunakan bukan instrumen murni. Berarti Airnav memberikan informasi ke pilot tentang cuaca dan angin. Biasanya mereka putar dulu sekali baru masuk. Tetapi kondisi ini tergantung Boeing. Tetapi saya lihat beberapa bandara juga bisa didarati pesawat Boeing meskipun mereka menggunakan sistem seperti kita. Misalnya di bandara Tual,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara Mathilda Batlayeri Saumlaki, Chairul Humam menyatakan, sesuai perencanaan hingga tahun 2030, bandara Mathilda Batlayeri ditargetkan menggunakan sistem pendaratan full instrument, yakni dilengkapi dengan pengukur arah atau VOR (Very High Frequency Omni Range), NDB (Non Directional Beacon) yakni alat bantu Navigasi udara yang di letakkan di darat dan dipergunakan untuk mengarahkan pesawat kesuatu tempat yang di tuju, atau untuk menemukan dan menentukan tempat landasan pesawat. Selain itu, diharpak pula tersedia DME dan peralatan lain.
Pewarta : Novie Kotngoran.