![]() |
Didimus Ranolat, S.Pi |
Saumlaki, Dharapos.com
Sebanyak 3 kabupaten di Provinsi Maluku melalui Dinas Pertanian setempat, di tahun 2017 mendatang akan memperoleh alokasi anggaran dari Kementrian Pertanian untuk membiayai penanaman jagung komposit di atas areal lahan seluas 2.500 hektar.
Selain Kabupaten Maluku Tenggara Barat, alokasi anggaran yang sama juga diberikan kepada Kabupaten Maluku Barat Daya dan Buru meskipun total anggaran untuk proyek tersebut secara rinci belum diketahui secara pasti.
“Di Provinsi Maluku, kita memperoleh alokasi dana untuk 7.500 hektar dan dibagi untuk 3 kabupaten yaitu MTB, Maluku Barat Daya, dan Buru,” ungkap Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Distan MTB yang ditemui Dhara Pos, di ruang kerjanya, Kamis (15/12).
Langkah ini dilakukan guna mendukung program penyediaan tujuh komoditas pangan strategis seperti bawang merah, padi, jagung, kedelai, cabai, daging sapi, dan gula.
Pihaknya telah mengusulkan jenis jagung komposit dan bukan jenis jagung hibrida oleh karena animo masyarakat petani terbilang tinggi dan ada sejak jaman dahulu.
Selain itu jagung komposit ini ditanam oleh masyarakat secara terus menerus, dan tanpa diintervensi bersama komoditi unggulan lain.
Jagung komposit menurutnya adalah jagung lokal yang biasanya ditanam oleh petani pada jaman dulu dimana keunggulannya adalah umurnya pendek, tahan hama penyakit tidak menimbulkan ketergantungan dan bisa ditanam secara berulang-ulang.
Di MTB, ada jenis jagung komposit seperti jagung pulut dan sebagainya yang menjadi primadona dengan harga yang terbilang cukup tinggi ketimbang jenis jagung lain.
“Kita sudah masukan Calon Petani dan Calon Lahan (CPCL) untuk menggolkan program ini, dimana para petani dan lahannya juga tersebar diseluruh desa di Maluku Tenggara Barat. Saat ini kita sudah identifikasi CPCL untuk ditetapkan dalam SK Kepala DInas dan kemudian menjadi objek penerima bantuan. Target 2.500 ha bagi kami di MTB ini cukup berat, tetapi suka atau tidak suka ini merupakan program nasional yang harus kita dukung. Awalnya kita minta hanya 1.500 ha, tetapi kemudian ditetapkan oleh Distan Provinsi Maluku itu ada 2.500 ha lahan” katanya.
Ranolat memastikan bahwa pencapaian target maksimal pengelolaan lahan itu hanya akan berkisar pada 2.000 Ha lahan sesuai hitungan pihaknya, karena selain tanaman jagung, akan ada pula kecenderungan masyarakat petani untuk menanam komoditi unggulan lain seperti padi dan umbi-umbian maupun kacang-kacangan.
Selain itu di tahun 2017 mendatang, akan ada pula alokasi anggaran dari Kementan untuk penanaman padi di lahan pertanian warga seluas 350 Ha lahan, sehingga jika dipaksakan untuk tanaman jagung maka tentu menghambat program penanaman padi yang akan dilakukan pada awal tahun 2017 mendatang.
“Terkait penggunaan lahan untuk penanaman jagung dan padi, kami memastikan bahwa masyarakat akan mengfungsikan lahan-lahan pertanian yang ada selama ini atau lahan tidur dan tidak lagi membuka lahan baru. Hal ini untuk untuk membatasi semakin bertambahnya system pertanian berpindah-pindah, kecuali lahan potensial yang sudah menjadi target dinas pertanian” tegasnya.
Terkait waktu penanaman jagung, pihaknya mengakui bahwa hingga kini pola pertanian dengan mengandalkan curah hujan itu masih menjadi andalan pemerintah dan para tani di daerah itu karena infrastruktur irigasi yang belum memadai baik sekunder maupun tersiernya. Musim hujan itu terjadi pada bulan November hingga bulan Januari.
Untuk itu dalam rangka pencapaian target, pihak Distan MTB bakal memfungsikan sejumlah peralatan yang tersedia untuk memaksimalkan pekerjaan para petani, meskipun terbilang masih terbatas.
(dp-18)