![]() |
Area Manager Communication Relations & CSR Papua Maluku, Edi Mangun |
Ambon, Dharapos.com – Pertamina Patra Niaga, Sub Holding
Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) memberlakukan kembali
penyesuaian harga berkala untuk produk Bahan Bakar Minyak (BBM).
Mekanisme penyesuaian harga secara berkala ini kembali
dilakukan seperti sebelumnya, mengingat adanya beberapa BBM subsidi yang
harganya mengikuti penetapan dari Pemerintah hingga Pertamax sebagai BBM non
subsidi yang harganya fluktuatif mengikuti perkembangan terkini dan tren dari
industri minyak dan gas, terutama harga minyak dunia atau ICP.
Pemerintah hari ini resmi menaikkan harga BBM bersubsidi,
yakni pertalite dan solar. Kenaikan ini dinilai terkait dengan adanya
peningkatan subsidi dari APBN.
Pemerintah menetapkan harga baru Pertalite menjadi Rp 10.000
dan solar menjadi Rp 6.800 sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM no.
218.K/MG.01/MEM.M/2022.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting
menjelaskan dalam beberapa bulan terakhir ini juga harga Pertamax tidak
disesuaikan secara berkala mengikuti tren ICP, sehingga sampai dengan saat ini
harga jual Pertamax terdapat selisih dengan harga keekonomian.
“Tercatat sejak Maret hingga September 2022, BBM RON 92 yang
setara Pertamax sudah disesuaikan secara berkala oleh badan usaha lain,
sedangkan Pertamax baru sekali penyesuaian harga pada April lalu,” jelas Irto.
Sementara itu, Area Manager Communication Relations &
CSR Papua Maluku, Edi Mangun mengatakan bahwa trend ICP masih berada pada
tingkat yang cukup tinggi.
Pada bulan Agustus lalu tercatat sekitar 94.17 USD/Barel,
Pertamina Patra Niaga menetapkan harga baru Pertamax yang berlaku mulai tanggal
3 September.
Harga jual Pertamax ditetapkan Rp 14.850 per liter untuk
wilayah Papua Maluku atau daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan
bermotor (PBBKB) 7,5 persen.
“Harga baru ini sudah sesuai dengan regulasi Kepmen ESDM No.
62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU). Jika dibandingkan dengan produk RON 92
lainnya, harga Pertamax ini masih tergolong paling kompetitif. Produk lain
dengan RON sama memiliki harga yang lebih tinggi dari pada harga BBM milik
Pertamina,” kata Edi.
Dilanjutkan, pada siang hari tadi juga sudah dilakukan
penyesuaian harga pada dispenser yang ada di setiap SPBU di wilayah Papua
Maluku, dengan waktu setting mesin dispenser antara 10 – 15 menit.
“Perubahan harga pada mesin dispenser yang dilakukan
tadi tidak mengalami kendala di lapangan, sehingga pelayanan terhadap konsumen
dapat berjalan dengan lancer setelah mesin dispenser berhasil disesuaikan,”
ucapnya.
Menurut Edi, penyesuaian harga ini akan terus diimbangi
dengan ketersediaan stok serta jaminan distribusi ke seluruh SPBU di Indonesia.
Untuk itu, Pertamina menjamin akan memberikan penyaluran BBM yang merata bagi
masyarakat.
“Kondisi stock BBM subsidi maupun non subsidi yang ada di
wilayah Papua Maluku dalam kondisi Aman. Ketahanan stock pertalite tercatat
pada tingkat 23 hari, Solar pada tingkat 24 hari dan Pertamax dengan ketahanan
28 hari. Dengan rata-rata ketahanan produk diatas 20 hari tersebut maka dinilai
posisi ketahanan stock Papua Maluku dalam kondisi Aman” tuturnya.
Untuk itu, Edi menegaskan bahwasannya hal ini merupakan
komitmen Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional.
“Dari segi harga, tetap dijaga pada tingkat yang paling
kompetitif. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, dan dihimbau dapat membeli
dan mengkonsumsi BBM sesuai dengan kebutuhannya,” tutupnya.
(dp-53)