Daerah

Waduh, Ditanya Soal Ekonomi Hijau Dan Biru, Ami Bak : Itu Hanya Sebuah Istilah

13
×

Waduh, Ditanya Soal Ekonomi Hijau Dan Biru, Ami Bak : Itu Hanya Sebuah Istilah

Sebarkan artikel ini

Paslon BETA Debat Publik 2 vs JW


Ambon, Dharapos.com
– Pasangan calon (paslon) Wali Kota dan
Wakil Wali Kota nomor urut 4, Jantje Wenno-Syarif Bakri Asyathry (Ami Bak)
ternyata tidak paham dengan konsep ekonomi hijau dan biru.

Hal ini menyebabkan, jawaban yang diberikan terlihat tidak
nyambung dengan pertanyaan yang diajukan.

Ini terlihat dari debat kedua yang diikuti empat paslon Wali
Kota dan Wakil Wali Kota Ambon, yang digelar KPU Kota Ambon, di gedung Islamic
Center, Waihaong, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Selasa (5/11/2024) malam.

Saat sesi tanya jawab, paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota
Ambon nomor urut 2, Bodewin M. Wattimena – Ely Toisutta dengan slogan BETA Par
Ambon, lewat Bodewin menjelaskan soal konsep
pembangunan ekonomi.

Ia kemudian menanyakan soal konsep ekonomi hijau dan
biru kepada paslon Jantje-Syarif. Pasalnya, konsep ekonomi hijau dan biru,
sudah menjadi alternatif untuk menjamin pembangunan berkelanjutan, yang sudah
menjadi isi strategis di internasional, Indonesia, dan bahkan Kota Ambon.

“Menurut bapak-bapak paslon nomor urut 4, bagaimana cara
kita menerapkan ekonomi hijau dan biru,” tanya Bodewin.

Menyikapi pertanyaan itu, paslon nomor urut 4 melalui calon
Wakil Wali Kota, Syarif Bakri Asyathry terlihat sedikit bingung. Dia kemudian
mengatakan, konsep ekonomi hijau dan biru hanyalah sebuah istilah.

“Soal istilah ekonomi hijau dan ekonomi apa istilahnya
itu, pada prinsipnya itu adalah istilah-istilah teknis yang ditujukan, untuk
memajukan kesejahteraan ekonomi,” ujar Syarif.

Dia kemudian menyebut, batuan Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon,
yang selama ini diberikan untuk memicu atau memacu pertumbuhan itu hanya 0,01
persen.

“Jadi jangan kita bicara yang lain, tetapi kita bicara
ini dulu. Karena seorang ibu yang menjual bayam di pasar, ikan, sayur dan
sebagainya, mereka berhak untuk mengoreksi atas APBD kota yang merupakan
dokumen publik. Kita tidak punya uang, yang punya uang itu masyarakat. Di satu
pihak, kita bicara soal bagaimana mendirikan pihak ini, tetapi di lain pihak,
keberadaan pelaku-pelaku usaha itu tidak disentuh,” pungkas Syarif.

“Dengan gagasan-gagasan yang memastikan keselamatan itu
bisa tumbuh dan berpengaruh pada pendapatan daerah. Ini sebenarnya kalau kita
lihat, hanya 0,01 persen. Bagaimana kita mau bicara tinggi soal ekonomi hijau
dan sebagainya. Kita bicara yang sederhana dulu. UKM di kota ini hanya
didengungkan dalam bentuk jumlah, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk
bantuan,” imbuh dia.

Dengan suara yang agak meninggi, Syarif menegaskan, jika
Pemkot Ambon sudah harus berpikir, jika ekonomi itu maju berdasarkan bukti,
untuk memajukan UKM. Dengan demikian, mereka bisa membayar retribusi, dan pajak
daerah, maka kota ini akan semakin maju.

“Kalau kita menjadi maju, ya kita senang karena semua
enak dan nyaman, ekonomi serta sejahtera bisa terjangkau, kemiskinan bisa
teratas,” ucap dia.

Sementara itu, Bodewin Wattimena dalam sanggahannya
menyampaikan konsep berpikir, untuk melihat keberadaan Kota Ambon ke depan.

“Bagaimana kita fokus pada upaya untuk pembangunan kota
yang berkelanjutan, agar apa yang kita lakukan lewat pembangunan ekonomi, mesti
menjamin juga kota ini ada di 10, 20, 30, 40 tahun ke depan. Karena itu,
ekonomi hijau dan biru sebenarnya adalah, konsep ekonomi pengembangan ekonomi
yang ramah lingkungan. Bagaimana kita mengurangi efek gas rumah kaca, bagaimana
kita mengurangi karbon. Karena itu penting. Karena apa? Tantangan kota ini ke
depan bukan saja soal teknis, tapi soal keberlanjutan kota ini ke depan untuk
anak cucu kita,” tandas Bodewin.

(dp-53)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *