![]() |
Kepala Kantor Syabandar dan UPP Kelas II Tual, A Rifai (kiri) bersama Kepala KPLP, John Untayana |
Tual, Dharapos.com
Warga masyarakat Kota Tual serta Kabupaten Maluku Tenggara dan sekitarnya dihimbau untuk tidak melaut dulu mengingat kondisi cuaca beberapa waktu belakangan ini yang sangat tidak bersahabat.
Bahkan, tinggi gelombang telah mencapai 2 – 4 meter.
Himbauan tersebut disampaikan Kepala Kantor Syabandar dan UPP Kelas II Tual, A Rifai yang dikonfirmasi media ini, Kamis (22/3/2018).
“Untuk kondisi perairan di Maluku ini memang akhir-akhir ini dilanda cuaca ekstrim dimana terus berubah-ubah dalam beberapa hari ke depan,” akuinya.
Bahkan warning dari BMKG Pattimura Ambon sendiri diperkirakan kondisi ini akan berlangsung hingga 18 Agustus mendatang.
“Oleh karena itu, saya menghimbau kepada masyarakat Kota Tual dan Maluku Tenggara pada khususnya apabila ingin bepergian tolonglah di perhatikan cuaca dan jangan dipaksakan karena memang di wilayah Maluku ini sangat rawan,” imbuhnya.
Rifai juga menganjurkan apabila masyarakat ingin melakukan perjalanan menggunakan fasilitas transportasi laut agar mencari kapal yang lebih besar.
“Saya sarankan pakailah kapal yang besar dan yang layak memenuhi standar keselamatan pelayaran,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, Rifai juga menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut mendukung dan berpartisipasi dalam proses evakuasi 7 warga asal Pulau Teor dari Pulau Bui ke pelabuhan Tual dalam kondisi selamat.
“Kemarin itu ada beberapa tim yang telah mendukung proses evakuasi ini dan kita berterima kasi kepada pihak pangkalan dan kru ABK Salawaku dan juga staf saya di lapangan di sini yang terus memonitor dari siang sampai malam,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kapolres Malra AKBP. Indra Falida Siregar yang sudah meluangkan waktunya datang ke Kantor Syahbandar Tual.
“Dan juga Pelaksana Tugas Wali Kota Tual yang telah menyambangi kami di Pelabuhan Tual guna memantau jalannya proses evakuasi,” sambungnya.
Ditegaskan pula, koordinasi di antara sesama pihak-pihak yang terlibat dapat berjalan dengan baik dimana laporan setiap perkembangan kejadian hingga proses evakuasi ini.
“Alhamdulilah, kita bersyukur mereka sudah tiba dengan selamat di Kota Tual,” tukasnya.
Sebelumnya, sebanyak tujuh orang warga melakukan perjalanan dari Pulau Teor, Kabupaten Seram Bagian Timur menuju Kota Tual, menggunakan perahu dibantu mesin berkekuatan 15 PK.
Ke tujuh warga tersebut masing-masing enam pria atas nama Moksen Rumangiar, Abdulatif Rumangiar, Juan Salindeho, Paskalis Rumangiar, Silvester Rumangiar, Ongen Rumangiar dan satu wanita, Ny. Masaad Rumangiar.
Ke tujuh orang tersebut meninggalkan Teor sekitar pukul 11.00 WIT, pada Selasa (13/3/2018).
Sialnya, setelah menempuh perjalanan beberapa jam sekitar pukul 15.00 WIT, mesin berkekuatan 15 Pk tersebut mengalami gangguan, sehingga ke tujuh warga tersebut memutuskan untuk menepi ke sebuah pulau tak berpenghuni, yaitu Pulau Bui.
Selama beberapa hari di pulau itu, mereka hanya mengonsumsi embal (makanan khas Kei) dan pisang mentah, sementara minumnya, air hujan dan air kelapa.
Mereka baru berhasil melakukan komunikasi pada Jumat (16/3/2018) karena keterbatasan signal telekomunikasi.
Menanggapinya, reaksi cepat dilakukan Kapolres Maluku Tenggara AKBP Indra Falida Siregar, Kepala Kantor Syahbandar dan UPP Kelas II Tual, A. Rifai dan Plh. Kepala Penjagaan Laut dan Pantai Tual, John Untayana melakukan koordinasi terkait proses evakuasi yang akan dilakukan dalam rangka menyelematkan tujuh warga.
Mengingat cuaca cukup ekstrim sehingga akhirnya diputuskan menggunakan Kapal Salawaku setelah dilakukan koordinasi bersama pimpinan.
Sementara itu, Kepala Kantor Syahbandar dan UPP kelas II Tual, A. Rifai juga memastikan telah menyiapkan personilnya untuk melakukan proses evakuasi para korban yang terdapat di Pulau bui tersebut.
“Saya menerima laporan itu dari rekan pers sendiri setelah Sholat Jumat sekitar pukul 14.00 WIT. Jadi begitu menerima laporan bahwa ada korban yang sedang membutuhkan pertolongan di Pulau Bui, maka pertama saya koordinasi dengan kepala pangkalan terkait dengan masalah kapal,” ungkapnya.
Diakui Rifai, kebetulan kapal Basarnas tidak ada di lokasi sehingga pilihan jatuh ke alternatif lainnya yaitu kapal Syahbandar dan kapal Pangkalan.
“Setelah kita memperhatikan cuaca kemarin setelah sore itu bapak kapolres juga ada dan rekan-rekan pers yang lain, terpaksa kita ambil keputusan untuk berkoordinasi dengan kepala pangkalan bahwa KM Salawaku ini yang lebih siap untuk menuju ke lokasi mengingat gelombang mencapai 2- 4 meter,” akuinya.
KM Salawaku kemudian diberangkatkan pada sore harinya langsung menuju ke lokasi ke 7 warga tersebut berada.
“Sekitar pukul 07.00 WIT, mereka sudah di evakuasi ke kapal dan di bawa langsung menuju ke Pelabuhan Tual. Sehingga sampai dengan hari ini, semua korban sebanyak 7 orang itu bisa kita amankan dan selamatkan. Mereka sudah di Pelabuhan Tual dan kita sementara melakukan pengecekan kondisi kesehatan,” tukasnya.
Sementara itu, salah satu dari 7 warga tersebut, Muksin Rumagiar (22 tahun) juga menuturkan kejadian yang dialaminya.
“Pertama itu kami berangkat pukul 11.00 WIT dari Pulau Teor tujuan ke Tual, hari Rabu (13/3/2018),” rincinya.
Namun dalam perjalanan itu, sekitar pukul 15.00 WIT, mesin mulai mengalami gangguan.
“Kami akhirnya memutuskan tinggal di Pulau Bui dan menginap di sana empat hari tiga malam. Dan selama 4 hari malam itu kami makan embal sama pisang mentah, lalu minum air hujan dan air kelapa,” beber Muksin.
Ia juga mengaku membawa HP dan kebetulan di Pulau bui ada jaringan sehingga bisa berkomunikasi dengan keluarga di Tual.
(dp-40)