Daerah

Masyarakat Adat Dan Penambang Tolak Pemindahan Tong-Tromol

21
×

Masyarakat Adat Dan Penambang Tolak Pemindahan Tong-Tromol

Sebarkan artikel ini
Gunung Botak3
Lokasi tambang rakyat Gunung Botak, Buru

Namlea, Dharapos.com
Pasca bentrok yang terjadi antara penambang dan masyarakat di kawasan tambang rakyat Gunung Botak, desa Wamsait, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, ratusan pekerja tambang dan masyarakat adat pegunungan menolak keras pemindahan Tong dan Tromol yang beroperasi di sekitar lokasi Gunung Botak yang dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Buru.

Pemindahan melalui instruksi Pemda itu, dinilai sangat menyengsarakan masyarakat, karena lokasi yang disediakan itu sangat jauh dari  lokasi tambang.

Demikian diungkapkan salah satu tokoh adat Dataran Tinggi Waetemun Budi Hamzah Nurlatu, kepada media ini, pekan kemarin

Menurutnya, dua lokasi yang di sediakan Pemda yakni di Desa Kubalahing dan Waeasel Kayeli itu, telah menimbulkan kontroversi karena hanya menguntungkan Hinolong Manaliling Besan dan perangkat desa Raja Kayeli.

“Sementara kami dari Dataran Tinggi tidak diberikan lokasi dari Pemerintah Daerah sehingga hal ini menyebabkan keresahan bagi masyarakat adat di Pegunungan dan meresahkan masyarakat penambang yang sudah meletakan Tong dan Tromol,” ungkap Budi.

Dia mengaku, pihaknya juga sudah siap menyediakan lahan seluas 3-4 Hektar untuk penempatan tong dan tromol dan lokasi tersebut tidak jauh dari Gunung Botak.
“Ini demi memudahkan pekerja tambang, dan Pemda dapat memberikan jatah kami untuk selanjutnya lahan yang sudah tersedia akan ditempatkan Tong dan tromol,” jelas Budi.

Diakuinya, program Pemda untuk pemindahan tong dan tromol sangat didukung masyarakat, namun bila penempatan lokasi tromol maupun tong di lahan milik warga yang sesuai, maka otomatis pihaknya secara tegas menolak Tong dan Tromol yang sudah ada di sekitar GB  untuk dipindahkan,” tegasnya.

“Bila Pemda setuju, saya dan Tete Robo sudah sepakat menghibahkan 3-4 Ha tanah yang berdekatan dengan Gunung Botak di jalur Wamsait untuk dijadikan sebagai tempat pengolahan emas,” janji Budi.
Bahkan melalui Hp, ujar dia, Tete Robo berjanji siap menghibahkan tanah di jalur H bila warga masyarakat dari Dataran Tinggi diakomodir Pemda untuk menempatkan tong dan tromol.

Sebelumnya, dua orang warga Buru, tewas dan satu lainnya kritis dalam bentrokan antar penambang di
Desa Wamsait, Gunung Botak, Jumat 7 November 2014.
Tak hanya itu, sejumlah kamp penambang tempat pengolahan emas pun ikut dibakar.

Kapolres Pulau Buru AKBP Komaruz Zaman mengatakan, polisi sudah menahan lima orang dan empat diantaranya telah ditetapkan sebagai tersangka dalam aksi saling bacok antara warga adat dengan penambang tersebut.

“Kami juga masih menyelidiki motif di balik pembunuhan warga adat yang menjadi pemicu aksi pembacokan para penambang ini,” kata Komaruz.

Korban yang sekarat, Hery (31), merupakan penambang emas asal Bone Sulawesi Selatan. Hingga kini, dia masih terbaring di bangsal utama Rumah Sakit Umum Namlea Kabupaten Buru Maluku. Ia menderita luka bacok cukup dalam di bagian bahu kiri.

Heri merupakan korban ketiga dalam aksi saling balas antar warga adat Pulau Buru dengan penambang. Dua korban lainnya sudah dikebumikan dan tewas dalam kondisi mengenaskan.

(Rifai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *