Opini

Opini : Satu Jam Bersama Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M. Sc

25
×

Opini : Satu Jam Bersama Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M. Sc

Sebarkan artikel ini

as

Prof Jamaluddin Lompa
Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M. Sc

Hari itu, Senin 14 September
2020 saya mencoba mengontak Dekan Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar,
Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc.

Syukur puji Tuhan handphone
sang profesor diangkat dan dari seberang sana saya mendengar suara yang tidak
asing lagi di telinga.

“Selamat pagi, prof…” demikian
saya menyapanya. Prof Jamal (sapaan akrab) pun langsung merespon salam saya, “Apa
khabar Pak Paul?”

“Khabar baik Prof, lama tak
jumpa…” jawab saya. Demikian dialog kami berdurasi hampir 5 menit dan Prof
Jamal mau menjamu saya di ruang kerjanya di Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10
Makassar, Sulawesi Selatan.

Tepat jam 09.00 waktu
Makassar, saya melapor di ruang Sekretaris langsung diantarkan masuk ke ruangan
Prof Jamal dan salam khas “Covid-19” menjadi sesuatu yang wajib dilaksanakan.

Pengabdian Masyarakat 

Melalui Reset Masyarakat Pesisir di Papua

Prof. Dr. Ir. Jamaluddin
Jompa, M. Sc, merupakan sosok pribadi yang tidak asing lagi bagi kami pegiat
NGO/ Lembaga Swadaya Masyarakat di Papua.

Keahliannya di bidang
“kelautan” ditekuninya melalui salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai
pengabdian masyarakat melalui penelitian ilmiah terkait dunia kelautan dan
perikanan di Papua.

LSM Santa Lusia adalah salah
satu mitra kerja Prof Jamal dalam rangka penguatan kapasitas masyarakat pesisir
melalui advokasi lingkungan hidup laut terutama manusianya, bagaimana
peningkatan pendapatan masyarakat pesisir dalam pemeliharaan terumbu karang
sebagai modal tumbuh-kem

bangnya ikan tanpa merusak lingkungan.

Bersama Prof. Dr. Ir. Alex
Retraubun dan Prof. Bob Wenno dari Universitas Pattimura Ambon melalui
penelitiannya, menghasilkan modul pemeliharaan terumbu karang berdasarkan
kearifan lokal masyarakat adat Papua yang kini digunakan sebagai bahan ajar
muatan lokal untuk sekolah dasar sampai sekolah menengah di Papua.

Publikasi Hasil Riset dan Visinya Bagi Dunia Kampus 

Berbagai hasil riset yang
dilakukan di Papua terkait dunia perikanan dan kelautan telah dipublikasi dalam
jurnal nasional bahkan internasional.

Mantan Dekan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan ini, telah mengukir sejumlah prestasi internasional.
Salah satu prestasi yang diraih Prof Jamal telah mengantarnya meraih
penghargaan karya ilmiah yang dimuat pada jurnal internasional “terindex scopus
dengan h-index 27”.

Atas prestasi  yang 

diperoleh, Prof Jamal mendapat
penghargaan  sebagai “Peneliti Kategori
Situasi” yang masuk dalam 50 besar nasional baru-baru ini.

Terpilih sebagai Dekan
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar 2019 dan Ketua Presidium Forum
Pimpinan Pascasarjana Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia, dan berbagai
tanggung jawab lainnya termasuk sebagai penasihat Menteri Kelautan dan
Perikanan yang menyita energi, Prof Jamal memiliki visi tentang bagaimana
pengembangan sumber daya manusia di wilayah Indonesia Timur.

Demikian sejumlah gagasan
menarik yang perlu diperhatikan para akademisi di kampus bagaimana memajukan
kualitas output lulusannya.

Visi menurut Prof Jamal, merupakan
kemampuan melihat lebih jauh ke depan, kemampuan untuk “memahami apa yang bakal terjadi” yang berkaitan dengan kemampuan
melihat makna tersirat yang boleh jadi tidak terlihat oleh orang lain.

Prof Jamal lebih mereduksi
makna visi pada tataran “Kemampuan
Melihat Suatu Peluang
.”

Baginya, dunia kam pus bukan
semata menelorkan output kelulusan dengan perolehan sebuah sertifikat atau
ijazah.

Dunia kampus harus mampu
membentuk output kelulusannya berinovasi melalui rumusan-rumusan ilmiah dari fenomena empiriknya.

Paulus Laratmase n Prof Jamaluddin Lompa
Paulus Laratmase dan Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M. Sc (kanan)

Demikian halnya para dosen pun
memiliki kualitas mumpuni dalam mengarahkan 
dan membimbing mahasiswanya melakukan riset-riset ilmiah bagi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai perkembangan zaman.

Dunia kampus selalu
bertransformasi, adaptif dengan perubahan, menjadi pendorong akselerasi
perubahan dalam suatu wilayah.

Meng-up date kondisi dengan
melihat peluang-peluang yang bisa saja masih tersamar namun terbukti secara
ilmiah perwujudannya pada masa masa mendatang, demikian visi dipahami sebagai
kemampuan melihat peluang.

G. E. Rumphius dan Alfred Russel Wallace

Sebagai putra Maluku, saya
mencoba meminta pandangan Prof Jamal terkait bagaimana pandangannya tentang
dunia pendidikan tinggi di provinsi berjuluk “Seribu Pulau” ini. Sang Prof
mengawali pernyataannya

“Tak satu pun negara atau bangsa bahkan wilayah maju dan berkembang,
mempunyai posisi dan dikagumi dunia, jika tidak menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan keniscayaan di dalam
membangun peradaban dunia.”
 

Dasar filosofis Prof Jamal
menjadi pijakan bagaimana konsep pemanusiaan manusia Maluku melalui dunia
pendidikan tinggi.

Prof. Jamal memulai cerita
yang adalah fakta sejarah dunia di mana Maluku baik Provinsi Maluku dan Maluku
Utara menjadi awal peradaban konsep-konsep ilmiah melalui dua ilmuwan
tersohor  dunia yaitu G. E. Rumphius (1627-1702) seorang
peneliti yang tinggal di Ambon selama 50 tahun dan Alfred Russel Wallace (1823-1913) di Ternate Maluku Utara.

Rumphius melalui karya spektakulernya berjudul : Herbarium Ambonese dan D’Amboinsche Rariteitkamer menjadi
rujukan ilmiah dunia akademik di seluruh dunia, sedangkan Alfred Russel Wallace yang terkenal dengan “The Letter Of Ternate,” yang ketika melalui penelitian para ahli
setelah sekian tahun muncul polemik tentang teori “Evolusi” Charles Darwin
dengan bukunya “The Descent of Man”. Sejatinya, asal muasal teori evolusi
Darwin berawal dari “Letter of Ternate” yang keaslian dokumennya ditulis oleh
Alfred Russel Wallace.

Namun terlepas dari dialektika
dimaksud, menurut Prof Jamal, Maluku dan Maluku Utara harus bisa memaknai
hadirnya 2 ilmuan tersohor dan disegani dunia tersebut untuk menjadikan kedua
wilayah terdorong untuk memperkuat SDM dalam menguasai sains dan teknologi
serta berbudaya ilmiah unggul untuk kemajuan daerah dan bangsa.

Maluku Harus Keluar Dari Jebakan

Universitas Pattimura Ambon,
adalah lembaga pendidikan tinggi yang selama ini menjadi motor penggerak
kemajuan SDM di Maluku.

Mengadopsi  ilmuwan-ilmuwan terdahulu seperti Rumphius
dan Wallace, Prof Jamal mendorong semua perguruan tinggi di Maluku dan Maluku
Utara sebagai dapur pengembangan SDM di Maluku untuk menjawab tantangan jaman
dengan harus keluar dari “Konteks Jebakan.”

“Jebakan” yang dimaksudkan
Prof Jamal adalah kelimpahan SDA Maluku yang melimpah, tidak serta merta akan
membawa kesejahteraan bagi seluruh penduduknya.

Kekayaan alam seperti
dituliskan kedua ilmuwan dan para peneliti kini, tidak serta merta akan membawa
kesejahteraan masyarakat.

Prof Jamal mereduksi
daerah-daerah di Indonesia secara mikro, di mana keterbatasan SDM justru
memiliki korelasi dengan kemiskinan struktural. Potensi SDA laut dan darat di
Maluku sangat melimpah. “Kita perlu belajar dari negara Singapura,” tegas Prof
Jamal.

Singapura memiliki
keterbatasan SDA namun membangun universitas yang memiliki kualifikasi
internasional, menciptakan SDM mumpuni, justru mengantar Singapura menjadi
negara makmur di Asia. Pertanyaannya mengapa? Jawabannya sederhana, Singapura
mampu menciptakan SDM unggul melalui berbagai fakultas dan program studi yang
benar-benar modern dalam mengembangkan sains dan teknologi yang sesuai dengan
perkembangan jaman.

Survey menunjukkan, negara
yang memiliki kelimpahan SDA, sejatinya hanya memiliki keunggulan 10 persen
sedangkan 40 persen adalah inovasi teknologi melalui input dan output SDM
perguruan tinggi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Dalam konteks ini, perguruan
tinggi di Maluku harus menyiapkan program-program studi, fakultas yang
merupakan kolaborasi antara natural sciences, social scienses bahkan ilmu-ilmu
religi yang membentuk kepribadian yang berkarakter kuat, output kelulusan yang
benar-benar siap menciptakan lapangan kerja. Prof Jamal menambahkan, lembaga
pendidikan tinggi harus memiliki platform, kurikulum dan format yang sesuai
dengan jamannya, tanpa harus membuat dikotomi di antara ilmu-ilmu dimaksud.

Penutup

Prof Jamal menutup diskusi
satu jam dengan menyebut Blok Masela, perusahaan raksasa nomor dua setelah
Freeport di Indonesia.

Pengalamannya di Papua melalui
berbagai penelitian menunjukkan, betapa masyarakat lokal kurang menikmati hasil
berbagai sumber daya dengan maksimal.

Inti dari semua resources
adalah SDM yang mampu merubah kondisi kekinian masyarakat setempat. Perguruan
tinggi adalah dapurnya, meramu seluruh potensi SDM, agar bisa bersaing seperti
Singapura, Jepang, Cina, Korea di Asia, Eropa, Amerika dan Australia.

Blok Masela akan dapat
berkontribusi menciptakan masyarakat madani yang unggul, bila SDM masyarakat
setempat dipersiapkan dan dikembangkan dengan baik yang memiliki kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memadai.

Paulus Laratmase

Direktur Eksekutif LSM Santa
Lusia Biak – Papua

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *