Papua, Dharapos.com
Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Pemuda dan Alam Semesta Papua, melakukan aksi demo damai di Kantor Gubernur Dok II Jayapura, Senin (9/3).
![]() |
Mahasiswa gelar aksi demo damai |
Mereka mendesak Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini Gubernur Papua, Lukas Enembe untuk tidak merekomendasikan pembangunan Markas Komando (Mako) Brimob di Kabupaten Jayawijaya.
Massa aksi demo di bawah pimpinan Alus Himan juga meminta kepada Presiden RI Joko Widodo untuk segera menghentikan pembangunan Mako Brimob di kabupaten yang berjuluk Lembah Baliem, karena pasukan militer organik dan non organik dinilai sudah terlalu banyak di kawasan Pegunungan Tengah dan Papua pada umumnya.
“Kami mendesak kepada Gubernur Papua, DPRD Papua serta DPRD Kabupaten Jayawijaya untuk segera membuka ruang dialog antara Pemerintah masyarakat Papua lebih khusus masyarakat Jayawijaya,”tegas dia dalam orasinya.
Salah seorang pendemo, Septi Meidodga bahkan menduga ada konspirasi antara Pemkab Jayawijaya dan Polda Papua terkait rencana pembangunan Mako Brimob di ibukota Kabupaten Jayawijaya tersebut.
Selain itu, dalam orasinya para pendemo meminta harus ada dialog dan melakukan pertemuan bersama untuk penolakan pembangunan Mako Brimob di Wamena karena penempatan pasukan militer yang berlebihan berakibat banyak kasus pelanggaran HAM di Papua.
“Masyarakat sipil di daerah ini masih trauma dengan ribuan warga sipil dan mobilisasi militer sejak 61 tahun lalu dan memiliki memori telah terjadi pelanggaran HAM, sehingga terjadi pengungsian besar-besaran tahun 77,” katanya.
Sementara itu menanggapi aspirasi mahasiswa, Gubernur Provinsi Papua diwakili Sekda Papua TEA Hery Dosinaen, mengatakan aksi demo penolakan Mako Brimob ini telah dilakukan dua kali di gedung rakyat DPRP dan untuk Pemerintah Provinsi Papua adalah kali yang pertama.
“Sebetulnya paling pas itu di DPRP. Tetapi tidak apa-apa, kami juga Pemerintah dan kalian juga adalah anak-anak kami dan adik kami. Kami mendengar, apa yang menjadi suara adik-adik semua,” kata Sekda.
Atas nama Gubernur Papua, dirinya menerima dan akan mengatur waktu untuk duduk bersama dengan para perwakilan mahasiswa, DPRP, MRP dan Polda Papua membahas aspirasi yang di sampaikan mahasiswa.
“Mohon maaf saya harus sampaikan. Kita harus menunjukkan persatuan dan kesatuan yang utuh dan kuat. Artinya aksi adik-adik kali ini betul-betul murni lahir dari hati, menyuarakan suara rakyat. Jangan sampai adik-adik dorang disuruh oleh siapa-siapa,” tegas Sekda yang didampingi Karo Humas dan Protokoler Sekda Papua FX Mote, Kepala Biro Ortal Daniel Pahabol, serta Wakapolres Jayapura Kota, Kompol. Kiki.
Pada kesempatan itu juga Sekda menegaskan, Gubernur Papua Lukas Enembe, seorang anak koteka melakukan tugasnya sebagai Gubernur adalah murni untuk kepentingan masyarakat.
“Sekali lagi saya harap, kehadiran adik-adik kali ini, betul-betul murni terlahir dari hati dan menyuarakan mama-mama, bapa-bapa diatas tanah ini. Jangan sampai disuruh atau diprovokasi oleh orang lain. Saya harus mengatakan ini, saya bertugas 22 tahun di gunung. Saya harap harus ada persatuan dan kesatuan, saya ini kakak kalian dan saya ini bapak kalian,”tegasnya kembali.
(Piet)
Apaka ada pendirian profinsi di wamena dan pembuatan markas brimob