![]() |
Buku berjudul: Sifnane Omele, Antara Sejarah dan Iman Katolik menjadi souvenir perayaan 100 tahun Gereja Katolik TMK |
Saumlaki, Dharapos.com
Sebagai ungkapan syukur atas 100 tahun atau 1 Abad masuknya agama Katolik di desa Sifnana kecamatan Tanimbar Selatan – Kabupaten Maluku Tenggara Barat, umat dan masyarakat Sifnana merayakan perayaan syukur dengan misa agung yang dipimpin langsung Uskup Diosis Amboina: Mgr. Petrus Canisius Mandagi,MSC di pelataran Gereja Katolik Stasi Tritunggal Mahakudus Sifnane-Omele, Kamis (24/9).
Ketua Panitia Perayaan 100 tahun Gereja Tritunggal Maha Kudus Sifnane Omele – D. Lamere,ST dalam laporannya usai misa syukur tersebut mengatakan: pembaptisan pertama yang dlakukan oleh Pastor Zegers, MSC pada tanggal 10 Juli 1915, dengan membaptis 53 orang di desa Sifnane-omele, tepatnya di kampung tua atau kampung lama yakni Kelyotak, telah menjadi tonggak sejarah berdirinya gereja Katolik Tritunggal Maha Kudus Sifnane-Omele yang pada tahun ini genap usia 100 tahun.
Panitia Perayaan 100 tahun yang dibentuk oleh umat dan di SK-kan oleh Wakil Uskup Wilayah MTB dan Maluku Barat Daya dengan nomor: 04/KA.MTB/WU-SK/tahun 2013, telah melaksanakan sejumlah kegiatan fisik guna menyongsong perayaan puncak 1 abad gereja Katolik Tritunggal Maha Kudus (TMK) Sifnane-Omele.
Diantaranya, Renovasi Panti Imam dan gedung Gereja TMK, Pembangunan aula dan secretariat gereja TMK, Pembangunan Jalan menuju lokasi gereja perdana Sifnane-Omele yang terletak di Kelyotak, Renovasi sumur tua (We Lerebulan) di Kelyotak, Renovasi lokasi gereja perdana di Kelyotak, pembangunan gapura, tugu, dan monument di berbagai tempat dalam desa.
Sementara itu sejumlah kegiatan non fisik dilakukan pula seperti pembinaan terhadap umat dan masyarakat desa Sifnane-Omele dengan melibatkan Dewan Pastoral Stasi, Orang Muda Katolik, Kaum Bapa, Kaum ibu, Pasangan Suami istri, Putra-Putri altar, dan Sekami; Rekonsiliasi tiga batu tungku di desa seperti Adat, Agama, dan Pemerintah; Bakti Sosial; Napak tilas 100 tahun gereja TMK, Permandian masal 111 anak di Kelyotak, prosesi adat, Penyembahan Arca Kristus Raja Semesta Alam pada perayaan Puncak 100 tahun dan penulisan serta penerbitan buku dengan judul: Sifnane Omele, Antara Sejarah dan Iman Katolik sebagai souvenir perayaan 100 tahun gereja Katolik TMK, yang ditulis oleh: Mathias Malaka, Pastor Yanuaris Alubwaman,PR, dan Stanislaus Batbual,S.S.
“Total dana yang telah digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan ini adalah sebesar: Rp. 4. 527.600.000,- yang bersumber dari bantuan Pemkab MTB, Pemerintah desa Sifnane Omele, para donatur, dan umat Sifnane Omele serta sumbangan material dari umat lainya,” urai Lamere.
Dia berharap agar perayaan 100 tahun tersebut, tidak sekedar dimaknai sebagai kegiatan ceremonial belaka, tetapi lebih dari itu perayaan tersebut dimaknai sebagai momentum untuk menumbuhkan iman umat TMK Sifnane Omele dan seluruh umat Allah di Kabupaten MTB.
Di akhir laporannya, Lamere mengatasnamakan umat di Stasi tersebut, memohon kesediaan Uskup diosis Amboina untuk jika berkenan, meningkatkan status Stasi menjadi Paroki sebagai hadiah terbesar pada perayaan 100 tahun Gereja Katolik TMK Sifnane Omele.
Sementara itu Wakil Bupati MTB, Petrus P. Werembinan, SH dalam sambutannya mengatakan misi Katolik masuk di Kepulauan Tanimbar ( Kabupaten MTB – red), tercatat sejak tahun 1910, atau 105 tahun silam.
Misi Katolik yang dibawa oleh 2 misionaris yakni Pastor Eduard Cappers dan Pastor Josef Klerk, yang dalam perjalanan pertama kalinya di Tanimbar, keduanya pernah menginjakan kakinya di Wetole-torim Sepan atau yang saat ini menjadi lokasi desa Sifnane Omele.
Bahkan 5 tahun kemudian, yakni pada 10 Juli 1915 barula dilakukan pembaptisan pertama oleh 53 orang yang telah memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus.
“Saat ini kita semua hadir untuk mengikuti perayaan 100 tahun gereja Katolik di stasi Tritungal Maha Kudus Sifnane Omele. Sebuah perayaan gerejawi yang mengingatkan kita kembali tentang sejarah penginjilan di tanah Tanimbar. Bukan tentang siapa, kapan dan dimana, namun apa yang dikaryakan oleh Allah melalui para misionaris 100 tahun lalu itu,” terangnya.
Karya Allah melalui peristiwa Baptisan kudus yang adalah tanda dan meterai bagi semua umat kristiani lanjut Werembinan, dengan demikian umat Katolik yang telah dibaptis dan disucikan: hendaknya berjalan dalam terang dan menjadi manusia baru serta menjadi saksi Kristus di tengah dunia.
Kekristenan menurutnya juga, bukanlah sebuah identitas, melainkan cara hidup orang percaya, yang menyaksikan bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia.
Oleh karena itu perayaan tersebut disebutnya sebagai perayaan iman, yang membuktikan bahwa Gereja tetap masih bertahan, bertumbuh dan berkembang di tengah berbagai tantangan dunia yang makin mengglobal.
“Janganlah kita mengaku orang Kristen, kalau kita ada dalam cara-cara hidup yang lama seperti pertentangan, permusuhan, iri hati dan sebagainya, tetapi buktikanlah bahwa kita adalah manusia baru, yang telah dibaptis dalam Kristus yang hidup dalam damai sejahtera dan sukacita, serta mau untuk menerima perubahan-perubahan positif yang ada,” tambahnya.
Secara akumulatif masyarakat MTB sementara bergerak menuju kehidupan yang lebih baik, meskipun disadari sungguh bahwa masih terjadi kekurangan dimana-mana.
Untuk itu lanjut Wabup, pekerjaan lebih berat yang perlu dikerjakan secara bersama sama dengan seluruh masyarakat adalah bagaimana mengubah pola pikir masyarakat serta menyiapkan Sumber Daya Manusia yang memiliki kualitas Intelektual dan spiritualitas yang tinggi untuk menopang proses pembangunan yang sementara berlangsung.
Dia berharap agar proses itu perlu dimulai dari dalam keluarga, karena dari situlah akan lahir individu-individu yang menjamin berkualitasnya kehidupan suatu masyarakat.
Senada dengan itu, Uskup Diosis Amboina: Mgr. Petrus Canisius Mandagi,MSC dalam khotbah maupun sambutannya lebih banyak berpesan kepada umat yang hadir untuk memaknai perayaan 100 tahun Gereja Katolik di Stasi TMK Sifnane Omele sebagai sebuah perayaan iman.
Uskup mengingatkan umat untuk selalu hidup di dalam kasih yakni tidak ada permusuhan, hidup berdampingan dan menghindari berbagai bentuk kejahatan zaman yang kian merajalela di seantero bumi.
Momentum perayaan 100 tahun itu juga diharapkan pula untuk dijadikan sebagai momentum untuk berubah dan bergerak lebih maju lagi dalam segala aspek kehidupan.
Sementara disisi iman, umat diajak pula untuk menggunakan momentum tersebut untuk berefleksi dan bertobat seperti pesan gereja yang senantiasa memperbaharui diri dan menyucikan diri atau Ecclesia simper reformanda et purificanda.
Sementara itu, menanggapi usulan umat stasi sifnane Omele tentang peningkatan status stasi menjadi paroki yang disampaikan oleh ketua panitia perayaan 100 tahun, Uskup Mandagi mengatakan bahwa akan mempertimbangkan usulan tersebut dan informasi kepastian tentang jawaban atas usulan tersebut akan di sampaikan kepada umat setelah Musyawarah Partoral se Keuskupan bulan Januari 2016 mendatang.
(dp-18)