![]() |
Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Maluku Tenggara |
Langgur, Dharapos.com – Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) dalam programnya di tahun ini akan fokus ke daratan Kei Besar.
Pasalnya, pasangan usia subur di wilayah itu jumlahnya mencapai ribuan.
Kepala BPPKB setempat, Drs. Hi. Thalib Renhoran yang dikonfirmasi di ruang kerjanya, pekan kemarin membenarkan hal itu.
“Jadi, program kerja kami pada awal tahun ini akan dimulai dari daratan Kei Besar mengingat jumlah pasangan usia subur jumlahnya cukup besar disana. Jumlahnya mencapai 1.572 pasangan dan ini angka yang cukup signifikan sehingga harus diperhatikan,” terangnya.
Dikatakan Renhoran, setiap tahun pihaknya sudah menganggarkan kegiatan bekerja sama dengan Tim Penggerak PKK dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mengusung progran Pelayanan KB PKK.
“Di kegiatan ini, kami bekerja sama dengan PKK untuk melakukan pelayanan tersebut. PKK yang menjelaskan secara teknis bagaimana masyarakat terutama pasangan usia subur itu mengatur jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi sehingga punya waktu luang untuk bisa membantu suami mencari nafkah tambahan,” sambungnya.
Renhoran memastikan tahun ini, pelayanan program KB PKK akan di lakukan di Kecamatan Kei Besar sehingga masyarakat yang ada kawasan itu juga bisa merasakan pelayanan sebagaimana di Kei Kecil dalam menikmati program Pemda.
“Kami telah melakukan rapat kordinasi dalam rangka inplementasi kegiatan pelayanan yang di jadwalkan pada Rabu ini di Pulau Kei Besar,” cetusnya.
Disinggung mengenai filsofi orang tua dulu “Banyak Anak Banyak Rezeki”, Renhoran menganggapnya sudah tidak berlaku lagi.
“Bagi saya banyak anak, banyak petaka. Mengapa saya berani bilang seperti begitu? Itu karena banyak anak kalau dijaga lalu keluarga berkualitas maka tidak menjadi soal karena tidak ada hambatan tetapi kalau banyak anak tetapi tidak dilengkapi dengan pendidikan formalnya, pengetahuan agamanya maka anak tersebut akan membawa malapetaka,” bebernya.
Menurutnya, anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab orang tuanya di dunia dan akhirat bukan sekedar dilahirkan ke dunia lalu menjadi tanggung jawab orang lain.
“Itu salah besar, itu menandakan orang tua yang tidak memahami fungsi keluarga,” cetusnya lagi.
Renhoran kemudian mencotohkan meningkatnya aksi kejahatan belakangan seperti sering terjadi tawuran, pemerkosaan,dan kekerasan di dalam rumah tangga karena beban kehidupan yang sangat berat sehingga memaksakan orang untuk berbuat demikian.
“Tetapi apabila mereka bisa merasakan dan menyadari bahwa banyak anak akan membawa petaka maka mereka dapat menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran anak sehingga cukup anak 2 atau 3 orang tetapi anak-anak tersebut memang benar-benar berkualitas dan tanggung jawab orang tua akan baik terbawa sampai dunia akhirat,” tukasnya.
(dp-40)