SD Kristen Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar |
Saumlaki, Dharapos.com – Presentasi kenaikan kelas pada SD
Kristen Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar Maluku
pada tahun ajaran 2021/2022 tidak seperti periode-periode sebelumnya.
Setelah angka kelulusannya mencapai 100 persen pada
tahun-tahun sebelumnya, untuk periode kali ini hanya mencapai 99 persen.
Hal ini diakui Kepala SD Kristen Saumlaki Pieter de Lima
saat ditemui media belum lama ini diruang kerjanya.
“Kalau untuk tahapan kelulusan itu 100 persen,
sementara di jenjang kelas 1 – 5, hanya 99 persen dari total 300an siswa. Itu
karena pengaruh dari kondisi Covid-19 dan juga kurang pedulinya orang tua kepada
anak-anak,” akuinya.
Kepsek menjelaskan dari 1 persen siswa yang tidak naik kelas
itu disebabkan karena para orang tua kurang peduli tentang kehadiran anaknya di
sekolah.
“Meskipun kita sudah sering lakukan koordinasi terus
dengan orang tua untuk melihat persoalan-persoalan yang terjadi pada anak-anak
di sekolah ini. Entah karena kesibukan. Karena beberapa kali undangan dari
sekolah pun diabaikan orang tua,” cetusnya.
Padahal Literasi dan numerasi itu penting, karena di kelas
lanjutan ini mereka tidak lagi diajarkan baca dan menulis. Sementara
siswa-siswi yang tidak naik kelas itu karena tidak tahu baca dan tulis.
Kepala SD Kristen Saumlaki Pieter de Lima |
“Kelas besar akan mempersiapkan diri untuk mendapatkan
kelanjutan perkembangan mereka,” sambungnya.
Kepsek juga para guru SD Kristen Saumlaki mengaku tak habis
akal.
Pihaknya telah merancang metode pembelajaran yang membuat
anak betah di dalam kelas sehingga pada tahun-tahun berikutnya angka kenaikan
kelas bisa kembali menjadi 100 persen lagi.
“Model pembelajaran yang di rancang oleh SD Kristen
untuk tahun depan adalah, guru tak lagi mengajar secara monoton atau tipe
ceramah, tapi diganti dengan penggunaan media berupa sarana laptop dan infocus
pada semua kelas dari kelas 1 sampai kelas 6,” bebernya.
Kepsek beraklasan hal ini dilakukan menyikapi kondisi
perkembangan belajar anak saat ini yang selalu sibuk dengan handphone dan game.
Hal ini sangat mengganggu proses pembelajaran mereka di kelas.
Olehnya itu, terobosan ini dilakukan dalam rangka menuju Merdeka
Belajar.
“Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan
supaya siswa bisa memilih pelajaran yang diminati serta mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan
sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa nantinya,” tukasnya.
Novie Kotngoran