Daerah

Yayasan Sorsilai Gelar Lokakarya & Seminar Pengelolaan Kawasan Pesisir

31
×

Yayasan Sorsilai Gelar Lokakarya & Seminar Pengelolaan Kawasan Pesisir

Sebarkan artikel ini

Saumlaki, 
Kegiatan Lokakarya dan Seminar Pengelolaan Kawasan Pesisir merupakan  rangkaian dari Kegiatan Pelestaraian Mangrove yang dilakukan di Desa Bomaki, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Yayasan Sorsilai
Kegiatan Pembibitan Mangrove

Sebelum kegiatan lokakarya dan seminar ini, telah dilakukan 4 kegiatan yakni kegiatan pelatihan pembibitan mangrove, kegiatan penanaman mangrove, pelatihan budidaya kepiting bakau, dan budidaya kepiting bakau.
Semuanya berada dalam satu program yakni “Pelestarian dan Perlindungan Hutan Bakau Sebagai Kawasan Penyanggah Ekosistem Wilayah Pesisir Melalui Rehabilitasi Bakau dan Usaha Budidaya Kepiting Bakau”.
Program ini merupakan kerjasama Program ATSEA (Arafura and Timor Sea Ecosystem Action), Baileo Maluku Ambon, dan Yayasan Sorsilai di Bomaki. Serta mendapat dukungan dari GEF-SGP Indonesia, UNDP dan UNOPS.
Kepada Dhara Pos, ketua Yayasan Sorsilai MTB, Feliks Mitakda mengatakan kegiatan pelatihan pembibitan dan penanaman mangrove dilakukan pada November 2012, yang difasilitasi oleh narasumber dari Dinas Kehutanan MTB.  Selanjutnya kegiatan penanaman bibit dan anakan mangrove dilakukan sejak Nopember 2012 sampai dengan September 2013 oleh 50 orang yang tergabung dalam 5 kelompok masyarakat Bomaki, serta melibatkan anak-anak SMP Negeri 5 Bomaki dalam mata pelajaran muatan lokal.
“Jadi Jumlah bibit dan anakan mangrove yang telah  ditanam adalah sebanyak 13.885 bibit/anakan, diareal seluas 2 hektar. Penanaman mangrove dilakukan dengan sistem rumpun, dimana setiap rumpun terdiri dari 40-50 bibit/anakan, dengan jarak tiap rumpun 10 meter. Sistem ini dianggap cocok untuk kondisi pantai desa Bomaki, karena pantai digunakan juga untuk jalur perahu nelayan,”ungkapnya.
Latar belakang kegiatan lokakarya ini, lanjut Mitakda, dilakukan oleh karena sebagian besar kegiatan penanaman mangrove oleh masyarakat dinilai kurang berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan karena kegiatan penanaman tidak dilanjutkan dengan pemeliharaan dan pengawasan oleh masyarakat secara sustainable.
Dengan demikian, tujuan dari kegiatan lokakarya ini adalah untuk mensosialisasikan pemeliharaan dan pengawasan berbasis masyarakat, sehingga kedepan masyarakatlah yang akan berperan untuk pelestarian hutan manggrove di sekitar wilayah pertuanan desanya.
‘’Kita berharap, Output kegiatan ini dapat pula menghasilkan draft Rancangan Peraturan Desa tentang Perlindungan dan Pelestarian Mangrove, yang disusun secara partisipatif dengan melibatkan Pemerintah Desa dan semua stakeholder yang berada di desa Bomaki,’’ tambahnya.
Selain upaya penanaman dan pelestarian mangrove yang telah dilakukan, pihaknya juga telah melakukan kegiatan pelatihan metode penangkaran atau penggemukan kepiting bakau yang dilakukan pada akhir Maret 2013 dan difasilitasi oleh 2 orang pembudidaya kepiting bakau dari Brebes Jawa Tengah.
“Kegiatan ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa kawasan mangrove sesungguhnya mempunyai nilai ekonomis untuk penghasilan keluarga, sehingga merangsang masyarakat untuk melestarikannya. Selanjutnya, ke-5 kelompok budidaya kepiting bakau ini difasilitasi dengan alat tangkap kepiting (wadong/bubu) dan keramba untuk pengemukan kepiting bakau. Sampai saat ini, telah dibuat 23 keramba dari 25 keramba yang direncanakan,” tuturnya.
Mitakda berharap, dengan adanya upaya yang telah dilakukan, kedepan  desa Bomaki bisa menjadi salah satu desa penghasil kepiting bakau, dan sekaligus sebagai pemasok kepiting bakau terbesar untuk pasar Saumlaki dan selebihnya bias di eksport ke luar daerah.
Untuk diketahui, Lokakarya Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah Desa, yang berlangsung tanggal 26-27 Juli 2013, dan Seminar Pengelolaan Kawasan Pesisir untuk adaptasi Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana yang dilaksanakan tanggal 5 Desember 2013.
Sejumlah kegiatan tersebut dilaksanakan di Balai Desa Bomaki dan diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, perempuan dan pemuda serta beberapa kepala desa se kecamatan Tanimbar Selatan.
Adapun materi seminar meliputi : Program pelestarian dan perlindungan hutan bakau sebagai kawasan penyanggah ekosistem wilayah pesisir melalui rehabilitasi bakau dan usaha budidaya kepiting bakau di desa Bomaki oleh Rony Siwabessy dari Yayasan Baileo Maluku, Peran masyarakat (adat) dalam pelestarian dan perlindungan hutan bakau sebagai kawasan penyanggah untuk adaptasi perubahan iklim & mitigasi bencana oleh Nus Ukru dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Nasional, Pemanasan global dan dampaknya terhadap manusia dan lingkungan, khususnya laut oleh Dr. Minggus Malle dari UNPATTI Ambon, Strategi dan Program pemerintah daerah MTB dalam rangka adaptasi & mitigasi perubahan iklim di pulau-pulau kecil oleh I. Londar dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. MTB serta dibuka oleh Kepala Desa Bomaki Piet Saikmat.
Sasaran akhir dari sejumlah kegiatan ini: Seminar ini dimaksudkan untuk membantu peserta mengenali dan memahami permasalahan-permasalahan yang ada di kawasan pesisir, khususnya di Desa Bomaki dan kawasan Tanimbar Selatan umumnya, dan memahami dampak perubahan iklim terhadap lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil dan risiko bencana yang dapat ditimbulkan, sehingga terbangun pemahaman dan kesadaran kritis dari masyarakat dan pemerintah desa, sekaligus untuk mendorong mereka memadukan kearifan lokal kedalam pemanfaatan wilayah pesisir sebagai antisipasi dan adaptasi perubahan iklim. (mon)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *