![]() |
Bandara Baru Di Petuanan Ibra, Malra |
Langgur,
Tuntasnya pembangunan infrastruktur bandara baru di petuanan Ibra, Kabupaten Maluku Tenggara dan berhasilnya ujicoba landasan pacu dengan mendaratnya pesawat Trigana Air pada Senin (24/3) patut disyukuri bersama.
Kendati demikian, terkait nama bandara hingga kini masih menjadi perbincangan hangat baik di kalangan warga maupun di media-media online.
Pasalnya, hingga saat dioperasikannya bandara baru tersebut belum ada kesepakatan soal nama bandara.
“Kami sangat sesalkan sikap Pemerintah Daerah Malra yang belum menjawab permintaan masyarakat Ohoi (desa) Ibra tentang nama bandara yang berlokasi di petuanan ibra,” kata salah satu tokoh adat Malra, Haji. Yahya Tamher, kepada Dhara Pos, (Rabu 26/2).
Menurutnya, sebelum lokasi tersebut di berikan kepada Pemerintah Daerah Malra, warga masyarakat Ibra sudah mengusulkan kepada Bupati Malra, Ir Andre Rentanubun dan Wakil Bupati Drs Yunus Serang, M.Si agar lokasi yang telah dibuat menjadi bandara di beri nama bandara Kirkes.
“Ini sudah kami usulkan kepada Bupati, Wakil Bupati dan DPRD Malra, dan Menteri Perhubungan pun sudah menyurati Pemerintah Daerah agar segera mengusulkan nama bandara tersebut,” ujar Tamher.
Namun diakui, dirinya sangat menyesalkan sikap Bupati karena telah mengusulkan dua nama ke Menteri Perhubungan di Jakara yaitu Kirkes dan Karel Sadsuitubun. Begitupun ke DPRD Malra pada sidangan paripurna dan ternyata DPRD lebih fokus ke nama bandara Karel Sadsuitubun.
“Ini yang membuat masyarakat Ibra maupun raja Ibra sendiri menjadi kecewa,” sesal Tamher.
Atas kondisi tersebut, seluruh warga masyarakat Ibra telah mengambil sikap kepada Ketua DPRD Malra dengan memberikan waktu kepada pemerintah daerah dalam jangka 7 hari.
“Dan kalau tidak ada tanggapan dari pemerintah daerah Malra, maka apapun yang terjadi kami tetap siap sasi jalan masuk bandara, karena jalan masuk ke bandara baik dari Bupati maupun pemerintah daerah sendiri belum lakukan pendekatan kepada kami,” ancam Raja Ibra Abdullah Renwarin pada kesempatan yang sama di kediaman Hi. Yahya Tamher.
Ditegaskannya, pendekatan saja belum dilakukan apalagi untuk pembayarannya. Kendati demikian, diakuinya, untuk bandara sedikit pun tidak ada keinginan dari masyarakat Ibra untuk melakukan sasi, tetapi hanya jalan masuk ke bandara sendiri.
“Kami juga menyatakan apresiasi atas selesainya bandara ini apalagi dengan adanya beberapa anak kami yang sudah bekerja di bandara, maka itu kami minta agar Pemerintah Daerah segera mengambil sikap terhadap maksud dan tujuan kami,” tandas Renwarin.(ML-01)
terima kasih kepada semua pihak yang sudah berupaya dalam menyelesaikan pembanguan Bandara di Langgur. semoga dapat memberikan kepmudahan bagi masyarakat dan nuhu evav dapat terkenal di dunia luar.
Dengan demikian pulang kampung jadi gampanng dan mudah.
Pemerintah Daerah diharapkan kearifannya dalam pemberian nama Bandar Udara di Ibra itu.Dari sisi adat dan budaya alangkah indahnya bandara ini diberi nama KIRKES , sekaligus sebagai perwujudan daerah ini masih memiliki adat dan budaya yang masih dihormatii dan dijunjung keberadaanya.Kirkes tidak hanya atas nama Desa Ibra tetapi pula atas nama adat yakni Ur Siw dan Lor Lim di Tanah Larwul Ngabal ini. Bukankah KIRKES nama seorang raja besar di jajaran Lim Itel khususnya dan Siw Ifa umumnya. Tabe hormat we ning maav kub ni IM.
nama apa sja boleh tapi setidaknya lha..
bedah key bedah daerah lain …
hormat
LARVUL NGABAL
@siran sirien
itu lah harnar ne cinta adat dan budaya..
ini saatnya untuk tunjukan di indonesia bahkan dunia
Saya selaku anak adat dari desa ibra mewakili masyarakat desa ibra mengharapkan PEMDA Kab.Maluku Tenggara dapat bijaksana dalam memberikan nama pada bandara tersebut . Masyarakat desa ibra sangat menginginkan agar bandara tersebut memakai nama KIRKES sebagaimana nama dari leluhur kami ( Rat KIRKES ) . Meskipun tanah yang sekarang telah menjadi bandara sudah di bayar oleh pemerintah , namum letak bandara tersebut berada di bawah petuanan Raja Ibra ( Rat Kirkes ) . Selain itu , agar kebudayaan di tanat evav tetap terjaga dan dilestarikan , maka tidak salah jika bandara tersebut diberi nama Bandara KIRKES dan mungkin itu sala satu caranya. Alangkah baiknya jika pemerintah bisa menerima saran dari kami ini sebagai bentuk rasa hormat kami masyarakat desa ibra khususnya dan masyarakat di tanat evav pada umumnya , bukankah Rat KIRKES merupakan sala satu dari Ur Siu dan Lor Lim yang selalu kita agung-agungkan di tanat evav . Mungkin itu saja sedikit celotehan dari kami masyarakat desa ibra , smoga PEMDA Kab.Maluku Tenggara dapat mendengarkan serta merealisasikannya . U her maaf na im besa . Duad enhov teten evav nbatang it besa . Salam Fangnanan .