Saumlaki, Dharapos.com – Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) diminta serius menata kawasan Findruar di Olilit, kecamatan Tanimbar Selatan sebagai lokasi wisata rohani.
Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi A DPRD Provinsi Maluku, Melkias Frans saat perayaan puncak hari raya Kristus Raja Semesta Alam di lokasi itu, Minggu (25/11/2018).
“Saya minta Pemkab MTB untuk jadikan Findruar Olilit ini sebagai pusat kawasan wisata Rohani di daerah ini. Saya percaya, dari MTB, dunia akan datang disini untuk melaksanakan ritual keagamaan,” cetusnya.
Pemkab, menurut Melkias, hendaknya melakukan penataan kawasan itu dengan baik seperti pembangunan fasilitas jalan, serta sarana lainnya untuk menunjang kelancaran kegiatan kerohanian di wilayah itu.
Wakil Uskup wilayah MTB dan Maluku Barat Daya (MBD), RD. Simon Petrus Matruti di kesempatan itu mengusulkan kepada Pemkab untuk berkenan membantu membangun sejumlah fasilitas penunjang seperti pagar keliling lokasi seluas 5 Ha, jalan lingkar di dalam lokasi yang sudah dipagari, serta tempat parkiran mobil.
Selain itu, sejumlah bangunan penunjang sebagai destinasi wisata rohani seperti relief perjalanan gereja Katolik di MTB, bangunan khusus bagi para Suster Tarekat Maria Mediatriks (TMM) untuk menjaga dan mengelola lokasi, bangunan untuk tempat kebaktian, WC umum, penanaman pohon dan fasilitas lainnya.
“Selain itu, diharapkan pada 2021, ada dukungan Pemkab MTB untuk mendanai pergantian Arca Kristus Raja serta pembenahan lainnya,” pintanya.
Pastor Matruty berharap, pada 2022 mendatang, kawasan tersebut sudah diresmikan menjadi kawasan wisata rohani pertama di MTB.
Di kesempatan itu, ia juga berceritera tentang sejarah pembangunan kawasan wisata rohani di Findruar, yang dimulai pada tahun 2002 saat RD. Alowisius Matruty menjabat sebagai Wakil Uskup.
Lokasi seluas 5 Ha itu dihibahkan oleh masyarakat desa Olilit dan sejak saat itu lokasi ini mulai ditata dan dibangun secara swadaya oleh gereja dan masyarakat.
Kemudian, Pemkab MTB kala itu di bawah kepemimpinan Bupati Samuel Joseph Oratmangun dan wakilnya Lukas Uwuratuw mengalokasikan anggaran daerah untuk membantu penyelesaian pekerjaannya. Sejumlah fasilitas yang dibangun saat itu seperti bangunan menara dan arca Kristus Raja dengan ketinggian hampir mencapai 10 meter, sarana jalan dan beberapa fasilitas lainnya.
“Lokasi ini diresmikan pada September 2005 oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. R. Pattabendige. Setelah diresmikan saat itu, pastores di wilayah MTB bersepakat untuk perayaan Kristus Raja Alam Semesta dilaksanakan setiap tahun berpusat dilokasi itu. Pada perayaan itu, seluruh umat Katolik dari berbagai paroki, di kabupaten MTB diwajibkan untuk hadir sekaligus mengakhiri perayaan tahun liturgi gereja,” katanya.
![]() |
Lokasi perayaan acara |
Bupati setempat, Petrus Fatlolon dikesempatan itu mengakui jika Pemkab MTB hingga saat ini terus berbenah membangun dalam berbagai aspek mulai dari kecamatan Molu Maru sampai ke Selaru termasuk dalam aspek pembangunan Rohaniah.
Dia katakan, tahun anggaran 2018 ini Pemkab MTB telah menganggarkan Bantuan Sosial (Bansos) keagamaan senilai hampir Rp20 Miliar.
Dari total dana itu, Rp18,7 Miliar dialokasikan untuk menunjang seluruh kepentingan gereja.
“Tahun 2019 nanti Pemkab sudah merencanakan untuk mengembangkan kawasan Kristus Raja Semesta Alam ini untuk nantinya menjadi suatu daerah wisata rohani yang nantinya akan diandalkan di kabupaten kita,” janjinya.
Meskipun tidak merincikan total anggaran maupun item pekerjaan yang akan didanai oleh anggaran daerah, namun Fatlolon berjanji akan menaruh perhatian serius untuk pengembangan kawasan itu.
Untuk diketahui, Monumen arca Kristus Raja dan lokasi wisata ini dibangun sebagai wujud penghargaan dan penghormatan kepada Yesus Kristus Raja Alam Semesta yang biasanya dirayakan pada Bulan Nopember setiap tahun oleh umat katolik.
Dalam sejarah Gereja Katolik, hari raya Kristus Raja Semesta Alam mulai diberlakukan semenjak dikeluarkannya ensiklik yang pertama oleh Paus Pius XII pada tanggal 11 Desember 1925. Melalui ensiklik ini, Paus menampilkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Raja Alam Semesta yang berkuasa atas semua makluk di bumi dan di Surga, dan yang berkuasa dahulu, sekarang dan selamanya.
Ensiklik ini disatu sisi memberi peneguhan bagi gereja katolik dan kepada Yesus Kristus Putera Allah yang hidup dan menyelamatkan umat manusia dan menjadi Raja Semesta Alam. Disisi lain, Ensiklik ini menentang ajaran Atheisme dan sekularisme yang merajalela di zaman itu. Perayaan Kristus Raja yang ditetapkan oleh Ensiklik ini mau menegaskan kepada dunia bahwa Tuhan itu ada dan berkuasa atas bumi dan segala isinya, dan oleh karena itu semua manusia harus mengabdi kepadanya.
Jarak tempuh ke Monumen ini sekitar 10 menit menggunakan mobil atau kendaraan beroda dua dengan jarak 3 Km dari kota Saumlaki, ibu kota Kabupaten MTB.
Keindahan alam yang tidak kalah menarik adalah para turis dapat menyaksikan dan menikmati matahari terbit dan matahari terbenam secara utuh di tempat ini. Selain itu, bisa menikmati keindahan alam laut dari atas lokasi ini dan dekat dengan lokasi wisata pantai Weluan maupun monuman pendaratan pertama Pastor Mathias Neyens, MSC pada Tahun 1910 yang merupakan misionaris pertama dalam penyebaran Injil Kristus di Tanimbar-Maluku Tenggara Barat.
(dp-18)