Daerah

Warga Bomaki kembali tangkap 3 ekor buaya

21
×

Warga Bomaki kembali tangkap 3 ekor buaya

Sebarkan artikel ini
Buaya Bomaki
Buaya-buaya yang mati  menjadi tontonan anak2 dan warga setempat

Saumlaki, Dharapos,com
Pasca penangkapan seekor buaya sepanjang 4,2 meter dan lebar 60 cm pada tanggal 17 Februari 2018 lalu, masyarakat desa Bomaki, kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) kembali berhasil menangkap tiga ekor buaya pada perairan laut desa itu, Selasa dan Rabu (20 – 21/3/2018).

Empat orang warga yang berhasil menangkap buaya tersebut masing-masing Kaitanus Fenanlampir, Elis Mitakda, Riki Walubun dan Yanto Fenanlampir.

Kaitanus kepada media ini menjelaskan penangkapan tersebut  dilaksanakan dengan menggunakan peralatan seadanya, yakni tali ukuran 8 mili meter sepanjang 1 meter, tali baja atau tali slang ukuran 3 mili meter sepanjang satu meter, kail nomor satu dan umpan yang terbuat dari daging babi yang sudah membusuk.

“Kami akhirnya terpaksa melakukan penangkapan secara tradisional karena para buaya ini sudah terhitung menghabisi nyawa sejumlah keluarga kami dan juga ada yang menjadi korban gigitan,” kata Kaitanus.

Dia menuturkan bahwa proses penangkapan hewan predator ini hanya memakan waktu beberapa jam
dimana saat umpan ditaruh pada tempatnya yang merupai rakit kecil dan mengapung di depan pepohonan mangrove dan di sepanjang muara sungai, mereka pun menemukan dua ekor buaya yang sudah terpancing dan sedang memberontak.

Dengan jaring nelayan serta perahu semang yang mereka gunakan, dua buaya yang berukuran masing-masing  meter dan 2,80 meter berhasil ditangkap dan diikat oleh para penangkap buaya dan kemudian di bawah ke depan kantor desa.

Selanjutnya, pada keesokan harinya Selasa (20/3/2018) para penangkap berhasil menangkap seekor buaya lagi.

“Ini untuk yang keempat, masyarakat Bomaki dibawah pimpinan Bapak Kace Fenanlampir menangkap buaya. Saat ini kami masih menanti arahan Bupati untuk menindaklanjuti penangkapan buaya ini,” sambung Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten MTB,
Cornelis Batmomolin yang dikonfirmasi di desa Bomaki.

Ia menyatakan, saat penangkapan, seekor buaya sudah mati dan akan dikuburkan sementara buaya yang masih hidup akan dievakuasi.

Batmomolin menyatakan pula bahwa sebelumnya Pemkab MTB telah mendatangkan pawang buaya dari Pulau Jawa untuk melakukan penangkapan buaya di sejumlah titik yakni dari pesisir pantai desa Sifnana, Lauran, Bomaki, Lermatan hingga desa Latdalam di kecamatan itu namun tidak membuahkan hasil.

“Pernah kami melakukan penyisiran di wilayah itu malam hari, kami menemukan empat buaya dan kami melakukan pengejaran, hanya saja tidak berhasil menangkapnya,” lanjutnya.

Seperti diketahui, serangan buaya ganas di wilayah itu hingga kini masih meresahkan warga.

Sejumlah pihak menilai Pemerintah Daerah Kabupaten MTB terkesan lamban mengatasi serangan buaya ganas yang telah menyerang belasan warga masyarakat di sejumlah wilayah itu secara masif selama kurun waktu lima tahun terakhir.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) MTB belum lama ini mengatakan ada dua belas korban gigitan buaya semenjak tahun 2014 lalu, dimana tujuh orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan lima orang lainnya mengalami luka serius dan sempat dirawat di RSUD dr. PP. Magretti Saumlaki.

Informasi yang baru saja dirilis awal November itu kemudian mengalami lonjakan, dimana dalam dua pekan terakhir terjadi tiga kali kejadian gigitan buaya yakni satu kejadian di kecamatan Wuarlabobar, dan dua kejadian di Kecamatan Wermaktian dimana satu korban meninggal dunia yakni di desa Batu Putih.

Selain di wilayah perairan desa Bomaki, sejumlah wilayah lain juga rawan dengan serangan buaya ganas yakni perairan laut desa Latdalam, teluk Saumlaki yakni meliputi wilayah laut kota Saumlaki, desa Sifnana, dan desa Lermatan di kecamatan Tanimbar Selatan serta wilayah laut desa Ridool kecamatan Tanimbar Utara, kecamatan Wermaktian dan Wuarlabobar.

Bupati MTB, Petrus Fatlolon yang ditemui belum lama ini menyatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah dengan membentuk Tim penanganan buaya dan kini sedang dalam rencana untuk menghadirkan ahli penanganan buaya dari luar daerah MTB.

“Memang kita tau bahwa sudah hampir dua puluh orang yang menjadi korban atas gigitan buaya, dan itu terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Karena itu Pemkab telah berinisiatif mengundang
Forkopimda dan melakukan pembahasan dengan dengan SKPD teknis. Kita telah bersepakat membentuk tim dimana tim itu melibatkan unsur TNI-Polri serta Badan Penanggulangan Bencana dan kita akan cek sejauh mana progress dari pembentukan tim tersebut”katanya.

Dia menjelaskan bahwa ahli penanganan buaya itu saatnya akan melakukan pemantauan dan kemudian menginventarisir dimana persisnya buaya berada. Setelah itu Tim tersebut akan menyampaikan konsep penanganannya kepada Pemkab untuk disikapi.

Selain itu, Pemkab juga berencana mengundang tokoh-tokoh adat dari sejumlah desa  untuk membincangkan kejadian yang terus menelan korban itu, dalam beberapa waktu mendatang.

“Pendekatan adat nanti kita akan lakukan karena ada riwayat juga kalau ternyata ada beberapa soa di Tanimbar ini yang asal-usulnya dari buaya”kata dia.

Bupati Petrus juga menghimbau kepada masyarakat untuk terus mewaspadai lokasi-lokasi yang diduga menjadi habitat buaya sehingga tidak terjadi hal-hal diluar dugaan.


(dp-18)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *