Daerah

Akhir Agustus, Panen bawang di Malra bakal capai 240 ton

16
×

Akhir Agustus, Panen bawang di Malra bakal capai 240 ton

Sebarkan artikel ini
Sentra bawang merah Yawafun Malra
Salah satu lokasi pengembangan bawang merah di Desa Yafawun, Kec. Kei Kecil Timur

Ambon, Dharapos.com
Akhir Agustus ini, puncak produksi pada sentra bawang merah pada 3 desa di Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) diperkirakan mencapai 200 – 240 ton dari lahan seluas 40 hektar.

Bahkan, dipastikan hasil panen tersebut bisa terdongkrak hingga mencapai 300 ton, dengan asumsi 1 hektar menghasilkan 8 – 9 ton.

as

Ketiga desa tersebut masing-masing Kamear, Yafawun dan Watngon, di Kecamatan Kei Kecil Timur yang telah  menjadi lokasi Pengembangan Kawasan Bawang Merah dan dibiayai melalui anggaran Kementerian Pertanian RI.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Malra, Felix Boonu Tethol dalam pernyataannya membenarkan hal itu.

 “Memang awalnya, kami prediksikan sekitar 240-an ton, tetapi setelah kita buat uji terhadap hasil ubinan pada beberapa lahan yang dipanen ternyata 1 hektar produktivitas bisa mencapai 8 – 9 ton,” ungkapnya.

Kadis juga berani menjamin bahwa kualitas bawang hasil panen, bisa bersaing di pasaran.

“Untuk hasil panen ini, kita sudah bisa bersaing. Tetapi, selalu saya tegaskan kepada petani, soal kualitas kita tidak bisa harus sama dengan daerah lain, tetapi kita harus bisa lebih unggul dari daerah lain,” cetusnya.

Ditegaskan,  sudah saatnya petani di Malra bangkit dan menjadikan daerah ini sebagai sentra komuditas bawang sejalan dengan program Pemerintah saat ini.

“Ke depan jika kita konsen, daerah ini bisa jadi sentra bawang merah dengan kualitas yang baik melalui perbaikan jadwal tanam, perbaikan sarana prasarana pendukung serta infrastruktur,” tandas Kadis optimis.

Guna menunjang pengembangan kawasan, ia menyebutkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, misalnya petani masih kekurangan intro dryer yang merupakan alat pengering dan air.
Padahal untuk memperoleh bawang dengan kualitas baik tergantung air.

“Kita di sini mengalami musim panas yang cukup panjang yang mengakibatkan sumur dan kali kering. Kita juga punya sumur di lokasi, tetapi semuanya kering, sehingga kita butuh bak atau embung sebagai wadah penampungan air,” terangnya.

Selain itu, dari aspek budidaya yakni pupuk, dia katakan,  petani menerima pupuk diantaranya KNO3 merah dan KNO3 putih serta obat-obatan atau pestisida.

”Untuk  pupuk dasar seperti NPK melalui swadaya,” paparnya.

Meskipun demikian, menurut Kadis, petani sudah bisa mandiri dalam rangka perbaikan kesejahteraan melalui bantuan Kementan melalui Dinas Pertanian Provinsi Maluku berupa bantuan bibit bawang merah bagi petani.

“Petani kita saat ini sudah bisa membuktikan dengan menghasilkan kualitas bawang yang siap bersaing di pasar. Saya berharap ke depan kebijakan provinsi dengan menjadikan Malra sebagai sentra bawang dapat terwujud,” tukasnya.

Tingkat partisipasi swadaya petani saat ini, disebut Felix, cukup tinggi dalam penanaman komoditi bawang merah, baik untuk sewa tenaga kerja saat pembukaan lahan, pengolahan lahan, sewa untuk penanaman, sampai pada sewa tenaga kerja dalam rangka panen.

Untuk itu, ke depan dia harapkan adanya perluasan lahan yang diperuntukan bagi pengembangan bawang merah di Malra.

“Diperkirakan saat ini, lahan yang tersedia sekitar 300 hektar. Tapi kalau toh kita jadi sentra, kita bisa targetkan 700 hektar,” imbuhnya.

Pihaknya juga menargetkan, 2019 mendatang, akan meningkatkan Indeks Penanaman (IP) melalui perbaikan jadwal tanam.

“Kita juga targetkan, kalau di Jawa, IP nya 200 yaitu 2 kali tanam, maka kita targetnya 3 kali yang musim tanamnya dimulai pada bulan April,” ucapnya.

Untuk pemasaran hasil petani, pihaknya mempercayakan ketangguhan petani dalam bernegosiasi di pasar. Namun demikian pihaknya tidak begitu saja membiarkan petani sendiri mencari pasar.

“Yang jelas, kami akan membantu petani dalam memasarkan hasil mereka. Ada beberapa distributor yang sudah mulai mendekati. Kami juga berharap Distan Provinsi Maluku dapat membantu petani untuk berkoordinasi dengan dinas terkait di Ambon baik Bulog, Perindag maupun dengan pemasok/distributor untuk mengatasi over stock yang terjadi pada petani kami,” ungkapnya.

Dengan demikian, kata dia, cita-cita menjadikan “Maluku Tenggara Mutiara Baru Sentra Bawang Merah di Indonesia Timur” dapat terwujud.

“Kami optimis petan akan menguasai pasar Maluku Tenggara dan Kota Tual Tahun 2018 dan akan menguasai pasar Maluku Tahun 2019,” tukasnya.

(dp-19/40)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *