Saumlaki, Dharapos.com
Aksi buaya ganas yang menyerang warga di sejumlah kecamatan di Maluku Tenggara Barat seperti di Kecamatan Tanimbar Selatan, Kecamatan Selaru, dan Kecamatan Wermaktian semenjak pertengahan 2014 lalu kini, kembali makan korban.
![]() |
Buaya |
Kini korban gigitan buaya sejak pertengahan 2014 lalu telah bertambah satu menjadi 10 korban gigitan buaya yang mana para korban tersebut adalah para nelayan yang mengalami serangan buaya saat sedang melaut.
Yang lebih memprihatinkan lagi, di tahun ini, serangan buaya terhadap warga di perairan 3 kecamatan tersebut selalu dialami setiap bulan atau dengan kata lain setiap bulan tetap ada saja korban gigitan buaya.
Kamis malam (4/5) sekitar pukul 21:30 WIT, buaya ganas kembali menyerang salah satu warga desa Bomaki kecamatan Tanimbar Selatan di saat korban sementara menangkap ikan dengan menggunakan jaring di seputaran dermaga PPI milik Pemkab MTB yang berlokasi di petuanan Ukurlaran.
Kepala Kepolisian Sektor Tanimbar Selatan Selatan – IPTU Dany Jambormias kepada wartawan di ruang kerjanya Jumat pagi mengurai kronologis kejadian sesuai data yang diperoleh dari korban dan keluarganya.
Awalnya, korban gigitan yang bernama Yohanis Kundre (47), mulai menebarkan jaringnya sekitar pukul 19:00 WIT dengan menggunakan perahu semang dan sekitar pukul 21:30 WIT korban kembali melihat hasil tangkapanya di jarring yang jaraknya sekitar 50 meter dari dermaga PPI Ukurlaran.
“Jadi pada saat korban ini melihat hasil tangkapannya di jarring, dari kejauhan dia melihat ada sebuah benda yang mengapung dan kepalanya menyerupai bebek laut. Saat perahunya mendekat, korban berupaya membalik wajah bebek laut tersebut, padahal benda itu adalah kepala buaya yang badannya sementara berendam di dalam air. Tiba-tiba buaya itu langsung menerkam tangan korban dari atas perahu dan berupaya memangsa korban. Nah, untungnya pada saat itu airnya dangkal dan korban melakukan perlawanan hingga lepas dari gigitan buaya, lalu korbanpun berenang ke tepian dermaga dan meminta tolong kepada dua anggota TNI AD yang saat itu sedang memancing di dermaga PPI Ukurlaran,” tuturnya.
Lanjut Jambormias, setelah korban dtolong oleh dua anggota TNI AD tersebut, korban pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah dr.PP.Magrety Saumlaki untuk di rawat secara intensif oleh karena pada sekujur tubuh korban terdapat luka gigitan dan cakaran kuku buaya.
Kasus gigitan buaya itu menurut Kapolsek sudah menambah daftar panjang korban gigitan yang sebelumnya sebanyak 9 korban menjadi 10 korban saat ini.
Terkait dugaan warga dan Pemda MTB sebelumnya jika munculnya buaya-buaya ganas pada 3 kecamatan tersebut merupakan jelmaan para leluhur akibat sejumlah sanksi adat yang belum dicabut, mantan komandan Provost pada Polres MTB ini menilai jika munculnya buaya- buaya tersebut adalah buaya sungguhan dan bukan seperti dugaan sebelumnya.
Hal ini dia simpulkan oleh karena sesuai kenyataan, sejumlah desa yang telah dianjurkan Pemkab MTB untuk melakukan ritual adat dan telah dilaksanakan, namun saat ini buaya ganas tersebut masih juga beraksi.
Untuk itu menurutnya, langkah penangkapan terhadap para buaya tersebut sudah semestinya dilaksanakan saat ini untuk mengantisipasi semakin bertambahnya korban gigitan yang terjadi selama ini.
Proses penangkapan yang mestinya dilakukan nanti, perlu juga dibekali dengan peralatan yang memadai serta fasiitas penangkaran buaya yang perlu disiapkan oleh Pemda.
Oleh karena masih terkendala dengan peralatan untuk penangkapan buaya tersebut, maka pihaknya berencana untuk memasang tanda larangan di sejumlah titik yang rawan dan diduga kuat merupakan wilayah penyebaran buaya.
“Mungkin kami akan berupaya untuk mendekati dinas terkait seperti dinas perikanan untuk memohon bantuan berupa pengadaan pelampung, tali dan sebagainya untuk nantinya kami gunakan di laut sebagai tanda larangan seperti di Rekmiri, jembatan Sifnana, jembatan Ukurlaran dan pelabuhan ferry. Kami pasang pelampung dengan lambing kain merah sebagai tanda bahaya untuk para nelayan agar berhati-hati di areal tersebut, dan ini kami berupaya sudah terlaksana minggu depan nanti,” janjinya.
Realitas saat ini mengundang sebagian masyarakat untuk angkat bicara. Salah satu warga Olilit yang tak mau namanya dikorankan menilai jika Pemkab MTB terkesan lamban mengatasi musibah gigitan buaya ganas yang terjadi secara luar biasa akhir-akhir ini.
Pemkab semestinya telah menetapkan kejadian gigitan Buaya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) serta proses penanganannya sudah perlu dilakukan. Jika persoalan ini tetap didiamkan maka bukan tidak mungkin, korban gigitan buaya tetap akan bertambah dari waktu ke waktu, seperti yang terjadi selama ini.
Seperti diketahui, pada bulan lalu, Pemkab MTB mtelah melakukan pertemuan dengan pihak Kepolisian Resort MTB, Muspika Tanimbar Selatan dan sejumlah kepala desa guna membicarakan persoalan meluasnya gigitan buaya ganas di sejumlah tempat.
Kepada wartawan, Wakil Bupati MTB – Petrus Paulus Werembinan, SH mengatakan pertemuan tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan diantaranya perlu adanya ritual adat yang digelar oleh para tua-tua adat di beberapa desa yang secara adat memiliki hubungan dengan buaya.
Hal ini dilakukan oleh karena ada sejumlah sanksi adat yang pernah dilakukan sebelumnya namun hingga kini belum juga di cabut, dengan demikian serangan buaya ganas yang terjadi di sejumlah wilayah tersebut diduga merupakan jelmaan para leluhur yang marah.
Selain itu, Pemkab MTB juga telah bersepakat untuk membentuk Tim penanggulangan buaya yang siap beraksi nantinya jika pasca ritual adat yang dilakukan di sejumlah desa tersebut masih bermunculan aksi serangan buaya ganas kepada warga.
Hasil olah informasi menyebutkan jika pelaksanaan ritual adat tersebut telah dilakukan di sejumlah desa yang dianjurkan sesuai keputusan rapat bersama tersebut yakni di desa Bomaki, desa Latdalam, desa Lauran dan desa Sifnana. Meskipun hal tersebut telah dilakukan namun hingga kini buaya masih juga beraksi.
Sebagaimana data yang diperoleh redaksi Dhara Pos sebelumnya, 9 korban gigitan buaya tersebut terdiri dari 4 gigitan yang terjadi di desa Latdalam dimana 2 korban berasal dari desa Latdalam, sementara dua korban lainya berasal dari desa Fursui kecamatan Selaru dan warga Seira kecamatan Wermaktian.
Kejadian di teluk Saumlaki telah menelan 5 korban yakni salah satu warga desa werain yang berdomisili d kota Saumlaki, warga desa Bomaki, Warga Desa Alusi Kelan, dan salah satu warga yang berasal dari Buton dan saat itu berdomisili di kota Saumlaki.
Dari 9 Korban gigitan tersebut 3 diantaranya telah meninggal dunia yakni satu korban yang berasal dari Alusi Kelaan, 1 korban dari desa Latdalam dan yang satunya lagi berasal dari pulau Seira.
(dp-18)