Nasional

BMKG Minta Semua Pihak Waspada Potensi Bencana Akibat La Nina

17
×

BMKG Minta Semua Pihak Waspada Potensi Bencana Akibat La Nina

Sebarkan artikel ini

BMKG Citra Satelit 07 10 2020
Foto BMKG per 7 Oktober 2020

Ambon, Dharapos.com – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menghimbau semua pihak untuk
mewaspadai potensi  La Nina yang akan
melanda wilayah Indonesia.

Hal tersebut diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan baik
BMKG, serta badan iklim lainnya yaitu National Oceanic And Atmospheric
Administration (NOAA) Amerika, Japan Meteorological Agency (JMA) Jepang dan
Bureau of Meteorology Australia pada awal Oktober yang mengidentifikasi bahkan
memastikan bahwa La Nina pada level moderat benar-benar mulai terjadi.

Menurutnya, dampak La Nina dapat memicu curah hujan yang
jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal.

“Diprediksi akhir tahun ini, anomali suhu muka laut di Samudra
Pasifik akan mencapai minus 1 derajat celsius bahkan lebih. Yang artinya
mencapai fase atau kondisi moderat,” ungkap Dwikorita saat membuka Rapat
Koordinasi Nasional (Rakornas) Antisipasi Bencana Hidrometerologi dan Gempa
Bumi-Tsunami Tahun 2020-2021, Rabu (7/10/2020).

Fenomena La Nina ini, kata dia, telah diamati selama dua
bulan berturut-turut.

Fenomena tersebut diakibatkan adanya anomali negatif suhu
muka air laut yang akhirnya berdampak terjadinya aliran massa udara basah yang
kuat dari arah Samudera Pasifik bagian tengah ekuator menuju Kepulauan
Indonesia.

“Dampak lanjutnya adalah meningkatkan penguapan atau
pasokan uap air di wilayah Kepulauan Indonesia, sehingga curah hujan bulanan di
wilayah kita meningkat,” papar Dwikorita.

Berdasarkan peta kondisi La Nina, jelas Dwikorita, pada September,
Oktober dan November mendatang menunjukan curah hujan bulanan semakin besar
bahkan semakin melampaui 40 persen.

“Diprediksi mulai Oktober ini sampai November, dampak
La Nina ini akan mengenai hampir di seluruh wilayah Indonesia, yaitu dengan
curah hujan intensitas atau curah hujan lebat kecuali di Sumatera,” sambungnya.

Menyikapi fenomena La Nina ini, Dwikorita pun meminta perlunya
kewaspadaan terhadap kondisi hujan di atas normal pada Oktober hingga Desember
mendatang.

“Karena ini ketahuannya sudah Oktober, baik dideteksi
oleh Amerika, Jepang, Australia dan Indonesia, maka kami terpaksa mengajak
semua pihak untuk bersiap. Ini sudah di depan mata kita, Oktober, November
sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Sumatera akan mengalami curah hujan
bulanan yang tinggi yakni 40 persen jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi
normal, sehingga kita perlu segera 
berembuk bagaimana caranya terwujud zero victim,” harap dia.

Selain fenomena La Nina, potensi bencana gempa bumi dan
tsunami juga masuk dalam pembahasan dalam Rakornas.

Dwikorita juga menjelaskan terkait trend kejadian gempa bumi
sejak tahun 2008-2019.

“2008-2016 trendnya itu rata-rata dalam 1 tahun terjadi
5.000-6.000 kali. Dan di tahun 2017 meningkat lebih dari 7.000 kali kejadian
gempa bumi dengan berbagai kekuatan setiap tahunnya,” ungkapnya.

Di 2018, kata Dwikorita trendnya masih mengalami peningkatan
yakni, 11.920 kali.

” Di 2019 trendnya masih diatas 11.000 yaitu 11.588
kali kejadian gempa bumi dengan berbagai kekuatan dalam 1 tahun,” ucapnya.

Lalu bagaimana dengan tsunami? Dwikorita menjelaskan,
sebagian besar tsunami di Indonesia di picu oleh gempa bumi.

Namun demikian, kata Dwikorita, berdasarkan data dan fakta
menunjukan bahwa, tsunami itu tidak hanya dipicu oleh gempa bumi.

“Meskipun kurang lebih 90 persen dipicu oleh gempa
bumi. Tetapi trennya sejak 2018 mulai terjadi kejadian tsunami yang diakibatkan
oleh gunung api,” bebernya.

Adapun zona- zona 
rawan tsunami akibat gunung api, sebut Dwikorita,  sebagian besar berada di Indonesia Timur
yakni, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku Utara, Maluku sampai wilayah yang
berdekatan Papua Barat. 

Selain wilayah Indonesia Timur, salah satu wilayah khusus
rawan tsunami, ada di Selat Sunda.

Oleh karena itu, Dwikorita berharap melalui Rakornas ini
pihaknya bersama dengan kementerian/lembaga dan Pemerintah daerah dapat
mengidentifikasi berbagai masalah, terutama terkait gap antara pusat dan daerah
yang menjadi kendala untuk mewujudkan efektivitas mitigasi dalam mewujudkan
zero victim.

“Target dan tujuan dari Rakornas ini, kita bisa
menyusun langkah- langkah rencana aksi bersama dalam mewujudkan zero victim
sebelum rakornas ini berakhir,” tandasnya.

Rakornas yang dilaksanakan secara virtua selain dihadiri
pimpinan Kementerian/Lembaga dan para Gubernur se-Indonesia untuk
mengantisipasi potensi bencana di setiap daerah juga dihadiri Sekretaris Daerah
Maluku, Kasrul Selang.

(dp-19)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *