Utama

Astaga, KM Sabuk Nusantara 33 Perlakukan Penumpang Layaknya Binatang Peliharaan

53
×

Astaga, KM Sabuk Nusantara 33 Perlakukan Penumpang Layaknya Binatang Peliharaan

Sebarkan artikel ini
Bak Kosong
Salah satu bak air yang kosong, terletak di
WC KM. Sabuk Nusantara 33 
Ambon, Dharapos.com

Pelayanan yang diberikan KM Sabuk Nusantara 33 saat melayari
rute Geser, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dengan tujuan kota Ambon, Jumat
(24/7) benar-benar telah mengecewakan para pengguna alat transportasi tersebut.

Padahal, seiring dengan janji Menteri Perhubungan RI,
Ignatius Jonan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat pengguna
transportasi laut di Provinsi Maluku saat kunjungannya beberapa waktu lalu
telah memberikan harapan baru bagi masyarakat.
Namun, janji sang Menteri ternyata hanya isapan jempol
semata, karena faktanya berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan.
Wujud pelayanan yang diharapkan masyarakat di provinsi
berjuluk “Negeri Seribu Pulau” ini ternyata tidak jauh lebih baik malah
sebaliknya sangat jauh dari harapan, bahkan boleh dikata tidak manusiawi.
Hal ini terbukti dengan pelayanan yang diterima masyarakat saat menggunakan jasa KM. Sabuk Nusantara 33 yang selama ini melayari rute Ambon – Bemo (Werinama) – Kilmuri – Geser – Gorom – Fakfak – Bula – Kobsadar – Wahai – Fanfanlap – Waigama (Misol) – Sorong pp.
Kepada Dhara Pos, Sabtu (25/7), salah satu  penumpang KM. Sabuk Nusantara 33 asal desa
Dai, Akib Hanubun mengaku sangat kecewa dan marah dengan pelayanan yang
diterimanya saat menggunakan kapal tersebut dalam pelayaran dari Geser menuju Ambon.
“Pelayanan yang kami terima di atas KM Sabuk Nusantara 33
benar-benar bobrok. Masa selama dalam perjalanan, kami sebagai penumpang
diperlakukan seperti binatang peliharaan,” ungkapnya dengan nada kesal dan
marah sesaat setibanya di kota Ambon, Sabtu (25/7)
Hanubun  menuturkan,
sejak meninggalkan pulau Geser, penumpang sudah mengalami kesulitan. Sejumlah
fasilitas di atas kapal ternyata tidak berfungsi, salah satunya Air Conditioner
(AC).
“Penumpang yang berada di dalam ruangan-ruangan kapal
benar-benar mengalami kepanasan yang luar biasa. Apalagi dengan jumlah
penumpang yang sangat padat hampir tak ada tempat yang kosong baik di dalam
maupun di bagian luar kapal. Kipas angin pun tak ada, benar-benar seperti hewan
ternak kami dibuat mereka,” tuturnya.   
Parahnya lagi, lanjut Hanubun, bukan hanya AC yang tidak
berfungsi. Begitu pula kamar mandi dan WC dimana yang berfungsi hanya satu dan
dipakai bersama baik laki maupun perempuan, air tawar pun tidak ada.
“Kamar mandi dan WC hanya satu yang bisa dipakai, laki-laki
dan perempuan bercampur jadi satu di dalam kamar mandi, itu pun tak ada airnya
pula, jadi sampai dua hari tidak buang air. Bapak wartawan bisa membayangkan seperti apa kondisinya kalau laki-laki
dan perempuan bersama dalam satu ruangan, makanya saya sangat kecewa dan marah
atas pelayanan diatas kapal ini,” kecamnya sembari menunjukkan sejumlah bukti
dokumentasi foto dan video yang sempat diambilnya.
Belum lagi, sampah-sampah yang berserakan di ruang-ruang
kapal hingga ke kamar mandi tanpa pernah dibersihkan pelayan di kapal.   
“Benar-benar sangat jorok. Masih mending kapal Midun yang
dulu pernah melayani masyarakat di Maluku ini. Walaupun memakan waktu lama
untuk tiba di tempat tujuan namun dari segi pelayanan yang kami terima masih
jauh lebih baik atau lebih manusiawi, Sedangkan sekarang ini, boleh dibilang
kapal sudah canggih tapi kenyataannya benar-benar buruk pelayanannya,”
sambungnya.
Kekecewaan Hanubun semakin memuncak saat mendapati para Anak
Buah Kapal (ABK) sedang asyik bermain judi tanpa sekalipun memedulikan
penumpang.
“Sudah begitu saya dapati mereka sedang asyik main judi.
Mereka main judi sejak kapal lepas tali dari pulau Geser lalu berhenti saat
merapat di Kelmuri. Lepas tali lagi dari Kelmur lalu judi lagi sampai Bemo baru
berhenti begitu juga waktu menuju Ambon. Penumpang mau jadi apa, mereka tidak
peduli sama sekali. Cuma saat mereka berjudi saya lupa foto dan videokan  mereka,” sesalnya kembali.
Salah satu hal lagi, beber Hanubun yang memicu kemarahannya,
adalah lamanya waktu perjalanan dari Bemo ke Ambon yang normalnya memakan waktu
12 jam 27 menit ternyata sengaja diperlambat oleh Nahkoda kapal.
“Seharusnya kami sudah tiba Ambon sekitar jam 04.00 WIT tapi
ternyata molor sampai jam 07.00 WIT. Setelah saya cari tahu, ternyata mereka
sengaja perlambat kapal supaya dagangan di kafe kapal habis. Dan saya lihat
sendiri, karena lapar akhirnya penumpang beli pop mie, kopi dan beberapa barang
lainnya sampai habis sedangkan yang tersisa hanya Aqua beberapa botol. Padahal
kondisi laut dari Bemo ke Ambon, teduh sekali. Makanya betul-betul kami kecewa
sekali dengan pelayanan di kapal ini,” bebernya.
Bahkan, diakui Hanubun, masyarakat sudah sempat mau ribut di
atas kapal namun dia meminta mereka untuk bersabar.
“Saya bilang ke mereka, kita tidak perlu ribut. Nanti sampai
di Ambon saya akan sampaikan ini ke wartawan untuk angkat kasus ini di koran,”
akuinya
Terkait itu, Hanubun menilai pimpinan PT. Pelayaran Dharma
Indah selaku operator kapal tersebut hanya mencari duit saja tanpa mau tahu
dengan pelayanan di atas kapal.
“Ini kan sudah jelas-jelas operator mata gobang (hanya cari
untung saja-red) sehingga sesuka hatinya memperlakukan penumpang tanpa
memedulikan aturan-aturan yang berlaku terkait tanggung jawab operator dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat,” nilainya.
Ketidaktegasan dan kelalaian pihak  pengawas transportasi laut, dalam hal ini
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon terhadap
operator dimaksud, ungkap Hanubun yang juga menjadi salah satu faktor sehingga
terjadi seperti ini.
“Buktinya, para ABK yang bertugas di atas kapal itu kita
tidak tahu apa dia memang punya kualifikasi sebagai pelaut atau hanyalah
seorang tukang ojek yang diambil operator jadi ABK lalu dipekerjakan di atas
kapal? Karena buktinya mereka hanya sibuk berjudi diatas kapal.
Seharusnya, dari KSOP harus memeriksa secara rutin atas
persyaratan mereka yang akan naik kapal sebelum kapal berangkat.
“Kalau mereka rutin memantau dan mengawasi operator seperti
ini maka tidak akan pernah terjadi Dan saya pastikan bahwa apa yang kami alami
hari  ini juga sudah terjadi sebelum-sebelumnya
cuma mungkin masyarakat saja yang tidak mengangkat hal ini kepada media. Turun
dari kapal saja sudah capek, lelah boro-boro mau pikir angkat ke media,”
cetusnya.
Di akhir kesempatan tersebut, Hanubun menghimbau kepada
semua pihak dalam hal ini pengawas, operator pelayaran maupun pihak lainnya
yang berkepentingan dengan masalah transportasi laut di Maluku ini agar bekerja
profesional sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai janji
Menteri Perhubungan RI.  
AM Marasabessy%252C ST
A.M. Marasabessy, MT 
Terkait masalah ini, ketika dikonfirmasi Rabu (29/7), Kepala
Bidang Keselamatan Pelayaran KSOP Kls I Ambon, A. Muis Marasabessy, ST  berjanji akan segera memanggil operator KM.
Sabuk Nusantara 33 untuk membahas laporan masyarakat.
“Pelayanan publik khususnya transportasi laut jangan sampai
mengabaikan rambu-rambu yang sudah ditetapkan. Makanya dengan adanya laporan
masyarakat seperti ini, kami akan segera memanggil pihak operator untuk
membahas persoalan ini,” cetusnya.
Bahkan, jika pelanggaran yang terjadi sangat fatal maka izin
operator tersebut bisa dicabut.
Sementara itu, salah satu sumber di Kantor KSOP kepada Dhara
Pos, mengungkapkan sejak kapal tiba di pelabuhan Yos Sudarso Ambon pihaknya
langsung menerima SMS pengaduan dari salah satu penumpang yang ikut dalam
perjalanan KM Sabuk Nusantara 33 saat itu.
“SMS itu langsung kami teruskan ke pimpinan kami, ke pusat
(Dirjen-red), dan juga operator kapal tersebut. Tinggal kita menunggu tindak
lanjutnya saja,” tegasnya.
Sumber mendesak, hal-hal seperti ini sudah sepantasnya
diekspos ke publik supaya ada teguran, sanksi bahkan bila perlu dicabut izinnya
karena sudah tidak sesuai dengan aturan.
Sementara itu, pimpinan PT. Pelayaran Dharma Indah atau yang
mewakili, sampai berita ini dimuat tidak berhasil dikonfirmasi Dhara Pos hingga
Kamis (30/7). Terkesan para petinggi diperusahaan tersebut sengaja menghindar ketika hendak dikonfirmasi wartawan. 
Bahkan ketika kru Dhara Pos meminta nomor Hp salah satu pimpinan, karyawati bagian resepsionis pun mengaku tidak ada.


(dp-16) 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *