![]() |
Maria Fanumbi (24) dan adiknya Magdalena Fanumbi (12) akhirnya bisa kembali berkumpul bersama sang ibu di Kepulauan Tanimbar / Foto : Dharapos.com |
Dobo, Dharapos.com – Perjuangan Maria Fanumbi (24) dan
adiknya Magdalena Fanumbi (12) untuk pulang ke Tanimbar harus dibayar mahal.
Bukan karena mahalnya tiket kapal dari Dobo, Kabupaten
Kepulauan Aru ke Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, tetapi nyawa mereka
nyaris jadi taruhan.
Maria atau biasa dipanggil Mey, adalah putri sulung pasangan
Mikhael Fanumbi (52) asal desa Alusi Kelaan di kecamatan Kormomolin dan Darni
Maranressy (42) asal desa Adaut di kecamatan Selaru. Sedangkan Magdalena alias
Elen adalah adik bungsu Maria.
Kakak beradik ini, hidup bersama dengan ayahnya di Dobo,
lantaran ayah dan ibunya telah bercerai
pada 1 April 2015 lalu.
Semasa balita, Mey dan mamanya kerap mendapatkan kekerasan
fisik dan psikis dari ayahnya.
Selama di Dobo, Maria telah menyelesaikan studi strata satu
di salah satu perguruan tinggi, sementara adiknya baru saja tamat sekolah
dasar.
Maria dan Elen rindu kembali tinggal bersama dengan ibunya
di Tanimbar lantaran merasa tak nyaman tinggal bersama sang ayah.
Dua gadis ini bertutur, mereka sering dianiaya, dicaci maki
dan mendapat perlakuan yang tak terpuji dari sang ayah.
Kesabaran mereka kian hari berangsur pupus. Tak tahan lagi
dengan kelakuan ayahnya, anak-anak perempuan ini pun kabur ke rumah temannya
pada 29 Agustus dan mencoba pulang ke
Tanimbar untuk bertemu dan tinggal bersama ibunya pada 8 September 2022 lalu
dengan kapal Feri Satya Kencana.
Upaya mereka sia-sia karena berhasil diturunkan oleh sang
ayah yang kemudian mempolisikan mereka dengan tuduhan pencurian uang senilai Rp100
juta.
Sepandai-pandainya tupai meloncat, akhirnya jatuh juga.
Pepatah ini tepat sekali disematkan kepada Mikhael.
Maria dan Elen bercerita bahwa ayah mereka, Mikhael, meminta
bantuan seorang dukun santet untuk membunuh ibu mereka. Tak sengaja, Elen menjatuhkan akar-akar suanggi atau
alat-alat doti (ilmu hitam) itu.
Merasa kesal karena belum berhasil melancarkan aksi sesat
itu, Mikhael bak kesetanan menghardik mereka hingga babak belur. Mereka pun
kabur dari rumah dan menginap di rumah temannya sambil menunggu jemputan dari
Julianus Kilanmasse (28) yang sedang berlayar dari Saumlaki menuju Dobo.
![]() |
Keduanya setelah tiba di pelabuhan Saumlaki, Kepulauan Tanimbar |
“Kami sudah bersepakat dengan mama untuk minta bantuan
Julianus agar kami bisa berangkat ke Saumlaki, karena tidak ada cara lain lagi
yang bisa kami gunakan,” kata Maria.
Bergulat di Dalam Karton
Perjuangan untuk bertemu mama Any membuat mereka harus rela
masuk dalam karton, layaknya paket kiriman dengan jasa kurir.
Menurut Maria dan Elen, ini mungkin merupakan cara yang
paling jitu meloloskan diri ke kampung halaman di Tanimbar, meski harus rela
menahan nafas dan pengap dalam karton berukuran 60×60 cm itu.
Tak disangka, nasib baik belum berpihak kepada mereka. Aksi heroik
dari Julius itu akhirnya diketahui oleh sang buruh pelabuhan yang memikul
karton itu.
Sang buruh mencurigai adanya gerakan-gerakan mahkluk hidup
dalam karton tersebut. Dia pun menjatuhkan karton itu sambil menendang dan
mengecek lebih lanjut.
Merasa kesakitan karena tendangan itu bersarang di rusuknya, Elen pun menjerit
kesakitan, dan berteriak memanggil ibunya.
“Saya berteriak panggil mama karena merasa sakit saat
rusuk saya ditendang. Saya takut jangan-jangan dibuang ke laut,” tutur
Elen.
Karena teriakannya, sang buruh pun membuka karton dan
menghardik Julianus hingga babak belur.
“Mereka (para buruh) memukul saya hingga pelipis mata
kanan ini luka, dan leher saya ini kesakitan,” tutur Julius.
Tak lama berselang, datanglah aparat kepolisian dan
memboyong mereka ke pos polisi pelabuhan untuk dimintai keterangan dan
selanjutnya dilimpahkan ke kantor Polres Kepulauan Aru.
![]() |
Saat ditangani aparat Polres Kepulauan Aru |
“Katong (kami) berdua yang minta untuk masukan dalam
karton itu, dan bukan diculik. Julianus hanya menuruti permintaan kami,”
ujar Maria meniru penjelasannya kepada para penyidik Polres Aru.
Maria pun menjelaskan bahwa dia dan adiknya tidak bisa
menahan perilaku ayahnya yang sering
melakukan kekerasan terhadap mereka.
Upaya Hukum
Kasat Reskrim Polres Kepulauan Aru, IPTU Andi Amrin
menyatakan, pihaknya telah mendalami persoalan ini, saat Maria dan adiknya,
Elen dimintai keterangan.
Selain itu, Yulianus dan Darni Maranresy telah dimintai
keterangan.
“Perlu saya jelaskan bahwa yang terjadi kemarin itu
merupakan koordinasi antara orang tuanya perempuan dengan saudara Julianus untuk menjemput adik dua ini
untuk di bawah pulang ke Adaut, karena orang tua mereka sudah lama
bercerai,” kata Kasat.
Selanjutnya, Maria dan Elen yang berinisiatif meminta
Julianus untuk dimasukan kedalam karton agar tidak diketahui oleh ayahnya.
Andi Amrin memastikan, persoalan tersebut bukan merupakan
kasus penyelundupan, tetapi kedua anak tersebut menggunakan cara tersebut untuk
menghindar dari ayahnya.
“Kami telah mendalami persoalan ini dan tidak ada unsur
paksaan dari pihak manapun termasuk tidak ada unsur paksaan dari Julianus.
Sehingga jika ada opini yang berkembang bahwa ada penculikan atau penjualan
anak itu tidak benar,” katanya.
Bantuan Yonif 734/SNS
Setelah penyidik Polres membolehkan Maria, Elen dan Julianus
kembali ke rumah, mereka masih trauma dengan ancaman ayahnya.
![]() |
Proses pemulangan Maria dan Ellen mendapat pengawalan ketat dari dari personel Kompi Senapan E Yonif 734/SNS |
Selain itu, mereka mengaku tidak punya keluarga di Dobo yang
bisa memberi tumpangan sementara sambil menunggu waktunya untuk kembali ke
Tanimbar.
Karena itu, ibunya meminta bantuan aparat TNI AD yang
bertugas di Kompi Senapan E melalui Komandan Batalion Infanteri (Yonif)
734/Satria Nusa Samudera, Letkol.Inf. Rudolof G. Paulus di Saumlaki.
Atas permintaan itu, Danyonif memerintahkan Danton 3 Kipan E
Yonif 734/SNS Dobo, Letda Inf. Fadli Lisaholit untuk berkoordinasi dengan
penyidik Polres Kepulauan Aru dan membawa mereka ke asrama kompi untuk dilayani
hingga kembali ke Saumlaki.
“Kami berterima kasih kepada pak Rudolf yang telah
membantu kami. Terima kasih juga kepada pak Fadli dan semua prajurit di kompi
Senapan E Dobo yang sudah memberikan kenyamanan dan melayani anak-anak kami
hingga mereka kembali ke Saumlaki,” tutur Darni.
Selama di asrama Kompi Senapan E, Maria, Elen dan Julianus
dilayani makan, minum, tempat tidur dan diberikan uang serta pakaian oleh para
prajurit TNI AD dan beberapa warga.
“Selain itu, kami difasilitasi tiket kapal oleh pak
Fadli serta mendapat pengawalan naik ke kapal sampai tiba di pelabuhan
Saumlaki” kata Maria.
Ayah sambung Maria dan Elen serta keluarga berterima kasih kepada Danyonif yang telah
membantu menyelamatkan anak-anaknya.
“Terima kasih bapa-bapa dong su tolong katong anak dua ini
sampe tiba deng selamat di Tanimbar. Katong tidak bisa membalas semua kebaikan
bapa-bapa dong, hanya Tuhan saja yang akan membalas semua kebaikan bapa-bapa
dong semua,” ucapnya seraya memohon.
Pewarta : Jefry – Novi