Ambon, Dharapos.com
Dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini, Pemerintah Provinsi Maluku telah melakukan berbagai persiapan.
![]() |
Logo MEA 2015 |
Salah satunya dengan melakukan langkah sosialisasi diantaranya dengan pihak Pemerintah Kabupaten/Kota lalu guna mempersiapkan rencana aksi di dalam birokrasi pemerintahan menghadapi MEA nanti.
Pihak Departemen Luar Negeri RI turut dilibatkan untuk memberikan wawasan secara global, selain pembinaan khusus dari Pemprov dalam pengembangan aksi di kabupaten/kota.
“Bahkan sejak dua tahun lalu, kami sudah mulai melakukan sosialisasi dengan mengundang para tokoh lintas agama, masyarakat, dan pelajar,”ujar Kepala Biro Ekonomi dan Investasi Provinsi Maluku DR. Anton Lailosa kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (9/1).
Untuk itu, pihaknya terus berupaya memperkuat berbagai potensi yang ada di Maluku dan dinilai sudah cukup kuat yakni di bidang perikanan dan pertambangan sehingga dapat dijadikan modal untuk mendukung daerah ini menghadapi MEA nanti.
“Apa yang kita miliki belum tentu dimiliki oleh negara lain, maupun sebaliknya apa yang dimiliki mereka belum tentu dimiliki oleh kita. Karena itu masyarakat dan pemerintah harus berjalan bersama-sama, sehingga tidak terjadi hal-hal yang akan merugikan daerah ini,” beber Lailosa.
Disamping itu, dirinya mengaku optimis di tahun 2015 ini pengembangan ekonomi dan investasi di Maluku akan lebih baik dari tahun 2014 lalu.
“Maluku punya lahan investasi sangat banyak terutama tanah yang merupakan hak-hak wilayah, dan infrastuktur dan kita selalu melakukan promosi baik di dalam maupun di luar negeri,” akuinya.
Saat ini, lanjut Lailosa, Pemprov Maluku telah mempunyai konsorsium infrastruktur di Belanda, dimana pada konsorsium tersebut terdapat 60 perusahaan, begitu juga konsorsium NCO. Dan untuk itu, bagi siapa saja yang mau membantu Maluku melalui infrastruktur dan lain-lain, harus melalui konsorsium ini.
“Untuk mendorong investasi yang ada perlu dukungan dari seluruh elemen masyarakat agar pengembangan investasi dapat berjalan dengan baik,” harapnya.
Perlu diketahui, tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN.
Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja.
ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Ada beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal.
Tidak hanya dampak, ada beberapa hambatan Indonesia untuk menghadapi MEA.
Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia.
Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga memengaruhi kelancaran arus barang dan jasa.
Ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi.
Keempat, keterbatasan pasokan energi.
Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia.
Menjelang MEA yang sudah di depan mata, Pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor industri.
(dp)