![]() |
Hasil rumput laut di desa Lermatang, kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten MTB |
Saumlaki, Dharapos.com
Dua kelompok tani rumput laut yakni Rumyaar dan Wermas di desa Lermatang, kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengeluhkan minimnya bantuan Pemerintah untuk peningkatan produktivitas budidaya rumput laut yang telah mereka geluti semenjak 2016 silam.
Saat ditemui, para petani menyatakan, semenjak pendirian kelompok tani hingga saat ini, mereka hanya didampingi oleh INPEX melalui DFW, sementara Pemerintah desa setempat belum pernah memberikan bantuan.
“Kendalanya yaitu kami perlu menata ulang lokasi dimana tali-tali yang sudah lama itu harus diganti dengan tali yang baru, karena tali yang lama bisa dengan mudah mendatangkan penyakit bagi rumput laut,” beber Yunis P. Nusmese (48), Sekretaris kelompok tani Wermas.
Pihaknya juga terkendala dalam mencari bibit, pelampung, dan perlu ada mesin ketinting karena selama ini hanya memanfaatkan dayung perahu.
Kata dia, selama ini ada bantuan Pemerintah desa kepada para nelayan namun tidak tepat sasaran.
Seperti ada peternak di desa tersebut yang diberi bantuan mesin ketinting, sementara sejumlah pembudidaya rumput laut yang sebelumnya mengajukan proposal kepada pemerintah desa, tidak mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Kondisi tersebut sangat mempengaruhi hasil panen, bahkan para tani mengaku pernah mengalami gagal panen beberapa bulan lalu.
“Satu tahun kita panen bisa sampai tiga kali, dimana satu kali panen itu bisa dapat tiga sampai empat karung per orang. Kendalanya ada hama musiman yang mengena pada rumput laut sehingga terkadang kita gagal panen,” lanjut Adolf Batlayeri (61), ketua kelompok Rumyaar.
Meski demikian, mereka tetap optimis memperoleh hasil yang maksimal karena selalu didampingi oleh para fasilitator dari DFW dan Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) RI.
“Sekali panen, saya bisa peroleh keuntungan hingga Rp7 juta rupiah. Memang kami ada di dalam kelompok tetapi usaha ini perorangan. Jadi sekali panen itu ada yang bisa peroleh 200 ton,” sambung Yunis.
Mereka juga berharap agar Pemda MTB bisa menekan harga dengan cara menaikan harga rumput laut di pasar oleh karena hingga saat ini harga rumput laut yang dibeli oleh para pengusaha lokal di kota Saumlaki masih berkisar pada Rp15.000/kg hingga Rp16.000/kg.
Penyuluh Perikanan Bantu dari KKP RI, Erlina Knyarilai dan Fasilitator DFW, Muhammad Syukri di tempat yang sama membenarkan bahwa selama ini pemerintah desa terkesan apatis terhadap para petani rumput laut di desa itu.
“Pembagian bantuan untuk nelayan tidak merata mengakibatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah desa berkurang. Sebagai fasilitator, kami sudah menyampaikan keluhan para nelayan ini kepada pemerintah desa dan juga sudah kami komunikasikan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat melalui dinas teknis,” akui Erlina.
Berdasarkan usulan itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten MTB, Yongki Souisa telah mendatangi para petani rumput laut dan menyatakan bahwa akan ada bantuan dari
Pemdes Lermatan di tahun ini dengan nilai anggaran sebesar Rp10 juta.
Hal ini telah dianggarkan dalam APBDes Lermatan tahun 2018.
Selanjutnya pula, telah ada kunjungan dari Tim Kementrian Desa beberapa hari lalu dan telah berjanji menyanggupi permintaan dua kelompok itu, yakni bakal memberikan bantuan sebagaimana kebutuhan yang diusulkan.
Sebagaimana diketahui, INPEX, perusahaan migas asal Jepang, mendukung penuh upaya Pemkab MTB untuk meningkatkan produksi rumput laut di daerah itu.
Senior Manager Communication and Relation INPEX Masela Ltd. Usman Slamet belum lama ini menyatakan bahwa sejak 2011, melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), pihaknya mulai melakukan sejumlah program dan salah satunya adalah pengembangan budi daya rumput laut khususnya di Kecamatan Tansel.
Menurut dia, INPEX melihat peluang untuk menjadikan rumput laut sebagai “prime mover” ekonomi lokal masih sangat terbuka lebar, dan program tersebut dilakukan agar masyarakat setempat mendapatkan teknik pengembangan rumput laut yang lebih bagus dan efisien, serta memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang lebih besar lagi.
Pengembangan budi daya rumput laut di MTB itu sejalan dengan program pemerintah sejak 2015 melalui KKP RI meningkatkan intervensinya dengan melaksanakan program pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) serta program Kementerian Desa.
Program pemerintah tersebut menjadikan MTB sebagai lokasi program Aquaculture Estate dengan rumput laut sebagai komoditas unggulan.
Pada tahun 2016, INPEX memutuskan untuk menggandeng salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ternama yakni Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia, yang dikenal juga sebagai implementing partner program Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk merevitalisasi aktivitas budi daya, yang sejak akhir tahun 2015 mengalami kelesuan karena adanya wabah penyakit ice-ice dan anjloknya harga jual.
Tujuan lainnya, memfasilitasi pembentukan lembaga ekonomi desa (BUMdes), menciptakan dokumen perencanaan pembangunan desa yang pro terhadap isu pesisir, serta mendorong keterlibatan OPD lingkup Pemkab MTB agar lebih aktif memberikan asistensi dan dukungan bagi pembangun desa yang bercirikan pesisir dan laut.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh para fasilitator DFW dan Penyuluh perikanan dari Kementrian Kelautan Perikanan, total pembudidaya rumput laut di Desa Lermatang saat ini berjumlah 60-an orang yang di dalamnya terdiri dari 40 orang dari dua kelompok sementara yang lainnya usaha perorangan.
(dp-18)